"Nayla, kamu kenapa?"
"Mm, a-ku!"
Leora tiba tiba mendekat, berbisik pada telinga Nayla, " kamu terkesima dengan penampilan papih aku ya. "
Mengerutkan dahi, mendorong pelan tubuh Leora, " Dih, Papih kamu itu sudah tua. "
Leora melipatkan kedua tangan, menyunggingkan bibirnya sambil berkata." Walau pun umurnya sudah tua, dia tetap keren dan tampan. Aku bangga punya papih seperti dia."
"Ya, ya. Kan kamu itu anaknya. "
"Ahk, sudahlah beby. Kenapa juga kita bahas papih aku. Gimana kalau kita tiduran sambil main game?"
"Ide yang bagus!"
Saat kaki mereka melangkah menuju kamar, sosok seorang lelaki tua memanggil anaknya. " Leora. "
Lelaki berparas rupawan, dengan jas yang begitu rapi mendekat pada keduanya, Leora membalikkan badannya. Merasa malas akan panggilan sang papih" ya pih, ada apa?"
"Papih, minta tolong sama kamu. Ambilkan tas papih ya. "
"Tumben amat pih, nyuruh Leora, kan ada Mbok Sri. "
"Sebentar saja sayang, tasnya ada di meja kerja. "
" Ih. Baiklah."
Nayla mulai mengikuti langkah kaki Leora, dimana ia tak menyangka jika tangan kekar milik lelaki tua itu menarik tangan Nayla.
"Nayla, itu nama kamu kan?"
Lelaki berbibir tipis itu semakin mendekatkan wajahnya pada Nayla, " ya! Memangnya kenapa?"
Mengusap kasar dagu, lelaki berwajah rupawan mulai mengenalkan dirinya pada Nayla. " Perkenalkan nama saya-"
"Papih."
Terkejut dengan suara Leora, lelaki tua itu berusaha menghindar dari hadapan Nayla. Berpura pura bersikap dingin dan acuh.
"Nih, tasnya. Lain kali jangan lupa lagi, " ucap Leora terlihat begitu terpaksa mengambilkan tas milik papihnya.
"Oke."
Pergi dari hadapan Leora, lelaki tua itu sedikit memandangi wajah imut milik Nayla.
"Mm."
"Good bay. Sayangku. "
Setelah kepergian sang papih, Nayla mulai mengusap pelan bahunya, merasa geli. Saat sentuhan tangan lelaki berwajah rupawan itu menyentuhnya.
Melihat sang sahabat melamun, Leora dengan sengajanya menyenggol bahu Nayla. " Eh. "
Mentertawakan Nayla, Leora kini bertanya. " Kamu kenapa sih beby, dari tadi ngelamun terus. Ah, jangan jangan kamu suka sama papih aku. "
"Ih, najis. Siapa yang mau sama kakek kakek. "
Berjalan dengan seenaknya, Nayla masuk ke kamar Leora.
"Hey Nayla, jangan seenaknya mengatakan kalau papih aku itu kakek kakek ya. Dia itu baru berumur empat puluh tahun, dan kamu tahu, dia seorang janda tampan."
Bukannya menjawab perkataan Leora, Nayla malah tertawa terbahak bahak, " tadi kamu bilang apa?"
" Janda!" memegang bibir, baru menyadari jika Leora salah berucap.
"Eh, sorry beby. Maksudnya duda. "
Nayla menggelengkan kepalanya, setelah mentertawakan Leora, ia merasa suatu kebahagiaan sedang menghampiri dirinya saat ini.
Duduk di atas kasur empuk milik Leora, Nayla mulai bertanya dengan nama lelaki tua itu.
"Oh ya nama papih kamu?"
Leora perlahan duduk di samping Nayla, ia menyipitkan kedua mata." Ngapain kamu tanya nama papih, nggak penting banget.
"Mm, ya pengen tahu aja. Soalnya umur papih kamu, sama kayak bandot tua yang dijodohkan kedua orang tuaku, Leora."
Mendengar ucapan sang sahabat, Leora malah tertawa, " aduhh, beby. Nggak mungkin lah, papih pake acara cari jodoh. Kamu harus tahu, semenjak kepergian mami, papih tidak mau menikah lagi."
"Ya aku hanya asal menebak saja. "
Leora mulai menunjuk jari tangan pada wajah Nayla, " cie cie, ya kalau tebakan kamu benar. Nanti kita jadi ibu dan anak. Hahahha. "
Memukul pelan pah* Leora, Nayla kini berucap. " Jangan ngaco kamu, kalau pun aku tahu si bandot tua itu papah kamu. Akan ku tolak mentah mentah. "
"Wah, wah, hati hati loh, ucapan kamu bisa berbalik pada diri kamu sendiri."
"Bodo amat. "
Terlihat Nayla merasa bad mood dengan topik pembicaraan, mengenai perjodohannya dengan lelaki tua yang belum ia kenal sama sekali. Leora berusaha menghibur kembali sahabatnya. Berdiri, menarik tangan Nayla." Sebaiknya kita main game saja, yuk beby. "
"Malas, aku pengen tidur. "
Nayla merebahkan tubuhnya, sedangkan Leora hanya mendengus kesal pergi dari hadapan sang sahabat.
"Kadang kamu ini nyebelin juga beby. "
"Bodo amat. "
Leora mulai keluar dari kamar tidurnya, menutup pintu kamar.
"Nona."
Terkejut dengan suara sang pembantu di rumah, gadis berambut pirang itu mengusap pelan dadanya. " Mbok Sri, bikin kaget saja. "
"Nona tumben tumbenan kaget, oh ya non, makan siang sudah mbok siapkan di atas meja. Mau makan sekarang."
Mengibaskan tangan, Leora menjawab. " Nanti saja lah, mbok. Nggak napsu. "
"Ya sudah kalau gitu. "
"Eh, tunggu mbok. "
"Kenapa Non?"
"Siang ini aku mau beli make -up, tolong jaga sahabatku ya, kalau butuh apa apa layani dia!"
"Baik, non. "
Leora bergegas pergi dari hadapan Mbok Sri, ia tak mengucapkan pamit sama sekali pada Nayla, karena alasan tidak mau mengganggu.
Memberi kesempatan pada sang sahabat untuk beristirahat.
Baru saja masuk mobil.
Suara ponsel berdering, Leora melihat nama dari layar ponselnya. " Papih. "
Mengangkat panggilan dari sang papih, "ada apa, pih?"
"Mm, tidak ada!"
"Ish, papih ini nggak jelas banget. "
Pada sambungan telepon, lelaki tua bergelar seorang ayah itu malah tertawa terbahak bahak. Membuat Leora anak satu satunya menggerutu kesal.
"Kalau nggak ada urusan penting, jangan telepon."
Leora mematikkan panggilan telepon sang papih, " papih ini ada ada aja, nggak jelas. "
"Aduh, lupa lagi. Minta duit, telepon lagi. Kirim pesan aja lah. "
(Pih, minta duit. Mau sopping sekarang.)
Lelaki berwajah rupawan itu, melihat pesan dari anaknya, "Kalau urusan duit, nomor satu. "
(Oke. Kamu pergi sama siapa?)
(Sendiri, memangnya kenapa!?)
(Oh.)
"Cuman oh doang, emang ya. Di usia papih yang ke empat puluh tahun ini, dia agak aneh. Nggak jelas banget."
Tring.
Leora tersenyum manis, melihat saldo dalam rekeningnya bertambah lagi. " Gini dong. "
Ia kembali mengirim pesan pada sang papah. (Makasih papih, love you.)
Lelaki tua itu tertawa, menggelengkan kepala membaca pesan dari anak satu satunya. Ia menyenderkan punggung pada kursi, menghela napas. Tampa sadar ia malah membayangkan wajah manis milik Nayla.
"Kenapa aku bisa teringat dengan gadis itu ya. Mm, dia menarik, setelah kematian Gabriel, istriku. Aku merasa sesuatu yang baru hadir dalam hidupku. " Mengusap wajah," aku bicara apa lagi, jelas jelas. Dia pastinya menolak pejodohan itu. "
Kembali menatap layar ponsel, dimana Pak Handoko mengirim pesan. ( Saya akan berusaha membujuk Nayla menikah dengan Pak Daniel. Hanya saja saya butuh waktu, karena seharian ini Nayla belum pulang ke rumah, maafkan saya Pak Daniel.)
"Jadi Nayla, akan menginap di rumahku. Mm, ini menarik, sebuah tantangan. "
Daniel, lelaki berumur empat puluh tahun itu berdiri, mengambil kunci mobil. Sang sekertaris yang melihat kepergian atasanya kini berucap. " Pak, anda tak boleh pergi, ada meeting dengan klain hari ini. "
Menatap tajam, lalu berucap dengan nada ketus. " Batalkan saja. "
Sang sekertaris, berusaha membujuk Daniel, " tapi pak, ini penting. Demi-"
Belum ucapan sekertaris itu terlontar semuanya, Daniel mendekat, " kamu berani melawan saya. "
Sang sekertaris mulai menundukkan pandangan, " maaf pak. "
Daniel membenarkan jasnya, lalu berucap. " Saya pergi dulu. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Sabiya
so pasti Om
2024-01-05
0
Sabiya
apa jangan2 nih orang yg bkal dijodohkan sama Nayla
2024-01-05
0