Sepulangnya dari acara kelulusan kini, Freya dan Dewa sedang berbicara serius dengan Bunda Naira dan Daddy Aksa.
Hal yang mereka bicarakan tentu saja, tentang kuliahnya Freya.
" Jadi, apa keputusanmu nak, Daddy tidak memaksa lagi pula kamu juga sedang hamil, kalaupun tahun depan kamu kuliah juga gapapa?"
" Freya sudah mempertimbangkannya dad, kak Dewa juga biar bisa menjaga aku kalau di kampus, makanya aku setuju jika berkuliah di kampus yang sama dengan kak Dewa."
" Nak, nanti kalau perutmu semakin besar karena kehamilan, bunda sarankan kamu mengambil cuti kuliah jika waktunya tiba."
" Iya bunda, pasti itu."
" Bunda dan Daddy tenang saja, di kampus nanti aku akan selalu menjaga Freya."
" Wa, Daddy harap kau menjaga menantu dan calon cucu kami."
" Pasti Daddy."
" Baiklah kalau begitu, ini sudah larut malam, kembalilah ke kamar kalian untuk beristirahat!"
" Iya", ucap Freya dan Dewa serentak.
Saat Freya membuka pintu kamar, dia pun terkejut dengan sebuah kado dengan kotak besar terikat pita ada di atas ranjang.
" Kanapa kamu terdiam begitu? Ayo bukalah ! Itu kado yang aku siapkan untukmu."
Tersadar dengan perkataan suaminya langsung saja, Freya berlari dan dengan semangatnya membuka kado tersebut. Dewa pun mengikuti langkah istrinya dan duduk disamping sang istri.
" Kenapa di dalam kotak masih ada kotaknya?" keluh Freya.
" Kalau mau mendapatkan hal sesuatu yang spesial, kan harus usaha dulu buat mendapatkannya."
" Bantuin kak, kamu sih menyiapkan kado tapi kok ribet begini bukannya. Besar tapi berlapis-lapis."
Gemas melihat tingkah sang istri, akhirnya Dewa luluh juga membantu membukanya.
" Wow ... apa ini tidak kemahalan kak?"
" Tidak, karena kau tidak ada apanya dari kado ini."
Blush.
" Kakak ih ..."
" Benarkah?"
" Sudahlah, tapi makasih banyak atas hadiahnya."
" Nanti harus dipakai ya, khusus untuk cincin ini kakak pakaikan di jari manismu."
Dewa pun mengambil cincin couple memasang kan di jari sang istri, begitu pula yang dilakukan oleh Freya memasangkan cincin tersebut di jari Dewa.
" Ingat kau tidak boleh melepaskan cincin ini seumur hidupmu."
" Iya", jawab Freya sambil memeluk erat Dewa.
Pagi harinya, Freya sudah bangun lebih awal. Langsung saja ia pergi ke dapur membantu mertuanya memasak. Sedangkan Dewa masih nyenyak tertidur.
" Pagi bun, pagi semua", sapa Freya.
" Pagi nak."
" Pagi nona muda."
" Bunda hari ini buat apa? Biar aku bantu?"
" Pagi ini menunya ala rumahan saja nak yang simpel tapi lezat di lidah."
" Ok Bun, aku bantu."
Sementara itu, Dewa meraba disampingnya dan membuka matanya perlahan. Ternyata istrinya sudah bangun lebih dulu. Ia pun bersiap mandi karena hari ini ada jadwal kuliah.
" Ah ... akhirnya selesai juga."
" Ayo nak, kamu mandi habis itu turun bersama Dewa untuk makan !"
" Siap Bun."
Saat Freya memasuki kamar, bertepatan dengan Dewa yang baru keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk di pinggang.
" Aaa ... " teriak Freya sambil menutup matanya dengan kedua tangan.
Dengan jahilnya, Dewa pun menghampiri sang istri dan menggodanya.
" Kenapa tutup mata segala? Bukankah kau sudah melihat aku tanpa pakaian sebelumnya."
Semakin Dewa mendekat, Freya pun semakin mundur bahkan sampai membentur pintu.
" Kak ..."
Karena hening tidak ada jawaban, Freya pikir suaminya itu sudah pergi. Tapi saat ia perlahan membuka tangan dan membuka mata.
Deg. Jantungnya berdebar dengan cepat.
Karena wajah tampan sang suami hanya berjarak 10 cm di hadapannya. Bahkan nafasnya pun menerpa wajah Freya.
Freya pun terpaku, bahkan ia memandang lekat mata suaminya dengan intens.
Dan tiba-tiba ...
Cup.
Dewa pun mencuri ciuman dengan kilat, dan berbalik seakan hal tersebut baginya biasa.
" Jangan lupa bernafas istriku, aku akan ambil pakaian dulu !"
Mata Freya pun masih terbelalak saking tidak percayanya. " A ... Apa ini nyata?" bahkan ia langsung meraba bibirnya yang baru saja mendapatkan kecupan singkat di pagi hari.
" Aaa ..." teriak Freya sambil berlalu masuk ke kamar mandi saking malunya.
Sang pelaku utama, masih saja kian tertawa dan tersenyum sambil memakai pakaian yang akan digunakannya untuk pergi ke kampus.
Sedangkan kini Freya sedang berendam di dalam kamar mandi. " Nanti kalau ketemu kak Dewa , aku harus apa? Ah ... Tidak-tidak , Freya fokus ok fokus jangan terlalu terlena, sebagai wanita harus tegas apalagi urusan cinta. Benarkah nak? Semoga dengan sikap hangat Daddy kalian bisa menyatukan kami ", ucap Freya penuh harap sambil mengelus perutnya yang masih terlihat datar walau kehamilannya menginjak 3 Minggu.
Setelah merasa segar sehabis mandi, Freya pun keluar. Untung saja suaminya tidak ada di kamar.
" Syukurlah dia tidak ada", ucap Freya yang baru selesai mengenakan dress.
" Apanya yang bersyukur?" ucap Dewa yang datang dari ruang kerjanya sekaligus ruang belajar yang berisi perpustakaan mini yang terhubung dengan kamarnya.
" Astaga ... Sejak kapan kakak ada disana?"
" Aku baru saja datang, tadi ada dokumen yang tertinggal, jadi aku kesana mengambilnya", jelas Dewa sambil melangkah ke arah istrinya.
Freya pun lantas melanjutkan aktivitas yang tertunda, yaitu menyisir rambutnya dan membubuhkan sedikit lipglos di bibir merahnya.
Saat ingin berdiri dan berbalik. Lagi-lagi Dewa mengungkung sang istri yang sedang duduk di depan meja rias.
" Kakak ada apa?" tanya Freya dengan gugup.
Dewa pun berbisik di telinga sang istri. "Nanti sepulang aku kuliah, aku akan menjemputmu di rumah dan jangan terlalu cantik kalau mau keluar, apa kau mengerti !"
" Iya a ... aku mengerti."
" Pintar, ayo kita turun untuk sarapan !"
Tangan Freya pun di genggam oleh Dewa, sedangkan tangan Dewa yang sebelah menenteng tas ranselnya.
Freya pun hanya bisa menuruti kemauan sang suami, karena ia masih tidak percaya dengan perubahan drastis dari suaminya yang kadangkala cuek, posesif, manja bahkan overprotektif kepadanya.
" Ya ampun Wa, masih pagi oo ini. Kalian berdua udah romantis banget", ujar Daddy Aksa ketika melihat putra dan menantunya memasuki ruang makan.
" Harus dad, biar gak ada yang berani merebut miliknya Dewa."
Blush.
Sungguh wajah Freya kian memerah mendengar perkataan suaminya. Bahkan bunda Naira yang sedang minum, menyemburkan minumannya.
" Uhu ... Uhu."
" Sayang, are you okay?"
" Aku baik-baik saja sayang, tapi lihat tingkah Dewa ya Tuhan. Bahkan lebih parah daripada dengan mu."
" Ayo kita makan!" ajak Dewa tanpa menghiraukan ucapan bundanya.
Merasa suaminya dalam mood, yang tidak bisa ia tebak. Freya pun yang akhirnya membalas ucapan mertuanya.
" Tingkah apanya yang parah bunda? Mari kita lanjutkan saja acara makannya benar kan Daddy?"
" Ia benar apa kata Freya, sayang ayo lanjutkan makanannya ! Lihat tatapan Dewa sudah tidak sedap untuk dipandang."
Freya pun dengan lincah mengambilkan piring untuk suaminya beserta nasi dan lauk pauknya, baru setelahnya ia mengambil untuk dirinya sendiri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments