Setelah selesai istirahat, kini Freya dan Risma berdiri dan kembali mengumpulkan tanda tangan BEM yang kurang. Dimulai dari Fakultas sastra, hukum, ekonomi, kedokteran hingga management bisnis.
" Tinggal 2 orang lagi Ris."
" Iya nih, kurang tanda tangan Ketua BEM sama wakil ketuanya."
" Kenapa lagi kita mencarinya ya, masih ada waktu kan?"
" Masih sih Freya, kita punya waktu lagi 1 jam saja."
" Eh ... Itu ada apa ya ramai bangat Maba lainnya mengantre."
" Kita tanyain mereka saja dulu Freya, siapa tau disana ada ketua dan wakil ketua BEM."
Risma pun mengajak Freya ikut mengantre di depan ruangan yang ternyata itu adalah ruangan tim basket.
" Hai, aku Risma boleh nanya, kenapa banyak sekali yang antre disini?" tanya Risma kepada salah satu Maba pria yang ikut mengantre disana.
" Aku Ciko, ya wajar sih antre panjang disini. Orang didalam ada ketua sama wakil ketua BEM."
" Oh iya makasih ya infonya "
" Sama-sama Ris."
" Freya benar kan apa kata ku, untung kita disini kalau nggak dimana lagi coba bisa mendapatkan tanda tangan Ketua dan wakil ketua BEM."
" Iya Ris, semoga entar kita gak dipersulit ya."
Setelah 30 menit, antrean kian berkurang sisa Risma dan Freya saja.
Saat Risma duluan masuk ke dalam terlebih dulu, Freya pun ketar ketir.
" Berhasil apa tidak ya", sampai Freya melafalkan banyak doa.
Mendengar pintu terbuka. Freya pun menyapa temannya tersebut.
" Gimana Ris, berhasil tidak?"
" Kamu lihat ini, berhasil dong aku Freya. Untung tadi wakil ketuanya sedikit membantu ketika aku selesai diberi pertanyaan. Apalagi tadi si ketua BEM itu kayaknya cepat-cepat sih, sekalian banyak berkas yang aku lihat dia tanda tangani, dan tau nggak nggak wakil nggak ketua. Keduanya tampan banget Freya, gila aku kemarin mimpi apa bisa seberuntung ini."
" Sekarang giliran ku masuk ke dalam, semoga lancar kayak kamu."
Setelah mengetuk pintu, ia pun masuk ke dalam ruangan basket tersebut disana ada sesosok pria yang pakai jas almamater yang sedang berdiri mengobrol dengan anggota basket.
" Gila bening banget nih cewek?" ucap salah satu anggota basket yang menoleh ke arah Freya.
Ilham yang mendengar pun ikut menolehkan wajahnya. Ke arah pandang anggota basket.
" Bukankah dia pacarnya Dewa, pasti dia kesini minta tanda tangan", batin Ilham dalam hati.
" Permisi kak, apa kakak wakil ketua apa ketua BEM?"
" Aku wakil ketua BEM, mana pulpennya sini aku tanda tangani !"
" Ini kak", Freya pun menyerahkan buku dan pulpennya.
Dengan cepat Ilham pun menandatangani nya.
" Oh iya, ketua lagi di dalam, kamu masuk saja ke ruang itu !" tunjuk Ilham.
" Baik kak terima kasih", jawab Freya sambil melewati Ilham dan anggota basket tersebut.
Melihat pacarnya Dewa masuk, Ilham pun membawa anggota basket tadi keluar ruangan dengan dalih mencari anggota basket lain untuk membahas masalah jadwal pertandingan.
Sementara itu Dewa yang duduk membelakangi pintu masuk, masih sibuk mengecek beberapa laporan BEM sebelum ia tanda tangani.
Ceklek.
" Permisi kak, aku Maba baru yang ingin minta tanda tangan kakak."
Mendengar suara yang sama percis dengan Sura sang istri , Dewa pun berbalik ke belakang.
Deg.
Freya pun tidak percaya, ternyata suaminya sendiri adalah ketua BEM. Mengapa ia buta akan hal tersebut.
" Bodoh kau Freya, masa suami sendiri yang menjabat ketua BEM, kamu tidak tau", rutuk Freya dalam hati.
Dewa pun memecah keheningan yang terjadi.
" Istriku kenapa kamu diam?"
Dengan ragu Freya pun melangkah kedepan melihat suaminya.
" A ... Aku terkejut kak, ternyata kak Dewa yang menjadi ketua BEM dikampus."
Dewa pun memegang tangan istrinya, dan mendudukkannya di atas pangkuannya.
" Sudah gapapa, wajar kamu terkejut kan kita belum ada membahas hal ini dirumah kan?"
Freya pun mengangguk mengiyakan perkataan suaminya
Melihat raut muka sang istri yang berkeringat. Dewa pun mengeluarkan sapu tangan di saku jasnya dan menyeka keringat sang istri.
" Jangan lelah, nanti aku jadi sakit."
" Maksud kakak?"
" Dengar kamu tidak sendiri ,sekarang di dalam sini kamu membawa 2 anak kita."
Dewa pun memeluk Freya sambil tangannya menanda tangani buku milik istrinya.
" Padahal dari tadi aku sudah membalas pesanmu, apa kau belum buka handphone mu?"
" Belum."
" Pantas saja", ucap Dewa sambil mengecup bibir sang istri dengan rakusnya.
" Kak, ini di kampus", protes Freya karena mereka berciuman di kampus bukan di rumah.
" Jangan khawatir, tidak ada yang melihat kita", jawab Dewa sambil menghirup aroma tubuh istrinya yang sudah menjadi candu baginya.
Tok ... Tok ... Tok.
" Wa, apa kamu masih lama di dalam? Kita haru s balik ke aula sekarang ", teriak Ilham dari luar ruangan.
" Baiklah, Ham kamu tunggu di luar nanti aku menyusul !"
" Baiklah."
Plak.
Freya pun memukul bahu suaminya.
" Kakak sih, untung kita nggak ketahuan sama teman kakak "
Dewa pun tersenyum sambil membelai rambut istrinya.
" Gapapa yang, dia tau kok kamu siapa?"
" Apa?"
" Kamu tenang saja, dia belum tau kamu adalah istriku cuma dia sangkanya kamu pacarku", jelas Dewa sambil tergelak.
" Ayo kak kita keluar ! Aku khawatir teman baruku lama menunggu di depan."
" Teman baru siapa, pria atau wanita?"
" Wanita kak."
" Baiklah kita keluar bersama sekarang !"
" Tunggu kak, sebaiknya aku keluar terlebih dulu biar tidak ada yang curiga."
" Baiklah, aku di belakangmu."
Ilham yang dari tadi menunggu di depan ruang basket agak risih dengan Risma yang sok mau kenal lebih akrab dengannya.
Dan untungnya Freya keluar diikuti oleh Dewa.
" Ayo ris kita segera ke aula, dan terima kasih ya kak untuk tanda tangannya."
" Iya sama-sama."
" Kami permisi ", ujar Freya sambil menyeret Risma.
" Sepertinya kamu sudah segar kembali ya Wa nggak kusut kayak tadi."
" Jelaslah baru dapat jatah soalnya ."
" Dasar, seharusnya kamu berterima kasih sama aku Wa."
" Ya makasih ya buat yang tadi."
" Hmmm ... sebaiknya kita segera ke aula. Kan giliran kamu Wa yang memberikan sambutan terakhir."
" Ya."
Saat Freya dan Risma sampai tiba di dalam aula. Mereka pun duduk di kelompoknya kembali.
Sementara itu, pandangan Maba dan para anggota teralihkan dengan kedatangan 2 pria tampan, yang memasuki aula.
Bisik-bisik dan teriakan pun membahana dalam aula menyambut kedatangan mereka.
Dewa pun langsung melangkahkan kakinya naik ke atas panggung disusul oleh Ilham dan pengurus BEM lainnya.
" Selamat sore para Maba ."
" Sore kak", jawab mereka serentak.
"Wah ternyata masih semangat ya kalian."
" Masih."
" Dan untuk menutup agenda hari ini, maka kita panggil Ketua BEM kita silahkan saudara Dewangga Prayoga."
Tepuk tangan meriah menyambut Dewa dalam memberikan sambutan kepada para Maba. Disusul kemudian perkenalan seluruh anggota BEM.
Freya yang melihat ke depan pun bertemu dengan pandangan Dewa yang mengarah kepadanya
Sungguh ia sangat bangga kepada suaminya yang juga menjadi seorang Ketua BEM.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments