Masuk ke dalam kamar, Leora melihat sang sahabat sedang duduk pada ujung kasur. Kedua tangan gadis itu terlihat tak tenang, membuat Leora berusaha mendekat tanpa mengejutkannya.
"Nayla."
"Hah, Leora. Kamu kemana saja?" tanya Nayla dengan raut wajah paniknya.
"Beby, sorry banget. Tadi aku pergi ke mall, mau ajak kamu, eh. Kamu malah tidur nyenyak!" jawab Leora, terlihat bingung memulai pertanyaan tentang sahabatnya, yang terciduk berduaan dengan sang papih di dapur.
"Ih, kamu kok gitu. " Nayla masih menundukkan wajah, gerak geriknya terlihat tak tenang.
Ia berulang kali menenangkan perasaanya yang tak karuan. Dimana detak jantung berdetak kecang, seakan tak terkendali.
"Nayla. Beby. "
"Hah, iya. "
Leora memegang kedua punggung tangan Nayla, menanyakan dengan ucapan lembutnya. " Nayla, apa benar tadi kamu ada di dapur bersama papihku?"
Deg ....
Menatap ke arah Leora, dengan membulatkan kedua mata, bibir Nayla terlihat kaku.
"Jika kamu belum siap mengatakannya, tak apa. Aku ngerti kok. "
"Ah, bukan begitu. " Nayla menundukkan kembali wajahnya, dimana Leora berusaha sabar mencari momen untuk menanyakan kebenaran yang terjadi.
"Lalu."
" Sebenarnya, orang yang akan dijodohkan denganku- ialah papih kamu. "
"Apa." Leora malah tertawa, tak percaya dengan apa yang ia dengar. " Jangan bercanda kamu, beby. "
"Kamu pasti akan berpikir seperti itu, jelas jelas semua ini hal yang benar."
"Beby, aku tak menyangka sama sekali. Jika kamu akan menjadi mama tiriku. "
Leora berjingkak kegirangan, ia begitu senang. Membuat Nayla terdiam, melihat kelakuan sahabatnya itu.
Menarik tangan Leora, dimana gadis berambut pirang itu duduk dengan wajah bahagianya.
"Kamu kok malah senang kegirangan begitu?"
Leora memeluk tubuh Nayla dengan erat, ia lalu berkata. " Tentu aku senang, karena sebentar lagi aku punya mama tiri seperti kamu beby. "
Nayla mencoba menghindar, melepaskan pelukan Leora, " kamu gila ya, kita ini sahabat. Bukan anak dan ibu. Ihh, mana mau aku nikah sama papih kamu yang sudah kakek kakek itu. "
Gadis berambut panjang hitam lebat itu berdiri, ia bergidig ngeri. Membuat Leora yang melihatnya tersenyum lebar.
"Leora, sahabat tetap sahabat, sampai kapan pun. Oke. "
"Nayla, ayolah. " Leora kini berdiri, ia merangkul bahu Nayla.
Melepaskan tangan Leora, " nggak."
"Nayla, kamu lihat body papi aku. Dia masih sehat, bugar, dan keren. Mm, masa kamu tidak tertarik sama sekali dengan dia. "
Nayla mulai membayangkan perkataan Leora, dimana ia ingat dengan ucapan Daniel. " Nayla, kalau belum mencoba, mana tahu. "
"WOY."
"Astaga, naga. "
"Malah bengong, jhahaha. "
Nayla memukul bahu Leora, mencubitnya dengan begitu keras.
"Aduhh, sakit tahu. "
"Siapa suruh bikin kaget orang, heh Leora, asal kamu tahu. Body segar bugar, belum tentu-. " Nayla menujukkan jari tangan yang tadinya berdiri mengacung kini ia turunkan kebawah begitu saja. " Ngerti dong. "
"Jhahaha, masalah itu. " Leora kini memukul keras bahu Nayla, " asal kamu tahu ya, mami aku mati karena nggak sanggup ngelayani papih. Ya kamu tahu sendirikan, pedang papih aku segede apa, bisa dibayangkan lah. "
"Jadi kamu sudah lihat, sebesar apa?"
Menarik tangan Nayla, Leora mulai berbisik. " kebetulan aku waktu kecil nggak sengaja lihat, mami papi, main kuda kudaan. Dan kamu tahu, pas sensi pecompotan, pedang itu menggantung besar. "
Mendorong tubuh Leora, " itukan kamu masih kecil, dan papih kamu masih muda. "
"Dengar lagi ceritaku ini. Waktu aku beranjak dewasa, saat memasukki kuliah. Aku nggak sengaja-"
Begitu seriusnya Nayla, mendengarkan cerita dari Leora, sampai dimana. " HOBAH. "
Nayla terkejut, ia mengusap dada bidangnya.
"Nayla, Nayla. Serius sekali kalau dengar cerita ke gitu. "
"Habisnya kamu bikin penasaran. " Terburu buru, Nayla menutup mulutnya.
Sedangkan Leora yang sudah mendengar jelas, malah tertawa terbahak bahak. " belum apa apa, udah ngomong begitu, aduhh, Nayla. Nggak usah munafik kamu. Nih ya, aku kasih tahu beby, kamu akan puas menikah dengan papih aku. "
"Heh, sampai kiamatpun aku nggak mau menikah dengan papih kamu. Titik, aku tahu kamu ini hanya memancigku, oh atau jangan jangan, kamu bersekongkol dengan papih kamu."
" Dih, mana ada, hey. Beby, aku mengatakan semua ini, karena kamu pastinya akan hidup bahagia. Dan-."
"Apa?"
"Terpuaskan dengan rudal panjang milik papih aku, jahahah. "
Nayla malah menelan ludahnya, setelah mendengar perkataan Leora, ia berusaha mengontrol diri. Agar tak terpancing dengan perkataan mesum Leora.
Leora dengan begitu sengajanya, mengangkat alis. Ia lalu berkata. " Mm, penasaran kan. "
Melangkah kan kaki sedikit menjauh dari hadapan Leora. "Kalau aku bilang tidak ya tidak, jangan memacingku ya. "
Leora tampak kecewa dengan jawaban sang sahabat, ia menundukkan padangan. Berpura pura menangis, mencari rasa simpati pada diri Nayla.
"Mungkin aku terlalu berekfetasi tinggi, terlalu berharap pada kamu Nayla. Maaf ya. "
"Leora. Kamu kok jadi sedih gitu, kamu tahu kan kalau aku ini seusia kamu, masih gadis. Masa ia aku menikah dengan papih kamu yang sudah kakek kakek itu. Mau di taruh di mana mukaku ini. Hah."
"Nayla, papih aku bukan kakek - kakek, dia masih segar bugar dan pantas di sebut om. Kamu tahu itu. "
"Iya, aku tahu. Kamu jangan sedih begini dong, aku jadi bingung. "
"Kenapa harus bingung, kalau kamu menikah dengan Papihku. Perusahaan kedua orang tua akan selamat, dan jauh dari kata bangkrut. "
Nayla mulai memikirkan perkataan Leora. Dimana Leora begitu pintar merayu sang sahabat, memegang kedua tangan Nayla, memohon mohon seperti pengemis.
"Mau ya, Nayla, aku jamin kamu bakal bahagia sama papih aku. "
Nayla menyingkirkan tangan Leora, membelakangi sahabat lamanya itu. " Aku akan memikirkannya. "
Mendengar hal itu, Leora tampak senang. Ia tersenyum. Menunggu kebahagiaan datang untuknya.
Tok .... Tok. Terkejut, akan suara ketukan pintu.
Leora perlahan berjalan, mendekati pintu rumah. Ia melihat siapa yang datang di malam hari begini.
Ceklek.
" Papih. "
Nayla yang mendengar Leora menyebut sang papih, membuat ia ketakutan.
"Leora. Kamu kok kaya syok gitu, ada yang aneh dengan papih?"
"Ah, nggak! Cuman, ngapain papih datang ke kamar Leora malam malam begini?"
Daniel terlihat memalingkan wajah dari tatapan anaknya, ia mencari keberadaan Nayla.
"Papih."
"Iya, Leora. "
"Ditanya malah diam saja. "
Leora mencoba memperhatikan sang papih, melihat gerak gerik mata lelaki tua itu, membuat Leora tersenyum tipis.
"Oh, jadi. Karena mm. Mm. "
Menatap ke arah anaknya, Daniel mengerutkan dahi. " Papih hanya. "
Daniel masih saja fokus mencari keberadaan Nayla, membuat anak semata wayangnya itu mengerti.
Membuka pintu lebar lebar, akhirnya Daniel melihat Nayla berdiri di dekat jendala kamar anaknya. Gadis itu terlihat bingung, ia tak menatap ke arah Daniel sama sekali.
"Sudah, pih. "
Daniel tersenyum, " mm. Apaan sih. "
"Pura pura. " berucap pelan, sembari menutup mulut. Leora gemas dengan tingkah papihnya, yang terlihat sedang jatuh cinta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Sabiya
masalahnya itu papi kamu udah tua Le..
2024-01-05
0