Pagi itu Rena sudah siap dengan seragam kerjanya, baju batik khas kota J, dan rok panjang bewarna hitam dan jilbab senada.
"Rani, cepatlah" teriak Rena pada sang adik yang masih di kamar mandi.
"Ya Allah sabar dikit kak, lagi boker nih, tanggung " Teriak Rani dari kamar mandi.
"Ya ampun gadis itu, jorok sekali" Gumam Rena.
"Kak ibu ninggalin duit jajan buat aku nggak" Fira yang sudah siap dengan seragam nya kini berdiri di hadapan Rena.
"Gak tau, tanya bapak sana." Jawab Rena cuek.
" Bapak masih tidur kak, bagi duit dong." Gadis itu mulai memelas.
"Is...., " Rena membuka tas kerjanya dan mengeluarkan lembaran seribuan dua lembar.
"Makasih kak, Fira berangkat ya" Gadis kecil itu pun mencium punggung tangan kakak nya.
Tin..tin...
Suara klakson motor terdengar dari luar rumah, Renata melongok ke luar melihat siapa yang datang.
"Pak riko" Senyum Rena mengembang melihat teman sesama pengajar di sebuah teka islami.
"Tumben," Rena melangkah keluar rumah.
" Yok, naik" Riko memberikan helm pada Rena.
" Ups... Bentar," Rena berlari ke dalam Rumah.
"Ran, nanti kau langsung bantu ibu aja di pasar yah, aku di jemput teman ku." Teriak Rena dari arah dapur.
"Siap kak.." jawan Rani dari dalam kamar mandi.
"Ys... Bisa nyambung tidur satu jam lagi" Rani pun segera menuntaskan kegiatannya di kamar mandi dan menuju kamar menutup pintu dan memulai aksinya mengukur kasur dengan panjang badannya.
Sementara itu
"Sialan"
Jadi benar Rena telah mengkhianati ku" Dimas mengepalkan tangannya menahan amarah di dadanya. Saat melihat wanita yang sangat di cintainya itu berboncengan dengan pria lain.
********
Dua minggu semenjak kejadian itu Dimas dan Rena tak pernah bertemu lagi, berkali kali Rena berusaha mencari Dimas, bahkan Rena datang ke rumah orang tua Dimas namun tak pernah ia menemukan Dimas.
Malam minggu akhir mei 2006
"Jadi mas Dimas tak pernah kesini Sri?" Rima tampak sangat berharap akan bertemu Dimas di rumah Sri sahabat nya.
"Ada sih Ren, kemaren sore dia ke sini , hanya saja suamiku lupa menyampaikan pesan mu." Ucap Sri merasa tak enak.
"Hingga saat ini aku tak mengerti Sri, kenapa dia menjauhiku, apa salah ku." Lirih Rena.
"Sebentar aku akan meminta mas Dayat untuk mencarinya di rumah nya." Mata Rena berbinar mendengar ucapan sahabat nya itu.
"Terima kasih Sri" Sri pun memanggil suaminya tak lama Dayat keluar sambil menatap Jengkel pada Rena.
"Kamu itu, jadi perempuan kok goblok sih Ren, aku itu udah sampai ka sama Si Dimas itu kalau kamu pengen ketemu, tapi dianya gak menanggapi omongan ku, kamu mau sampe kapan kek gini Ren," Dayat pun berlalu melajukan motornya menuju rumah Dimas.
"Maafkan suami ku yah Ren, dia bicara seperti itu karena kasian sama kamu, sudah hampir satu bulan loh kamu di abaikan sama Rena, tapi kamu masih aja mencarinya." Sri pun ikut greget sama Rena. tapi ia tak bisa berbuat apa, ia sangat mengerti sahabat nya itu sudah terlanjur mencintai pria bajingan itu.
15 menit berlalu, Dayat datang bersama seorang pria hitam manis berboncengan di belakang nya.
"Mas Dimas" Rima tersenyum melihat sang kekasih yang sangat di rindukannya itu.
"Dek, kau sudah lama." Pria itu duduk di teras tepat di sebelah Rena.
"Kalian bicaralah, aku akan ke dalam dulu." Dayat pun mengajak istrinya masuk ke rumah, memberi ruang Pada Dimas dan Rena.
"Mas,.. " Rena menatap pria itu penuh haru.
"Lama gak jumpa yah dek, " Dimas berusaha mencairkan suasana, ia tak ingin menatap mata Rena yang kini sudah mulai berkaca kaca.
"Kamu apa kabar, " Akhirnya hanya kalimat itu yang keluar dari bibir Rena.
"Aku baik dek, kau terlihat berbeda sekarang, tambah cantik." Rena menunduk malu karena di puji oleh sang kekasih.
"Jam tangan mu baru yah dek, sangat bagus" Tatapan Dimas tertuju pada jam tangan milik Rena.
"Oh.. ini.." belum sempat Rima menjawab terdengar suara ponsel dari kantong jaket yang di kenakan nya
"Sebentar ya mas," Rena pun menjauh beberapa langkah untuk menerima panggilan tersebut.
"Jadi... Itu yang membuat mu menduakan ku Ren, jam tangan mahal, ponsel baru, ah.. aku memang tak bisa membelikan mu semua itu.." Gumam Dimas dengan mata berkaca kaca.
" Mas..."
Rena kembali duduk di samping Dimas, Senyum bahagia tampak di wajah gadis 21 tahun itu.
"Ponsel baru dek, kelihatannya kau sukses semenjak jadi adminstrasi di Teka islami itu." Sindiran tajam itu keluar dati bibir Dimas.
"Ngak mas, ini ponsel dari .."
"Dek, aku tinggal bentar yah, ambil rokok." Ucap Dimas memotong kalimat Rena
"Mas kita harus bicara" Renaa memelas pada Dimas
"Ya, aku hanya sebentar, " Pria itu lalu meninggalkan Rima sendiri di teras rumah Sahabatnya.
Tiga puluh menit berlalu tak ada kabar dari Dimas" Dari sini ke rumah Mas Dimas kalau berjalan kaki paling hanya lima menit, tapi kenapa lama sekali yah" Batin Rena
"Loh Rena...? Kamu sendirian, Dimas mana?" Tanya Sri yang tadinya hendak menawarkan kopi pada Dimas.
"Balik Sri, katanya ambil Rokok."Rena menunduk malu pada sahabat nya itu. Sri yang mengerti perasaan Rena kembali duduk di samping Rena.
"Ren, tolong jawab jujur, sejauh mana hubungan mu dengan mas Dimas?" Rena menatap lekat wajah sahabatnya itu lalu mengeleng, "aku berhubungan normal Sri gak aneh aneh."
"Kau yakin...?" Sri bukannya tak percaya pada sahabat nya itu, namun ia tau betul siapa Dimas, jangan kan seorang gadis perawan bahkan pria bajingan itu pernah bermain gila dengan istri RT setempat.
Rena mengangguk.
"Syukurlah," kalau begitu dengar nasihat ku ini Rena, lupakan Dimas, banyak pria lain yang jauh lebih baik dari nya, aku yakin kau bisa mendapatkan pria baik baik.
"Keluarga baik baik yang mana, yang mau menerima anak seorang preman dan pemabuk seperti ku Sri" Rena berusaha menahan bulir yang hendak keluar dari sudut matanya.
"Kau percaya takdir kan Rena, lihat lah aku, aku hanya anak seorang petani miskin dan bahkan aku tak tamat sekolah, tapi lihatlah Allah tidak tidur Rena, dia mengirimkan mas Dayat yang dari keluarga terpandang menjadi jodoh ku." Sri berusaha meyakin kan Rena.
"Aku tidak tau Sri, aku begitu mencintainya, hingga aku rasa tak mampu bernafas tanpa Dia." Butiran bening itu akhirnya mengalir deras di pipi Rena. Sri kini memeluk sahabat nya itu, hingga Rena sedikit merasa tenang
"Sudah malam, sebaiknya aku pulang," Rena melonggarkan pelukannya. Dan segera bangun dari teras .
"Akan ku minta mas Dayat mengantar kan mu."
"Tidak, kalian baru saja punya bayi aku rasa kalian butuh istirahat, aku tak ingin merepotkan lagian masih banyak ojek di sana." Rena segera pergi sebelum sahabat nya itu memaksa.
"Ah.. kau ini, pastikan cari ojek yang kau kenal" Teriak Sri, Rena hanya melambaikan jempol kanan nya dari jauh.
Rena berjalan dengan wajah tertunduk ke tanah tanpa ada yang tau, ia berjalan sambil menangis, tak ada niat untuk mencari ojek seperti yang ia katakan , ia ingin menikmati kesedihannya seorang diri.
"Aku bersumpah, tak akan pernah lagi mencari mu, aku pastikan suatu saat kau adalah orang pertama yang akan aku undang saat pernikahan ku nanti." Janji Rena pada dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
R.F
nyicil baca kak
2024-01-11
0
💞Amie🍂🍃
Si unik Rani😁😁
2023-11-20
0
Fenti
mantap Rena, harus gitu dong perempuan
2023-11-17
0