"Gita pamit ya bu" mencium tangan Ibu hanah.
"iya nak hati-hati dijalan" Terlihat Ibu Hanah melambaikan tangan kearahku.
Ibu Hanah ialah sosok Ibu kos yang sangat baik kepadaku bahkan aku sampai sungkan menerima bantuannya dikala aku sedang kesusahan. Ibu Hanah sangat mengerti keadaanku bahkan aku telat membayar uang kosan saja beliau tidak pernah marah.
Tapi berbanding terbalik dengan Ratna, putri satu-satunya Ibu Hanah yang jauh lebih sombong dan angkuh, aku terkadang sampai tidak ingin melihatnya karena perkataannya sering kali membuat hati teriris.
Sesampainya di halte tak lama kemudian bus datang, aku menaiki bus tersebut, didalamnya sudah terdapat banyak penumpang mungkin menjelang weekend.
Aku tertidur sepanjang perjalanan menuju rumah nenek. Karena terlalu lelah, sampai sedikit pun tidak menikmati perjalanan.
Saat bus sudah berhenti dan penumpang lain sudah turun, Aku terbangun karena seseorang memanggilku. "Mbak, bangun sudah sampai" Ujar penumpang disebelahku.
Aku membuka mata dan terkejut, " aku kok masih disini" gumamku yang tak disadari terdengar oleh penumpang disebelahku.
"emang mbak bisa berpindah tempat sendiri" ujarnya sambil terheran dan berjalan meninggalkanku dikursi penumpang.
Aku langsung bangkit dari tempat dudukku tak lupa mengambil tas yang berada didekatku dan berjalan keluar dari bus.
.
.
tapi aku masih saja berfikir kenapa mimpi itu tidak muncul. Padahal aku benar-benar tertidur tadi, tidak seperti biasanya mimpi itu selalu datang beberapa hari ini tapi kenapa sekarang hilang.
Aku berusaha tenang dan tidak memikirkan hal itu, karena tujuanku kesini ialah bertemu nenek melepas kerinduan. Aku langsung bergegas mencari tempat tinggal nenek dengan berbekal alamat yang dititipkan Ibu kepadaku. Maklum aku sudah lama sekali tidak mengunjungi nenek karena terlalu sIbuk dengan pekerjaanku. Terakhir mengunjungi beliau waktu aku masih berumur 15 tahun. Mungkin sudah 8 tahun yang lalu.
Suasana Desa yang jarang terlihat olehku, sudah cukup lama aku tidak melihat suasana seperti ini di kota tempatku tinggal.
Setelah beberapa kali tersesat akhirnya aku menemukan rumah yang sudah ku duga pasti rumah nenek, dengan ciri khas rumah kayu dengan dinding terdapat kain berwarna kuning. Wajar saja karena nenek sangat menyukai warna kuning hingga dinding rumahnya di tempelkan kain berwarna kuning.
Kain itu tidak pernah kubas warnanya walaupun sudah hampir 5 tahun yang lalu, terakhir aku kesini semuanya tetap masih sama, rumah yang masih kokoh dan halaman rumah yang selalu bersih tidak ada selembar daun pun yang berjatuhan padahal banyak terdapat pepohonan disini.
"Nek" panggilku,
tapi suasana sangat sepi dan rumah disebelah nenek juga tampak kosong seperti tak ada penghuninya. Aku kembali mengetuk pintu rumah nenek.
Tok..tok..tok..
Ceklek...
Terdengar suara pintu dibuka, aku mengintip karena lumayan lama pintu itu terbuka dan tidak ada tanda-tanda ada nenek keluar dari balik pintu tersebut.
Aku memilih membuka pintunya karena sangat terasa lelah sekali sedari tadi belum istirahat dan hari mulai semakin sore. "nenek, Gita dateng nek" ucapku dengan suara meninggi agar nenek mendengar ucapanku.
"iya cu, nenek didapur, tunggu sebentar" balasnya dari balik pintu dapur miliknya.
aku bernafas lega karena nenek ada dirumah, jujur aku sudah sedikit merinding karena kejadian pintu terbuka sendiri tadi. Memang suasananya agak berbeda dari dahulu.
"Gita, cucuku" nenek berlari memeluk kearahku.
Aku membalas pelukannya, sampai tak sadar buliran bening menetes, tak bisa dibohongi aku sangat bahagia karena bertemu nenek, keluarga satu-satunya yang ku miliki saat ini.
Nenek menyuguhkanku secangkir minuman, cangkirnya sangat lucu karena terbuat dari bambu, aku sampai memotretnya dengan ponselku karena saking tidak pernahnya melihat cangkir seperti itu.
"kalau kamu mau, ambil aja cu" ujar nenek sambil menaruh tongkat kayunya dan duduk disebelahku.
"enggak nek, oiya ini teh kan nek"tanyaku yang tak tau minuman apa yang nenek suguhkan
"bukan, itu air rebusan jahe, nenek tau kamu pasti capek jadi nenek buatkan jahe hangat, cepat minum"
Aku langsung meminumnya, karena tak enak kepada nenek yang sudah bersusah payah menyuguhkanku minuman.
"kamu sudah mendapatkan mimpi itu cu, nenek tau kamu sudah dewasa jadi itu semua akan kembali ke diri kamu" ujar nenek
Uhuk..uhuk..
Aku langsung tersedak karena ucapan nenek tadi, aku tak faham apa maksutnya, tapi apa itu menyangkut hal yang aku alami akhir-akhir ini.
"nek aku kesini mau kangen-kangenan sama nenek bukan minta wajengan" ujarku sambil menepuk lembut tangan nenek.
"cu, nenek tau hal yang kamu alami berat apa lagi ayah Ibu kamu udah gak mungkin bisa ditemukan lagi, tinggal sisa abu ditengah lautan" ucap nenek sambil mengusap air mata yang menetes dipipi.
"nek..." aku tak sanggup berkata-kata lagi jika menyangkut Ibu dan ayah aku pasti langsung menangis sejadi-jadinya.
Nenek memelukku, mengusap punggungku memberikan pelukan hangat menenangkanku dan menyuruhku ikhlas. Aku mengangguk, mengusap air mata yang keluar dari mataku mencoba tenang dan menahan tangisan.
"Daniel itu adalah takdir yang tidak akan bisa kamu gapai" ucap nenek sangat pelan.
"nek, nenek tau tentang Daniel dan Gita lestari" tanyaku yang sangat penasaran kepada jawaban nenek.
"kamu mandi dulu cu, nenek siapin kamu makan malam" sambil mengambil tongkat kayunya dan berjalan kearah dapur.
"neneekkk"
Aku yang sudah penasaran dengan jawaban nenek menjadi lebih penasaran lagi, sebenarnya apa maksut ucapan nenek tadi, dan mimpi ku tentang Daniel dan Gita Lestari itu nyata atau hanya mimpi biasa.
Tapi aku tidak boleh memaksa nenek untuk memberitahuku karena aku tau nenek sangat tidak suka dipaksa malah akan membuatnya marah dan menyuruhku untuk pulang.
Sama seperti kejadian 8 tahun yang lalu, saat aku masih sekolah, nenek menyuruhku untuk tidak pergi bertemu teman-temanku karena akan terjatuh dijalan, aku yang tidak percaya tetap saja pergi dan akibatnya aku memang jatuh dijalan karena didorong oleh temanku.
Aku yang penasaran karena ucapan nenek benar, memaksa nenek untuk memberi tahuku, kenapa yang dikatakan beliau selalu benar, nenek yang marah karena aku terus memaksa, mengusirku untuk pergi dari rumahnya. Tapi melihat aku menangis hebat dan mengamuk nenek tidak jadi mengusirku.
"cu, makan dulu ada yang mau nenek bicarakan" ujar nenek sambil mengetuk pintu kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments