Menikahi Sahabatku

Menikahi Sahabatku

Prolog

Sial!

Umpatan demi umpatan keluar dari mulut Alfa saat dirinya tengah memeluk Alma— sang sahabat yang tengah menangis.

Alma masih terisak meski sudah satu jam lamanya gadis itu menangis histeris.

Hanya Alfa tempatnya mengadu, dia tak tahu lagi harus bercerita pada siapa.

Dia malu, kalut dan kecewa.

Alma merasa bodoh karena mau saja terbujuk oleh rayuan Daren, lelaki tampan yang merupakan lelaki paling most wanted di sekolah mereka.

Wajah dingin dan datar Daren merupakan daya pikatnya. Jangan lupakan jika dia merupakan ketua genk The Dark yang banyak di gilai oleh siswi di sekolah mereka.

Bila di bandingkan dengan Alfa, sahabatnya itu juga tak kalah tampan. Bahkan lebih tampan— mungkin.

Alfa memiliki tatapan mata tajam dengan iris hitam pekat. Dia tidak seperti Daren yang terkenal karena kenakalannya. Alfa justru terkenal karena Good Boy, yang sering mengharumkan nama sekolah mereka.

Dan pesona bad boy seperti Daren lah yang justru membuat para siswi tergila-gila padanya, termasuk Alma.

"Aku hancur Fa, gimana sama masa depan aku. Hiks ... hiks," Alma kembali menangis mengingat kebodohannya sendiri.

Dia yang sudah berulang kali di nasihati sang sahabat dan teman-teman perempuannya seakan menulikan telinga dan berpikir jika dirinya pasti bisa menaklukkan lelaki yang di juluki iblis SMA Garuda itu.

Nyatanya saat ini, gadis itu di buang begitu saja.

"Gue bakal nikahin Lo!" ucap Alfa tiba-tiba

****************

Pagi hari.

"Pagi Alfa ...," sapa Alma ceria seperti biasa.

Alfa hanya tersenyum tipis lalu mengusap puncak kepala gadis berpipi cabi di depannya.

"Alfa naik apa?" tanya Alma dengan suara manjanya.

"Motor," balas Alfa singkat.

"Yah, padahal kan Alma mau ikut Fa. Naik mobil ya," rengek Alma.

Gadis itu tahu kalau Alfa baru saja mendapatkan sebuah mobil baru dari ayahnya. Sebagai hadiah karena sahabatnya itu kembali meraih rangking 1 di sekolah mereka.

Mata Alfa memicing curiga. Dia tahu sang sahabat yang rumahnya berada di belakang gangnya itu pasti sudah tahu rahasianya.

Alma tersenyum lebar tak merasa bersalah. Dia bergoyang-goyang sambil memegang tali tasnya seperti anak TK.

"Ck, males Al, tau sendiri macetnya kaya apaan tau!" tolak Alfa.

"Ih Alfa mah, Momy sama papi enggak bisa anter. Ya Fa, please," rengeknya sambil mengedip-ngedipkan matanya berulang kali.

Sungguh menggemaskan pikir Alfa. Namun hanya perasaan gemas tak ada yang lain. Meski banyak yang mengatakan jika tak ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan secara murni, tapi tidak bagi Alfa.

Berteman sejak kecil karena bertetangga, dia memang pernah memiliki ketertarikan pada Alma. Dulu, bahkan Alfa sudah lupa kapan tepatnya dan merasa mungkin bukan perasaan cinta, hanya tertarik karena sering di jodoh-jodohkan saja.

Alfa menghela napas panjang. Sebenarnya dia ada tugas hingga harus datang pagi-pagi. Motor adalah salah satu kendaraan paling efisien menurutnya.

Terlebih kota besar seperti Jakarta memanglah tempatnya macet.

Namun Alfa sadar dia tak mungkin mengendarai motornya jika harus membawa Alma. Karena seragam sekolah mereka yang memang mengharuskan rok sebatas lutut bisa membuatnya tersingkap jika harus naik motor.

Terlebih lagi Alma mengenakan rok di atas lutut lima cm.

Sudah berulang kali dia tegur tapi tak pernah di tanggapi sang sahabat.

Alma selalu berkata jika kebanyakan siswi di SMA Garuda mengenakan pakaian seperti dirinya, meski tidak semua. Catat.

Alfa kembali ke dalam rumah untuk mengambil kunci mobil miliknya.

"Loh kok balik lagi Fa?" tanya Tiara sang ibu heran.

"Si Alma mau ikut," jawab Alfa datar.

Tiara tersenyum meledek. "Cie, yang mau ajak calon menantu mamah naik mobil baru."

"Apaan sih mah, aku mau pake mobil mamah kok!" elak Alfa.

Sang ibu dan ibunya Alma selalu menjodohkan dirinya dan Alma karena mereka merasa jika keduanya adalah pasangan yang serasi.

Meski sudah berulang kali keduanya menolak dan menegaskan jika di antara keduanya tak pernah memiliki rasa tertarik layaknya laki-laki dan perempuan, mereka tetap saja meledek.

"Loh kok mobil mamah sih. Kenapa enggak mobil kamu aja Fa?"

"Aku males jadi pusat perhatian mah yang bener ajalah," gerutu Alfa.

Mobil yang di berikan orang tuanya tidak main-main. Mobil dengan logo kuda jingkrak berwarna merah itu resmi menjadi penghuni baru di garasi rumahnya.

Tiara tertawa melihat wajah tampan sang putra yang memberengut kesal.

"Udah ya mah, Alfa berangkat," ucapnya lantas berlalu pergi.

"Ati-ati ya jangan di apa-apain calon mantu mamah," goda Tiara memekik.

Alfa hanya mendengus saat memasuki mobilnya di garasi.

Senyum Alma memudar kala melihat sang sahabat keluar dengan mobil milik ibunya.

"Loh kok mobil tante Tiara sih Fa," gerutu Alma sambil mengentak-entakkan kakinya kesal.

"Lo mau ikut apa enggak!" jawab Alfa kesal dengan suara sedikit membentak.

Dengan terpaksa Alma menaiki mobil yang sudah sering dia tumpangi jika pergi bersama dengan Alfa.

"Katanya kamu punya mobil baru, kenapa enggak pakai itu aja sih Fa? Enggak boleh gitu Alma naik?" cecar Alma begitu dirinya masuk ke dalam mobil.

"Gue enggak suka jadi pusat perhatian. Kalau elu lupa."

Alma terkekeh dan mencubit gemas pipi Alfa. Alfa yang kesal menepis tangan Alma di pipinya.

"Ulu ... Ulu bagus dong Fa. Biar ciwi-ciwi SMA Garuda tuh klepek-klepek sama kamu. Yakin deh Alma kalau kamu pakai mobil kamu itu pasti banyak yang antre pengen jadi cewek kamu."

"Matre dong berarti mereka," jawab Alfa datar.

Alma mengangguk-angguk setuju. Dia tahu kalau sahabatnya ini selain tampan dan juga pintar memang banyak penggemarnya tanpa perlu menunjukkan seberapa kaya dirinya.

Bahkan bisa di bilang, penggemar Alfa dan Daren sama banyaknya. Namun penggemar Daren banyak yang terang-terangan, berbeda dengan penggemar Alfa yang memilih sembunyi-sembunyi menunjukkan ketertarikannya.

"Tapi ... Mau nanti Alfa punya pacar juga enggak boleh ngelupain Alma! Pokoknya Alma harus nomor satu ya," ucap Alma tiba-tiba.

Alfa melirik sekilas lantas menaikkan satu alisnya tak mengerti.

Alma melebarkan senyumnya, menampilkan sederet gigi putih bersihnya yang berjejer rapi.

"Aturan dari siapa itu?" gerutu Alfa.

"Aturan Alma lah! Meski Alma itu pengen Alfa punya pacar, tapi enggak tau kenapa Alma takut kalau Alfa ngeluapin Alma," lirih gadis itu sambil menunduk.

Tiba-tiba saja dada Alma merasa sesak. Gadis manja yang selalu mendapatkan perhatian dari Alfa itu tak mengerti dengan dirinya.

Dia meyakini diri jika tak pernah menyukai sahabatnya itu meski banyak yang bilang dirinya bodoh lebih memilih Daren dari pada Alfa.

"Kalau gitu gue enggak usah punya pacar," jawab Alfa tenang.

Alma tersenyum senang. Refleks dirinya memeluk lengan Alfa.

"Ih enggak gitu Alfa. Alfa boleh pacaran, tapi jangan lupain Alma ya. Kaya Alma gini, meski udah punya Daren, Alma tetap deket sama Alfa kan?" jelas Alma

Alfa menoleh dan menghela napas. Lagi-lagi dia hanya bisa pasrah dan menangguk.

"Udah gih turun. Noh di tungguin pangeran Lo," ucap Alfa dengan rahang mengeras.

Alma yang terkejut dengan ucapan sang sahabat lantas tersentak dan segera melepaskan pelukannya lalu menatap ke arah depan di mana Daren— sang kekasih tengah menatap ke arah mereka dengan sorot mata tajam.

"Daren?" lirih Alma.

Terpopuler

Comments

Siti Sapuroh

Siti Sapuroh

mulai baca

2023-12-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!