Dengan gerakan tergesa, Alma turun dari mobil Alfa. Dia tak ingin membuat marah kekasihnya.
Hubungannya baru berjalan dua minggu. Meski Daren mengetahui seperti apa hubungan dirinya dan Alfa. Namun tak menampik tatapan cemburu itu selalu ada dan bodohnya Alma suka itu.
"Pagi sayangnya Alma," ucap gadis itu manja lalu bergelayut pada lengan sang kekasih.
"Kenapa enggak ngomong ke Gue kalau lu enggak di anter?" tanya Daren datar. Tatapan mata pemuda itu masih tertuju pada Alfa yang turun dengan tenang.
"Alma kan enggak mau jadi pacar yang ngerepotin sayang. Udah yuk ah, pagi-pagi jangan marah-marah. Nanti gantengnya ilang loh," bujuk Alma.
Daren mendengus lantas berlalu meninggalkan Alma begitu saja.
Alma yang tertinggal buru-buru mengejar sang kekasih dengan langkah pendeknya. Dia tak mau sang kekasih kesal dan salah paham padanya.
Dia merutuki kebodohannya, hanya karena ingin menaiki mobil baru Alfa yang sangat keren. Dia sampai lupa seperti apa pencemburunya Daren.
Alma seakan lupa akan syarat dari sang kekasih kalau Daren tak menyukai jika dirinya terlalu dekat dengan lelaki lain meski itu Alfa sekali pun.
Alfa yang melihat kepergian keduanya hanya menggeleng dan tersenyum geli.
Entah apa yang di pikirkan Alma, mengapa gadis itu begitu tergila-gila pada pria brengsek seperti Daren.
"Cih, mata si Alma burem apa gimana sih, demen amat tuh bocah sama si biang onar!" gerutu Lay, sahabat Alfa selain Alma tentunya.
"Kata lu namanya bucin kan? Kaya lu enggak aja Lay," ejek Alfa balik.
Lay mendecih, lelaki bermata sipit itu menggerutu sepanjang jalan menuju kelas mereka.
"Sebenarnya Lu ada perasan kagak sih sama si Alma Fa?" tanya Lay untuk ke sekian kalinya.
Alfa mendesah kesal, lagi-lagi sahabat dan teman-teman lelakinya tak lelah menanyakan hal itu padanya.
Alfa memasukkan tangannya ke saku celana dan menggendong tas pada sebelah bahunya.
Pandangan matanya lurus ke depan. Malas sekali dia menjawab pertanyaan sang sahabat yang di rasanya tak bermutu.
Sepanjang jalan banyak para gadis mencuri pandang padanya.
Alfa meski tidak terlihat sepopuler Daren, tapi pesonanya tetaplah mampu membius para gadis. Terlebih lagi jika dia tersenyum, maka banyak gadis yang meleleh dan berharap jadi Alma yang bisa dekat dengan dua most wanted sekolah mereka.
.
.
Di tempat lain, Alma tengah membujuk sang kekasih di dalam markasnya. Markas yang terletak di atap gedung sekolah memang tempat Daren dan anak-anak The Dark berkumpul.
Tak ada yang berani ke sana kecuali kekasih dan orang-orang yang memang mereka izinkan untuk datang.
Mereka bisa mengklaim tempat itu berkat kekuasaan orang tua Daren. Ya, ayah Daren adalah penyumbang terbesar di sekolah sana hingga dirinya bisa mendapatkan hak istimewa itu.
Dengan catatan tak boleh ada benda terlarang atau melakukan hal terlarang di sana, maka sekolah akan membiarkan saja meski masih tetap dalam pengawasan.
"Udah dong sayangnya Alma. Kok marah terus, apa enggak cape? Enggak laper? Alma laper tau," rengek gadis manja itu membuat kepala Daren berdenyut nyeri.
"Kenapa lagi dia?" tunjuk Regan dengan dagunya pada sang sahabat.
"Alfalah, siapa lagi," Gio yang menjawab pertanyaan Regan, tanpa melihat Regan.
Regan terkekeh lalu membuka kaleng sodanya. "Minum Al, aus pasti lu ngebujuk si setan dari tadi."
Alma menerima kaleng soda yang di sodor kan Regan dan hendak membukanya. Seperti biasa gadis itu selalu kesusahan jika berurusan dengan minuman kemasan.
Bukannya merasa tingkah Alma menggemaskan karena tengah bersusah payah membuka kaleng sodanya.
Daren justru menggeram kesal dan merebut paksa minuman itu dari tangan kekasihnya.
"Nyusahin banget sih!" gerutu Daren. Setelahnya pemuda itu memberikan kembali minuman Alma.
Meski merasakan getir dengan apa yang Daren ucapkan, Alma berusaha mengabaikan perasaan itu.
Dia kembali hendak membuntuti Daren sebelum tangannya di cekal oleh Anjar.
"Mending Lo balik ke kelas aja. Biarin dia tenang dulu," saran pemuda itu datar lalu melepaskan cekalannya.
"Tapi Njar ..." Alma menggigit bibir bawahnya cemas. Dia tak suka keadaan seperti ini.
Dia ingin Daren—nya seperti biasa. Alma yakin Daren akan luluh jika dirinya terus membujuk.
"Bener kata Anjar Al. Mending lu kasih waktu buat Daren," sambung Argo yang ikut bersuara meski matanya masih sibuk menatap ponsel di genggamannya.
Alma mendesah pasrah, dia tak jadi melanjutkan langkah kaki menuju ruangan lain tempat mereka beristirahat.
Alma kembali ke dalam kelas dan di sambut dengan cibiran teman-teman perempuannya.
"Dari mana sih! Lu ini semenjak pacaran sama si Daren jadi aneh tau enggak sih! Kerjaannya ilang-ilangan mulu!" gerutu Ratu.
"Ra," tegur Syeila. Gadis lemah lembut yang selalu menjadi penengah di antara keduanya.
"Gue heran tau enggak ma elu Al. Ada cowok baik sekelas Alfa malah pacaran sama orang begajulan kaya Daren!" cibir Ratu lagi.
"Namanya perasaan Ra. Gue nyaman ma Alfa karena kita temanan dari kecil," balas Alma sambil cekikikan.
"Cih, gue penasaran sumpah kalau nanti Alfa punya pacar gimana sama elu?"
"Ya enggak gimana-gimana Alfa pasti tetap memprioritaskan aku," jawab Alma bangga.
Ratu melotot horor, dia tak menyangka jika sahabatnya akan semenyebalkan ini.
Tak lama dia tersenyum sinis, ingin sekali dia meruntuhkan kesombongan sang sahabat. Bukannya dia benci pada Alma.
Ratu hanya merasa Alma terlalu menyepelekan semua orang. Dia tak ingin sang sahabat terlalu maruk seperti ini.
"Cih, lu enggak tau berita terbaru ya," cibir Ratu.
Alma yang masih menatap kosong keluar jendela lantas menoleh.
"Berita apa?"
Tubuh Syeila menegang. Dia menggeleng tipis dan hanya di lihat oleh Ratu.
Dia tak ingin sang sahabat memberitahukan berita yang belum jelas seperti ini.
Meski dia juga tak yakin apa nanti Alma akan kesal atau tidak tapi tetap dia tak ingin membuat perasaan Alma semakin buruk saat ini.
"Sahabat rasa pacar lo itu kan lagi deket sama cewek. Enggak tau kan lo!" cibir Ratu yang tak memedulikan tatapan memohon Syeila.
Ratu benar-benar penasaran bagaimana tanggapan Alma, meski mereka memang belum yakin kedekatan Alfa dengan Rheina seperti apa.
Pacaran atau hanya sekedar teman?
Namun yang Ratu tahu, Alfa tak pernah sedekat itu dengan siswi-siswi sekolah mereka.
Lelaki yang dia anggap bodoh itu selalu menuruti perkataan Alma yang tak ingin jika Alfa terlalu dekat dengan teman wanitanya.
Lalu saat dirinya mendengar dari Syeila yang merupakan kekasih dari Vino— sahabat Alfa, dirinya yakin gadis yang sekarang pasti spesial. Karena terlihat jelas jika Alfa tak menceritakan sosoknya pada Alma.
Mungkin ingin di sembunyikan, pikir Ratu.
Dia berharap lelaki itu sadar jika Alma terlalu serakah. Ingin mendapatkan Daren dan dirinya saat bersamaan.
Alma memicing, dia menatap curiga pada kedua sahabatnya. "Siapa?" tanyanya ketus.
"Rheina! Anak IPS 1," jawab Ratu datar.
Namun reaksi tak terduga dari Alma membuat Ratu kesal setengah mati.
"Hah enggak mungkin Alfa suka cewek kaya gitu. Biasalah dia pasti cuma penggemar Alfa. Dan ... Kalian tau sendirikan gimana Alfa. Dia pasti enggak enak tiba-tiba nolak. Biar nanti aku yang kasih tau dia," jawab Alma tenang.
Ratu mengepalkan tangannya mendengar kesombongan Alma lagi. Namun dia tak menyerah.
"Iya kah? Kenapa justru lo enggak tau kalau Alfa deket sama dia? Alfa enggak ceritakan? Oh come on Al. Apa sih yang enggak di ceritain sama si cowok dungu ke Lo? Kalau ini enggak, berarti dia enggak mau cewek satu ini berurusan sama elu," cibirnya.
Alma yang tadi sedang memejamkan matanya untuk mengurangi rasa jengkelnya membelalak sempurna mendengar ucapan Ratu.
Rahangnya mengeras karena tak suka dengan ucapan sang sahabat.
"Lagian kalian pada dapat berita dari siapa sih!" sentak Alma yang berusaha bersikap tenang, tapi sayang wajah kesalnya justru menjadi kesenangan sendiri bagi Ratu.
"Kenapa Lo? Cemburu? Sadar lo dah punya cowok! Jadi biarin Alfa juga punya cewek," cibir Ratu.
"Enggak. Aku cuma enggak mau kalau Alfa deket sama cewek murahan yang cuma mau harta dia aja," elak Alma tak masuk akal.
.
.
.
Next
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
bunda s'as
si Alma sombong banget
2023-10-01
0