MyLiGi - BAB 3

Yumna masuk kembali ke dalam resto untuk bisa membuatkan apa yang di minta oleh atasannya itu. Saat akan masuk ke dalam dapur, Jihan langsung menghadang jalan Yumna dengan tatapan yang penuh selidik.

"Kenapa lagi itu bos?" Tanya Jihan sarkas dengan kedua tangannya yang berkacak pinggang.

"Kamu kenapa sih, Han?" Yumna bingung sendiri dengan sikap sahabatnya yang tiba-tiba menghalangi jalannya.

Yumna ingin berjalan melewati sisi Jihan yang lenggang, tapi lagi-lagi gadis itu menghadangnya.

"Jawab dulu pertanyaan Aku, Yumna."

Yumna mendesah. "Dia hanya ingin dibuatkan hidangan berupa makanan ringan dari daftar menu resto ini untuk nantinya bisa Aku antar ke sana. Katanya akan ada tamu yang datang." Ujarnya menjawab pertanyaan dari Jihan tadi.

"Tamu? Tapi kok kamu yang di suruh untuk menyiapkan sih. Kan biasanya itu jadi tugas Della kalau urusan tamu bos." Jihan masih bersuara.

Yumna mengedikkan bahunya tak tahu. "Ya mana Aku tahu." Jawab Yumna dengan santai.

Yumna kini bisa jalan menuju dapur karena Jihan yang tidak lagi menghalangi jalannya. Jihan yang belum selesai bertanya pun sampai harus mengekori Yumna menuju dapur.

"Yumna, Aku belum selesai bicara." Jihan terus menodongnya.

Gadis itu masih saja penasaran apa yang sebenarnya diinginkan oleh bosnya itu. Sejak keduanya mulai bekerja di sini, sungguh sangat aneh sikap dari bosnya itu. Terlebih lagi kepada Yumna yang terbilang masih karyawan baru di sini. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan oleh bosnya itu. Dan pikiran Jihan tidak akan pernah salah.

"Bicara apalagi sih, Han? Aku masih harus siapkan hidangan untuk tamu bos nanti." Ujar Yumna yang mulai jengah dengan sikap dari Jihan itu.

Meski Yumna bisa memahami kekhawatiran dari Jihan padanya. Tetapi dengan sikapnya yang menunjukkan seolah ingin bermusuhan dengan atasanya itu merupakan hal yang salah. Yumna tidak ingin jika Jihan yang terus-terusan menunjukkan sikapnya yang seperti itu, justru hanya akan membuat dirinya diberhentikan dari pekerjaannya ini. Termasuk juga dengan Yumna sendiri.

Yumna sebenarnya tidak masalah jika dia tidak bekerja di kota ini. Karena itu bukanlah tujuan awal dari dia kenapa berada di sini. Tapi—gadis itu sedang tidak ingin memikirkannya untuk saat ini. Dia kini hanya menghela nafasnya panjang.

"Sudah ya. Daripada kamu bawel terus dari tadi, mending kamu bantu Aku deh." Yumna berkata pada Jihan tanpa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sedari tadi masih saja terus diajukan oleh Jihan.

"Ih, kok harus bantuin sih?"

"Yaudah kalau nggak mau bantuin. Kamu bisa balik lagi sana ke meja kasir. Kasihan Tuti harus jaga sendiri. Apalagi ini udah mulai jam ramai." Ujar Yumna yang kini benar-benar mengabaikan Jihan yang hanya bisa mendengus kesal karena sikap darinya. Gadis itu mulai sibuk dengan pekerjaannya.

Sedangkan Jihan sama sekali tidak mengindahkan perintah dari Yumna. Entah itu ikut membantunya menyiapkan hidangan untuk tamunya si bos ataupun dia dimintanya untuk kembali ke meja kasir agar bisa kembali berjaga. Gadis itu justru kini hanya duduk di kursi yang ada di dekat meja persiapan sambil pandangannya terus mengikuti kemanapun Yumna berada.

"Kamu mau buat cake coklat strawberry, Na?" Tanya Jihan yang menyadari bahan-bahan yang sedang disiapkan oleh Yumna. Termasuk juga buah strawberry yang Jihan tahu itu buah yang dia bawa juga dari rumah ada di sana. Sedangkan stok buah strawberry di resto ini sangat berbeda dengan yang kini ada di hadapan Yumna itu. Kapan Yumna ambil buah itu dari loket lemari penyimpanan barang miliknya?

"Iya."

"Emang boleh buat sesuatu yang di luar menu resto ini? Bukannya nggak boleh ya?" Tanya Jihan.

"Itu bos sendiri yang minta. Tadinya Aku juga bilang seperti itu sama bos." Jelas Yumna.

"Emangnya kamu nggak bawa dari rumah? Perasaan tadi kamu bawa deh. Itu buah strawberry yang di bawa dari rumah juga kan?"

"Iya, semua Aku bawa dari rumah. Tapi kalau cake coklat strawberry cuma dua potong aja. Selebihnya udah dihabisin sama bocah itu di rumah." Ujar Yumna terkekeh sendiri. "Dan—dua potong yang Aku bawa itu juga masih sebiji doank karena udah di makan sama dia." Yumna menunjuk Ilham yang sedang membereskan bahan-bahan yang baru saja dibelinya bersama Dita.

Ilham yang menyadari sedang menjadi pembicaraan oleh keduanya pun ikut tertawa kecil.

"Habis gimana ya—soalnya enak sih." Ujar pemuda bertubuh sedikit gempal ikut bergabung dalam percakapan keduanya.

"Emang beneran di suruh bikin di sini ya, Na? Wah, asik donk nanti bisa ikutan icip lagi. Hehe. Dan kalau nanti bos suka dan setuju buat dijadikan menu baru tambahan di sini kan bisa lebih sering makannya." Ujar Ilham berseru riang.

"Yee, maunya makan doank. Pantas aja tuh badan berisi seperti gentong." Ledek Jihan pada Ilham yang ditanggapi dengan bibir manyun dari pemuda itu.

Yumna yang mendengar ledekan dari sahabatnya itu untuk Ilham hanya bisa menggeleng saja. Jihan ini memang akan seperti itu. Meski saat ini dia sedang kesal atau emosi, tapi sekalinya berucap bisa menusuk kata-katanya.

"Tapi, Na—kok kamu di suruh bikin lagi di sini sih? Berarti bos tahu donk kalau kamu sering bawa makanan dari rumah? Tahu darimana dia?"

"Aku sendiri juga nggak tahu darimana bos bisa tahu kalau Aku sering bawa itu."

"Tuh kan—apa yang Aku bilang—kalau—"

"Mulai lagi deh prasangkanya."

"Bukan gitu, Na. Tapi—"

"Udah. Dari tadi Aku udah suruh kamu dengan dua pilihan loh. Tapi kamu malah masih duduk manis di situ aja. Nanti kalau bos lihat gimana?"

"Biarin."

"Jihan—"

"Himeka—Yumna—"

Keduanya kini saling bertatapan. Tidak pernah mau mengalah jika sudah berdebat seperti ini.

"Jihan, lo di sini ternyata. Gue kira tadi pergi ke toilet. Tapi gue pikir kok lama banget, ternyata lo lagi ngerumpi di sini." Suara Tuti terdengar memecah perdebatan keduanya. Tuti baru masuk ke dapur dan menyadari jika Jihan sedang ada di sana bersama dengan karyawan yang memang mendapatkan tugasnya di dapur.

"Ada apa, Ti?" Tanya Jihan seolah tak merasa bersalah sama sekali karena meninggalkan tugasnya di meja kasir bersama Tuti terlalu lama.

"Gantiin gue gih. Gue mau ke toilet bentar. Mau ganti pembalut, baru nyadar kalo tembus." Ujar Tuti pada Jihan.

"Udah sana. Jaga kasir lagi." Usir Yumna.

Jihan mendengus melirik kesal pada Yumna yang hanya tersenyum meledek padanya. Gadis itu akhirnya beranjak dari duduknya untuk kembali ke tempat dimana seharusnya dia bisa bekerja.

"Oh ya, Na. Itu ada beberapa daftar pesanan baru lagi. Tolong segera di buat ya." Ujar Tuti sebelum meninggalkan dapur untuk menuju toilet yang dikhususkan para karyawan resto ini.

Yumna mengangguk.

Setelah Yumna memasukkan loyang ke dalam oven dan tinggal menunggu cake coklat strawberry-nya itu jadi, dia mengambil daftar pesanan yang sudah masuk. Diserahkannya daftar pesanan itu pada Ilham untuk bisa dibuatkannya yang nantinya akan di bantu oleh karyawan lainnya. Sedangkan Yumna sendiri masih ada tugas untuk mengantarkan hidangan makanan ringan yang hampir selesai dibuatnya itu ke ruangan milik atasannya.

Tanpa menunggu cake coklat strawberry-nya jadi, Yumna mengantarkan terlebih dahulu makanan ringan itu ke ruangan milik atasannya. Siapa tahu juga kan sebentar lagi tamu yang sedang di tunggu oleh atasannya itu akan tiba. Jadi ketika tamunya itu datang, makanan yang akan dihidangkan untuk tamunya sudah tersedia di sana.

Ketika Yumna keluar resto untuk menuju ke ruangan atasannya itu, dia menyadari jika ada mobil lainnya selain mobil milik atasannya yang terparkir di dekat ruangan itu. Seperti perkiraannya jika tamunya itu ternyata sudah datang.

Yumna sedikit percepat langkahnya untuk bisa menuju menuju ruangan itu. Dia melihat Robin yang beranjak dari duduknya ketika melihatnya sedang berjalan menuju ke sana. Yumna bisa melihat juga memang sudah ada seseorang yang ada di ruangan itu yang sedang berbaring dan mendapat pukulan kecil di kepala oleh atasannya itu.

Yumna sudah ada di depan pintu dan langsung di buka oleh atasannya itu.

"Terima kasih, Pak." Ujar Yumna ketika Robin membantu membukakan pintu untuknya.

"Iya, Hime." Lagi-lagi atasannya itu memanggilnya dengan nama itu. Yumna ingin kembali protes tapi tidak mungkin itu dilakukan sekarang.

"Ini mau di taruh di mana ya, Pak?" Tanya Yumna yang berjalan beriringan dengan Robin masuk ke dalam ruangan.

"Di meja depan sofa aja. Sudah ada orang yang menjadi tamu Saya hari ini." Ujar Robin.

Yumna mengangguk dan berjalan menuju sofa yang ada di sisi tengah dari ruangan ini. Yumna meletakkan semuanya di meja tanpa memperhatikan siapa yang menjadi tamu dari atasannya itu.

Plak!

Robin tiba-tiba kembali memukul kecil kepala dari tamunya itu. Membuat Yumna tersentak kaget mendengarnya. Dan saat itulah Yumna melihat ke arah tamu yang kini ada di depannya yang sedang melirik kesal pada atasannya itu.

Yumna pun tercengang melihat siapa yang menjadi tamu dari atasannya itu.

"Terima kasih, Hime." Ucap Robin yang kini sudah duduk di sofa dan bersebelahan dengan tamunya itu.

Yumna yang mendengar ucapan dari atasannya itu langsung tersadar dan langsung mengalihkan pandangannya dari sosok tamu itu. Dia pun segera berdiri.

"Iya, Pak." Ujar Yumna sambil mengangguk kecil pada Robin.

Robin mengamati hidangan yang di bawa oleh Yumna.

"Oh ya, Hime, bukannya tadi kamu bilang akan bawakan buah strawberry punya kamu ya?" Tanya Robin pada Yumna.

"Iya, Pak. Nanti sekalian sama cake coklat strawberry yang sedang Saya buat saja. Mungkin sekitar setengah jam lagi baru bisa Saya antarkan ke sini." Jelas Yumna.

Robin mengangguk mengerti. "Ya sudah, tidak apa. Nanti langsung di bawa saja ke sini kalau sudah jadi. Lagi pula tamu Saya ini juga sepertinya masih lama di sininya kok. Jadi masih bisa mencoba sesuatu yang sedang kamu bikin." Ujar Robin sambil tangannya menekan pundak tamunya itu.

Yumna sekilas melihat perlakuan atasannya itu pada tamunya. Tapi dia enggan menatap pada sosok tamu dari atasannya itu.

"Kalau begitu Saya permisi dulu ya, Pak." Ujar Yumna hendak undur diri dari ruangan atasannya itu.

Yumna ingin cepat-cepat keluar dari ruangan ini. Dia sudah mulai tidak nyaman dengan sikap tamu dari atasannya itu. Terlebih lagi dengan tatapan dari orang itu yang kembali dilakukan olehnya. Tatapan yang sama seperti saat Yumna datang kembali ke resto ini untuk melakukan interview kerja.

"Iya, silahkan." Robin mempersilahkan Yumna untuk bisa keluar dari ruangan ini.

Yumna segera keluar dari ruangan ini. Tapi ada sepasang mata yang masih saja terus menatapnya dan mengikuti setiap langkah dari Yumna.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!