Bab 5 Di bawa pergi.

"Kalau begitu. Good daay. "

"Jhahah. Apa pih?" Leora mendekatkan telinganya pada mulut sang papih.

"Good daay!"

" Good night kali, sejak kapan selamat malam diganti jadi Good daay?"

"Oh, salah ternyata. "

Leora menggelengkan kepala, dimana posisi tubuhnya menyender pada ambang pintu. Dengan melipatkan kedua tangan. " Cie, cie. Kayaknya ada yang lagi salting. "

Lelaki tua itu, mengabaikan sindiran dari anaknya. Ia pergi dengan raut wajah memerah.

Leora perlahan menutup pintu, setelah kepergian sang papih yang sudah tak terlihat lagi di depan matanya.

"Leora, apa bandot tua itu sudah pergi."

"Nayla, dia itu papih aku. Bukan bandot tua, jadi stop jangan katakan itu lagi, oke."

Mengerutkan kedua bibir, " dia kan-. "

Leora mencoba menutup mulut Nayla, menggelengkan kepala, " aku sudah mengerti beby, jadi tak perlu di jelaskan lagi. "

Mendengar perkataan Leora, Nayla terlihat kesal. Ia menghentagkan kaki ke atas lantai. " Leora aku mau pulang sekarang. "

"Kenapa buru buru beby, kamu kan janji mau tinggal di sini bersamaku. "

Leora mencoba memegang tangan Nayla, menenangkan setiap kegelisahaan yang dihadapi sahabatnya.

Mengusap pelan wajah lembut milik Nayla, " kamu jangan kuatir, masalah dengan papihku. Dia tidak akan macam macam. Aku akan memberitahu dia untuk menggagalkan perjodohan ini. "

Bibir tipis milik Nayla mulai terangkat, dimana ia mempelihatkan sebuah senyuman lebarnya.

"Ah, benarkan, beby?"

Menganggukkan kepala, lalu menjawab. " Ya, masa aku bohong!"

Pelukan hangat mendarat begitu saja dari sang sahabat, " terima kasih, Leora. Kamu memang sahabat terbaikku. "

"Kamu bisa saja, beby. "

Leora mencoba mencubit kedua pipi milik Nayla, memperlihatkan kebahagiaan yang tak bisa ia ungkapkan.

"Kalau begitu kita tidur. "

Ucapan Leora membuat Nayla menurut, wanita berbola mata coklat itu mulai melepaskan pelukkannya.

Tok .... Tok.

Baru saja keduanya berbaring di atas kasur, Leora kesal dengan orang yang terus mengetuk pintunya berulang kali.

"Siapa sih. Ganggu saja. "

"Biar aku buka. "

"No, beby. Sebaiknya aku saja, kamu diam dan cepat tidur. Oke. "

"Baiklah."

Bangkit dari tempat tidur, Leora mulai menghampiri pintu kamarnya. Membuka perlahan, " papih. "

Nayla terkejut, mendengar sang sahabat menyebut kata papih. " Leora, siapa?"

"Ah, ini. Mbok Sri. "

"Oh, kalau begitu aku tidur duluan ya. "

"Oke beby. "

Leora mendorong pelan tubuh sang papih yang berada di abang pintu, keluar dari dalam kamar dengan perlahan menutup pintu kamar.

"Papih, ini. "

Lelaki berumur empat puluh tahun itu malah tersenyum, ia terlihat menggaruk belakang kepalanya.

Leora yang tak senang melihat tingkah sang papih, menarik tangan lelaki tua itu. Membawa ia ke ruang tamu, " papih, ayolah. Jangan kayak orang nggak jelas gitu, ngapain coba ketuk pintu malam malam begini. Kayak mau ngapain aja. "

"Leora, papih hanya ingin memastikan jika sahabatmu ini nyaman tinggal di sini. "

"Nayla itu akan nyaman tinggal di rumah ini, jadi stop ya pih, jangan nganggu sahabat Leora di sini. "

"Leora, kenapa kamu malah bicara seperti itu. Kamu tahu sendirikan, Nayla calon istri papih. "

"Ya, iya. Aku baru tahu itu, pih. Hanya saja butuh waktu untuk membujuk Nayla menerima papih yang peot ini. "

"Sebarangan kamu ini kalau ngomong, peot peot. Heh, papih ini gini gini masih segar dan kuat. "

"Kuat apa?"

"Kuat nyicipi, apem si Nayla!"

Memukul bahu sang papih. Leora menatap tajam wajah lelaki tua dihadapannya," sudah pergi sana. Papih ini agak sinting emang. "

"Hehhe."

Lelaki berwajah rupawan itu, melambaikan tangan dengan berucap. " Tolong sampaikan salam ke Nayla ya. "

"Tunggu."

"Apa lagi, Leora. Tadi kamu marah sama papih, sekarang. "

"Tolong batalkan pernikahan papih dengan Nayla ya. "

"What, tidak mungkin. Papih tetap akan mempertahankan wanita muda itu. "

Leora memukul jidatnya, " Pih, jangan egoislah. Papih ini, sama saja jahat. "

"Jahat."

"Iya papih jahat, mengorbankan masa depan Nayla. "

Daniel memukul jidat anaknya.

"Aw, papih. Ih. "

"Jangan ngomong sembarangan kamu ya, tidak ada yang mengorbankan masa depan Nayla. Justru papih ini menyelamatkan masa depan Nayla, mensejahterakan keluarganya dari kebangkrutan. "

"Ah, papih ini. Otak tua, sadarlah. Papih ini tidak akan sanggup membahagiakan Nayla, dari segi-"

Leora menatap pada ujung kepala sang papih hingga tatapannya mendarat pada bawah perut lelaki tua itu.

"Apa yang kamu lihat dan pikirkan, Laura?"

Bergidik ngeri, Leora menjawab, " lihat bawah perut papih, sudah berumur empat puluh tahun ini, apa masih berguna. "

"Sudah papih tebak, anak muda jaman sekarang yang dilihat keperkasaanya, tanpa mencoba terlebih dahulu. "

"Huek." Mendengar kata kata yang keluar dari mulut sang papih, membuat Leora mual.

"Heh, kenapa mual. "

"Leora ngebayangin, kalau papih lagi malam pertama sama Nayla. Pedang papih itu, belum apa apa udah meleyot, jhahahha. "

"Laora, asal sekali mulut kamu ini kalau berbicara. "

"Lah, kan pada kenyataanya. "

"Sudah sudah, papih mau tidur. Kalau ngomong sama anak muda seperti kamu belum mengerti, kalau belum mencoba."

"Apa, mencoba. Ogah banget pih, ngebayanginnya juga udah gimana gitu, nggak menggugah selera. "

Menggelengkan kepala, lelaki tua itu mencoba menjauhi anak semata wayangnya. Tak mau mendengar ketidak setujuannya itu.

"Papih, mau kemana?"

"Tidur!"

"Ish, belum juga selesai ngomong, papih malah pergi. "

Nayla terbangun kembali dari tempat tidurnya, ia tak melihat keberadaan Leora. " Kemana ya Leora, kok. Belum balik juga. "

Melihat jam di dinding yang selalu berbunyi di setiap detiknya, perasaan Nayla terasa tak karuan, ia menginjakan kaki pada lantai. Tampa menggunakan sendal.

Membuka pintu perlahan, "Leora, dimana kamu?"

Memanggil pelan sang sahabat, Nayla mencoba keluar dari kamar. " Leora. "

"Mm, gadis manis. "

Baru saja melangkahkan kaki, sosok lelaki tua itu mendekat. Nayla tampak panik, ia berjalan mundur dengan berkata pelan, " bandut tua itu lagi. "

"Hai, gadis kecil, kamu belum tidur sayang. "

Tatapan genit dari kedua mata Daniel, membuat Nayla bergidig ngeri, walau tampilan lelaki berwajah rupawan itu. Tampan dan segar bugar, tetap saja mengingat umurnya yang empat puluh tahun itu. Membuat Nayla jijik.

"Mau apa kamu?"

Langkah kaki Daniel, semakin dekat. Membuat Nayla terus menghindar.

"Bagaimana kalau malam ini kita ngobrol berdua di dalam kamar. "

"Sialan, dasar otak mesum. "

"Hey, otak mesum bagaimana maksud kamu? Sebentar lagi kita akan menikah?"

"Ih, nggak deh. Aku nggak akan menikah sama bandot tua seperti kamu itu, ngerti!"

"Benarkah."

Karena nada bicara yang terdengar kurang sopan itu, Daniel menarik baju Nayla, membekam mulut gadis itu.

"Mm, mm."

Daniel kini mengangkat tubuh Nayla, membawanya pergi.

"Mm."

"Diam ya gadis manis, kita pergi ke kamar. "

Nayla membulatkan kedua mata, terkejut mendengar hal itu, ia berusaha memberontak dengan sekuat tenaga.

Bergumam dalam hati, " sialan. "

Terpopuler

Comments

Sabiya

Sabiya

gue kira mau minum kopi kemasan

2024-01-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!