Bab 2

Ratu memilih pergi, dia sudah muak dengan sikap semaunya sendiri Alma.

Jika di tanya apa Ratu menyayangi sahabatnya? Tentu jawabannya iya. Ia justru lebih mendukung Alma jika berpacaran dengan Alfa ketimbang dengan Daren.

Dia yakin Alfa jauh lebih baik dari pada Daren yang terkenal brengsek.

Bahkan dia mengibaratkan iblis dan malaikat untuk keduanya.

Sepeninggal Ratu, Syeila harus kembali menghela napas. Dialah orang yang selalu menjadi penengah antara dua sahabatnya yang sering sekali berseteru.

Syeila sangat tahu kalau Ratu menyayangi Alma. Namun Alma yang keras kepala sering sekali tak mau mendengar nasihat mereka.

"Kamu jangan gitu Al. Suatu saat bener kata Ratu, Alfa pasti akan menemukan pujaan hatinya. Kalau saat itu tiba, tetaplah jadi sahabatnya yang baik. Seperti Alfa tetap menghormati keputusan kamu yang memilih Daren," ucap Syeila menasihati.

"Memang kenapa dengan Daren? Dia lelaki baik. Kalian aja yang terlalu mendengarkan berita di luaran sana. Aku sangat tau Daren seperti apa La. Jadi jangan judges dia seperti itu," bela Alma.

Syeila menarik napas panjang. Alma memang sangat tak menyukai jika para sahabatnya mengatakan hal buruk tentang kekasihnya.

Jika yang mengatakan Ratu maka Alma akan diam saja tak peduli. Namun jika Syeila yang mengatakannya entah kenapa Alma sangat tak terima. Hati kecilnya kadang setuju dengan ucapan sahabat baiknya yang terlihat paling pendiam itu.

.

.

Di tempat berbeda, ada Alfa yang sedang berbincang sambil bersenda gurau dengan Rheina. Gadis manis dengan tatapan teduhnya sedikit banyak telah mengusik hatinya.

Jika di tanya apa Alfa mencintai Alma apa tidak, jawabannya sudah pasti tidak untuk saat ini.

Namun dulu ... Dulu sekali Alfa pernah mengutarakan perasaannya, tapi di tolak gadis itu secara mengenaskan.

"Aku enggak mau persahabatan kita rusak karena sebuah hubungan Fa."

"Berapa banyak pasangan yang putus dan akhirnya menjauh karena mereka udah enggak bisa bersama."

"Aku takut. Aku enggak mau kita akhirnya seperti dua orang asing hanya karena saling menyukai. Please, lupain perasaan kamu ke aku Fa. Anggap aku sebagai sahabat kamu aja."

"Kamu sahabatku Fa, sampai kapan pun kamu akan jadi sahabat terbaikku."

Kata-kata yang terus terngiang di otak seorang Alfarizqi sampai sekarang.

Dia tak mengelak apa yang di takutkan sang sahabat juga di takutinya. Bertengkar kemudian berpisah karena pikiran mereka yang masih muda cenderung labil.

Akhirnya Alfa mengalah dan lama-kelamaan rasa yang dia pikir cinta itu berubah menjadi sebatas sayang pada sahabat masa kecilnya.

"Kenapa? Kok senyum-senyum gitu?" tegur Rheina yang merasa heran dengan tingkah cowok di sampingnya.

Gadis manis itu merasa sejak tadi tak ada obrolan lucu apa pun hingga harus membuat cowok itu tertawa, herannya.

Karena gemas, Alfa menepuk kepala gadis yang sedikit banyak telah mencuri hatinya ini.

"Enggak papa. Jadi gimana, mau kan nonton nanti malam?" ajak Alfa penuh harap.

Rheina menggigit bibir bingung. Dia gadis rumahan yang tidak pernah keluar malam. Dia juga tidak pernah bergaul dengan lelaki sedekat itu selama ini.

Dia hanya takut bagaimana harus meminta izin pada orang tuanya.

Alfa mengusap bibir Rheina, menghentikan kegiatan gadis itu karena tanpa sadar jiwa kelelakiannya meronta ingin melakukan hal lain pada gadisnya.

Gadis yang tengah di liputi kebimbangan. Dia tahu itu.

"Jangan mancing-mancing Rhei," tegur Alfa dengan suara serak.

"Hah? Mancing apa?" beo si lugu.

Alfa benar-benar gemas dengan Rheina.

Dia mengingat pertemuan mereka dulu yang akhirnya membuat mereka jadi dekat.

Flasback

Rheina yang kesiangan, bingung karena tidak ada angkutan umum yang bisa di tumpanginya.

Ada tapi semuanya sudah penuh. Rheina berasal dari keluarga sederhana yang pulang pergi sekolah harus mengendarai kendaraan umum.

Dia biasa berangkat pagi-pagi demi bisa menaiki kendaraan umum agar terhindar dari berdesak-desakkan.

Jika sudah waktunya jam sekolah dan kantor, semua kendaraan akan penuh dan tak akan berhenti di tempatnya.

Namun sayang, malam itu Rheina dan keluarganya baru saja menghadiri acara hajatan salah satu keluarga mereka dan membuat Rheina tidur kemalaman hingga harus bangun kesiangan paginya.

Alfa yang tengah berhenti di depan lampu merah dekat Rheina merasa lucu melihat salah satu teman sekolahnya terlihat celingukan mencari kendaraan umum yang bisa dia naiki.

Karena merasa kasihan, Alfa akhirnya berhenti. Rheina yang terkejut mendadak cemas dan berjalan mundur.

Alfa membuka kaca helmnya, "Ayo ikut gue, udah mau telat ini!" ucap Alfa.

Rheina mengedipkan mata tak percaya. Bohong kalau dia tak kenal pemuda di depannya ini.

Pemuda dengan banyak prestasi yang di kagumi banyak siswi di sekolahnya juga.

"Ta-tapi ...," jawab Rheina takut.

"Ck, lama lo, ayo buruan!" tak sabar Alfa menarik tas Rheina agar segera mendekat.

"Lu mau di hukum?" ucap Alfa yang mendapat gelengan keras dari Rheina.

Gadis itu akhirnya menaiki motor Alfa. Dia tak punya pilihan. Dalam hati dia hanya berdoa semoga tak ada yang melihat mereka nanti, sebab Rheina takut sekali di buli oleh para siswi di sekolahnya.

Dia yang hanya seorang anak beasiswa tentu berharap bisa lulus dari sana dengan tenang tanpa memiliki masalah.

"Gue enggak bawa helm lebih, pegangan yang kenceng, tutup mata juga!" titah Alfa.

Rheina yang bingung menuruti perintah Alfa dengan memeluk pemuda itu dengan erat, hingga Alfa terkekeh geli.

"Lu mau buat gue sesek napas?" ucap Alfa sambil sedikit mengendurkan pelukan Rheina.

Rheina malu bukan main. Dia ingin menghilang saat itu juga kalau bisa.

Alfa tak berbohong dengan berkata gadis itu untuk berpegangan erat dan menutup mata.

Pemuda itu mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi dan meliuk-liuk dengan lihai untuk menyalip para pengendara.

Di belakang, jantung Rheina bahkan berdebar sangat cepat. Dia ketakutan setengah mati. Gadis itu bisa merasakan berapa kecepatan Alfa dari angin yang menerpa wajahnya.

Setelah sampai, Rheina bahkan masih memeluk tubuh Alfa dengan kencang. Lagi dan lagi, Alfa terkekeh geli.

"Mau sampai kapan kamu meluk aku kaya gini?" sindirnya.

Rheina membuka mata terkejut, dia lantas buru-buru turun. Namun sayang motor Alfa yang tinggi membuatnya tak seimbang membuatnya terhuyung hampir terjatuh.

Beruntung Alfa sigap memegang lengannya. "Hati-hati," ucapnya cemas.

Rheina yang kikuk segera melepaskan diri dari cekalan Alfa. "Makasih ya," balasnya sambil menunduk dan berlari pergi dari sana.

Sejak saat itu entah mungkin takdir atau apa, Alfa sering bersinggungan dengan Rheina, membuat mereka akhirnya dekat, meski masih berstatus pertemanan.

Back to story

"Aku ... Bingung cara minta izin ke ayah ma ibu Fa," ucapnya.

"Biar nanti aku yang minta izin."

Rheina mendongak menatap wajah serius Alfa. Bohong jika dia tak tertarik dengan pemuda di depannya.

Pemuda yang nyaris sempurna idaman para gadis, juga dirinya.

Namun dia tak pernah sekali pun bermimpi bisa dekat dengan Alfa bahkan menjadi kekasihnya.

Sampai saat ini pun dia masih tak percaya bisa dekat dengan pemuda paling di incar di sekolahnya itu.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang sejak tadi merekam kebersamaan mereka.

"Lu harus buka mata Alma. Enggak semua yang deket sama lu bisa lu kendalikan," ucapnya lalu mengirimkan video itu pada Alma.

.

.

.

Next

Terpopuler

Comments

bunda s'as

bunda s'as

Ratu yah yang rekam

2023-10-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!