Bab 3

"Hoam, berapa lama aku tidur. " Menggeliatkan badan, mengacungkan kedua tangan ke atas. Kedua mata bulat milik Nayla menatap ke arah jam kecil yang tak jauh dari hadapannya.

Menguap berulang kali, Nayla terkejut. Tiga jam ia tidur tak sadar jika dirinya sendirian di dalam kamar. " kemana Leora?"

Bangkit dari tempat tidur, tangan kanan Nayla mengacak rambutnya secara kasar. Ia merasa kehausan, berencana untuk pergi ke dapur.

"Rumah semewah ini, nggak di sedian air minum apa? Minum pun harus ke dapur. Menyebalkan, " gerutu Nayla setiap kali melangkahkan kakinya. Untuk sekedar mencari makanan dan air minum.

Sampai di dapur, Nayla tak melihat satu orang pun di sana, ia mengambil air dalam kulkas. " Wah, banyak makanan, kebetulan sekali. "

Mengambil beberapa makanan dan cemilan, Nayla terlihat begitu senang, ia berencana membawa semua makanan yang dipilihnya ke dalam kamar.

Menutup pintu kulkas, Nayla dikejutkan dengan sosok lelaki berwajah rupawan. Lelaki itu tersenyum tipis, menyapa Nayla. " Hai, cantik. "

Nayla hanya menundukkan pandangan, berusaha menghindar dari lelaki tua itu.

Namun untuk kedua kalinya, tangan Nayla di tarik kuat oleh Daniel, membuat tubuh sang gadis terjatuh pada pelukan Daniel.

"Kenapa terburu buru pergi. "

Nayla mencoba menghindar, namun lelaki tua itu dengan sengajanya menggenggam erat lengan Nayla. " Lepaskan. "

Senyum sinis di tampilkan Daniel, tangan kekar miliknya mengusap perlahan, " mm, kenapa. Kamu takut. "

Nayla tak suka dengan pandangan lelaki yang ada dihadapannya, ia membulatkan kedua mata berani menantang Daniel.

"Heh, kakek tua mana ada saya takut dengan anda."

Lancangnya Nayla, membuat Daniel semakin suka dan gemas padanya. " Manisnya. "

Melepaskan tangan Daniel dengan sekuat tenaga, Nayla berusaha menaruh makanan di atas meja. Ia berkacak pinggang di depan sang tuan rumah.

"Apa anda bilang, heh, bandot tua jangan berani merayu saya. "

Daniel hanya diam mendengar ocehan Nayla, ia mengusap dagunya. Tersenyum manis.

"Dih, anda gila ya pak. Atau jangan jangan, anda kurang minum. "

"Nayla, kenapa? Kamu menolak perjodohan kita. "

Deg ....

Mendengar perkataan Daniel, membuat Nayla berucap dalam hati. " Perjodohan, apa jangan jangan-"

"Kamu sedang memikir apa? Cantik, " ucap Daniel, mengangetkan lamunan Nayla.

Jari tangan Daniel, begitu lancang memegang dagu Nayla, membuat sang gadis merasa tak nyaman.

Mencoba melepaskan tangan Daniel, Nayla menatap tajam ke arah lelaki tua dihadapannya. " Perjodohan, jadi anda bandot tua bernama Daniel itu. "

Senyum lebar diperlihatkan Daniel di depan Nayla, lelaki tua itu menganggukkan kepala, lalu berkata, " benar sekali, sebentar lagi kamu akan menjadi istriku. "

"Ih, jijay. Mana mungkin, anda ini sudah kakek- kakek. Jadi saya akan berusaha menentang perjodohan itu sampai kapanpun. "

Menghindari Daniel, lelaki berwajah rupawan itu berucap. " Kamu yakin dengan perkataan kamu itu, atau kamu tidak akan menyesal?"

Nayla terdiam, ia menghentikan langkah kakinya. " Mana ada seorang gadis mau menikahi lelaki yang sudah berumur seperti anda itu. Kalau ada pun, saya yakin saat malam pertama anda akan mati kelelahan. "

Menusuk sekali perkataan Nayla pada hati Daniel, lelaki tua itu tak terima, ia mendekatkan diri, memeluk sang gadis dari belakang.

"Waw, kamu meremehkan, permainan saya sebagai lelaki tua."

Tak nyaman dengan pelukan Daniel, Nayla berusaha menghindar lagi. Menunjuk wajah Daniel. " Anda jangan seenaknya menyentuh saya, apalagi sampai memeluk saya tampa izin, ingat itu. "

Daniel malah sengaja menantang perkataan Nayla, ia meraih telunjuk tangan Nayla menciumnya dengan lembut.

Merasa geli dengan perlakuan Daniel, Nayla pergi berlari.

"Dasar bandot tua. "

Tak ingin menyiakan momen ini, Daniel mengejar. Menangkap Nayla dengan kedua tangannya sendiri. Gadis itu hampir terjatuh, namun tertahan akan dekapan dari kedua tangan Daniel.

"Dasar kakek tua, lepaskan, anda gila ya. "

Melepaskan kedua tangan Daniel dengan kemampuan sang gadis, Daniel malah memutarkan badan Nayla, hingga mereka saling berhadapan satu sama lain.

"Hey, cantik. Kenapa pergi, bukannya tadi kamu menghina saya. "

"Saya bukan menghina, tapi saya berbicara kebenaran. "

Menempelkan telujuk jari tangan pada bibir Nayla, Daniel tersenyum manis. " Kebenaran, dari mananya, cantik. Kamu belum membuktikannya, kalau saya ini lemah dan tak berdaya di ranjang. Apalagi sampai kamu berkata, jika malam pertama bermain dengan gadis akan mati. "

Mendorong tubuh Nayla, hingga punggung gadis itu menyender pada tembok. Daniel memainkan rambut Nayla dengan jari jemarinya, " rambut kamu indah, dan wangi. "

Tak suka dengan kelancangan Daniel, Nayla mengibaskan jari jemari itu, ia berucap. " Anda ini kurang ajar ya. "

Daniel malah sengaja, menempelkan dadanya pada dada Nayla. " Ah, kalau begini bagaimana. "

"Kenapa semakin dekat malah semakin tak karuan, sialan bandot tua ini begitu wangi. Dan lagi wajahnya mulus, senyumnya. Aku berpikir apa sih Nayla, jelas jelas dia itu lelaki yang sudah berumur. Tapi kenapa tenaganya begitu kuat. Membuat aku penasaran dengannya. " Bergumam dalam hati. Daniel menggerutkan dahi, " apa yang sedang kamu pikirkan cantik. "

Nayla mendorong tubuh Daniel sekuat tenaga, berlari pergi dengan perasaan aneh yang ia tak mengerti sama sekali.

Daniel tak lagi mengejar gadis itu, ia malah merogok saku celana, tersenyum kecil. Dan berkata. " Kamu memang gadis menarik."

"Papih."

Terkejut dengan panggilan Leora, kedua pipi Daniel terlihat memerah. " Leora. "

Lelaki tua itu seperti anak muda yang sedang jatuh cinta, melihat anaknya berusaha menyembunyikan pipi merah.

"Papih, sedang apa di dapur?"

"Leora, kamu sudah pulang!" Daniel berusaha menyembunyikan pandangannya.

"Papih ini kenapa?" Pertanyaan Leora tak di dengar sama sekali oleh Daniel, lelaki tua itu malah pergi dengan terburu buru.

"Papih."

Melipatkan kedua tangan, Leora merasa aneh dengan tingkah papihnya sendiri.

"Mbok Sri. "

Memanggil pembantu rumah, sosok Mbok Sri berjalan keluar dari dalam gudang, tubuhnya terlihat bergetar.

"Mbok Sri kemana aja. "

"An-u ta-di. "

Mbok Sri terlihat kebingungan sendiri, menjawab perkataan yang nona rumah.

Leora yang berada dihadapan Mbok Sri, memegang bahu pembantunya. " Mbok lagi sakit?"

Menggelengkan kepala, Mbok Sri menjawab dengan gugup. " Nggak. "

Leora menggerutkan dahinya, menghela napas lalu berucap, " lalu kenapa Mbok Sri terlihat tak berdaya seperti itu. "

"Nona jangan marahnya, kalau Mbok mengatakan hal ini. "

"Marah." Leora tertawa dengan bisikan Mbok Sri.

"Ya non, soalnya tadi Mbok Sri lihat sahabat nona bermesraan dengan Tuan besar. "

Masih tak percaya dengan apa yang dikatakan Sri, Leora kembali berucap. " Mbok, bercanda ya. "

"Nggak non, serius. Mbok lihat dengan mata kepala sendiri. "

Tak ingin berburuk sangka, Leora bergegas menghampiri Nayla, menanyakan perkataan Mbok Sri yang melihat Nayla bersama dengan sang papih di dapur.

"Nona."

"Iya kenapa, Mbok. "

"Jangan bilang bilang, kalau Mbok Sri yang bilang ya. "

" Mm, oke. "

Terpopuler

Comments

Sabiya

Sabiya

lah si bibi lihat lagi

2024-01-05

0

Sabiya

Sabiya

Nah kan emang dia orangnya

2024-01-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!