Danisa di pilih oleh presdir perusahaan untuk menemani nya menemui klien.
Danisa belum tahu klien bos nya itu siapa, yang penting Danisa selalu memperlihat kan kemampuan nya di depan siapa pun.
Selagi Danisa dan atasan nya sedang membicarakan hal tentang pekerjaan, terdengar suara seorang wanita masuk ke dalam ruangan.
"Maaf saya terlambat." Uap Dinda yang baru sampai dan tangan nya menggandeng tangan Kaivan membuat Danisa kaget.
Dinda dan Kaivan memang langsung masuk setelah mengetuk pintu yang sengaja Danisa buka.
"Dinda, mas Kaivan." Gumam bathin Danisa menatap tidak percaya ke arah mereka berdua.
"Sayang, ternyata ini tempat kerja kamu." Gumam Kaivan di dalam hati nya sambil melepaskan genggaman tangan Dinda.
"Bagus, ini awal yang baik, dan beberapa minggu ke depan aku akan melayangkan surat perceraian kita mas." Gumam bathin Danisa dengan bibir sedikit tersenyum.
"Tidak bu Dinda, belum terlambat kok, kita juga baru duduk di sini." Ucap pak Rajib sambil mengulurkan tangan nya.
Kalau ada pertemuan yang sangat penting pak Rajib suka menghadiri nya dimana pun berada.
"Danisa." Ucap Dinda sambil menatap penuh arti kepada Danisa.
"Kamu cemburu kan Nis, makanya jangan sok ngga perduli sama suami kamu, kalau sudah ada perempuan lain di hati nya tahu rasa kamu." Gumam bathin Dinda.
"Bu Dinda." Ucap Danisa dengan sopan.
"Kalian sudah saling kenal rupanya." Ucap pak Rajib dengan bibir tersenyum.
"Kebetulan kita berdua memang sudah saling kenal pak, oh iya kenalkan ini Kaivan." Ucap Dinda sambil memperkenalkan Kaivan.
Dinda sengaja menyentuh bahu Kaivan dan mengusap nya dengan lembut di depan Danisa.
"Sudah lama tidak bertemu sekarang anda membawa calon rupanya, saya Rajib." Ucap pak Rajib sambil mengulurkan tangan kepada Kaivan.
"Kaivan." Ucap Kaivan sambil menerima uluran tangan pak Rajib.
"Silahkan duduk." Ucap pak Rajib.
Kaivan duduk dengan mata melirik ke arah Danisa, tapi Danisa terlihat biasa saja dan bahkan seperti yang tidak kenal dengan suami nya itu.
Setelah perkenalan antara Kaivan dan pak Rajib, mereka pun melanjutkan pembicaraan nya mengenai kerjaan.
Terlihat Danisa dengan sangat lugas di saat menjelaskan semua nya.
Danisa, Dinda dan pak Rajib terlibat dalam obrolan mereka dengan serius, mereka membicarakan kerja sama antara perusahaan Dinda dan perusahaan pak Rajib, sedangkan Kaivan hanya memperhatikan mereka sambil mengamati Danisa istri nya.
"Pantas kamu selalu di butuhkan di perusahaan, selain cantik istri ku ini sungguh sangat pintar sekali." Gumam bathin Kaivan yang tidak berkedip sama sekali menatap wajah istri nya.
Ingin sekali Kaivan langsung memeluk dan memuji kehebatan istri nya itu, tapi Kaivan masih sadar kalau di ruangan itu ada orang lain selain dia dan Dinda.
"Kelihatan nya Kaivan sangat mencintai Danisa, tapi sayang Danisa nya sudah tidak mau bersama Kaivan lagi, kamu akan menyesal Danisa, dan jangan salahkan aku kalau Kaivan akan beralih dan mencintai aku." Gumam bathin Dinda sambil menatap Kaivan.
Setelah kurang lebih satu jam mereka berbicara, akhir nya mereka pun mengakhiri pertemuan ini.
"Baiklah pak, kalau begitu saya setuju dengan kerja sama ini." Ucp Dinda sambil tersenyum.
"Baiklah kalau begitu ibu tanda tangani di sini, di sini dan di sini." Ucap Danisa sambil menunjuk kan kolom yang harus di tanda tangani oleh Dinda.
Dinda pun menandatangani berkas-berkas perjanjian kerja nya.
"Baiklah bu Dinda, semoga dengan ada nya kerja sama ini, perusahaan kita akan lebih maju lagi ke depan nya." Ucap pak Rajib.
"Saya yakin perusahaan kita akan lebih maju lagi, apa lagi sekarang saya selalu di dampingi mas Kaivan yang tampan ini." Ucap Dinda sambil mengusap lembut tangan Kaivan.
"Kenapa harus pegang-pegang sih, tapi biar saja lah biar secepat nya aku melayang kan surat perceraian." Gumam bathin Danisa.
Sebenar nya di satu sisi hati Danisa merasa panas melihat suami nya di sentuh oleh wanita lain, apalagi wanita yang menyentuh nya sekarang dia seorang wanita sukses dan cantik.
Tapi di satu sisi lagi hati Danisa merasa senang karena dengan begitu dia akan cepat melayangkan surat perceraian nya.
"Baiklah kalau begitu kita permisi karena masih banyak kerjaan." Ucap Dinda.
"Silahkan Bu Dinda, sekali lagi terima kasih karena Bu Dinda sudah menyempatkan waktu nya untuk datang ke perusahaan ini." Ucap atasan Danisa sambil mengulurkan tangan nya.
Setelah mereka saling berjabat tangan, Dinda dan Kaivan pun pergi meninggalkan Danisa dan atasan nya sambil memeluk erat tangan Kaivan.
Sebenar nya Kaivan merasa risih dengan kelakuan Dinda, tapi mau bagaimana lagi, Kaivan harus menghargai Dinda yang memang atasan nya.
Kaivan sudah mencoba untuk melepaskan tangan nya dari genggaman Dinda, tapi Dinda malah semakin erat memeluk tangan nya.
"Jangan begini, malu di lihat orang." Ucap Kaivan pelan.
"Biarkan saja, toh mereka juga ngga akan ada yang berani untuk bicara apa pun." Ujar Dinda yang semakin erat memeluk tangan Kaivan.
Kaivan pun pasrah dengan kelakuan Dinda pada dirinya.
Setelah di rasa atasan nya sudah masuk ke dalam ruangan, Danisa pun langsung masuk lift untuk mengikuti suami nya.
Dengan langkah yang sedikit cepat Danisa pergi ke lobi.
Terlihat Dinda sedang berjalan di samping Kaivan dengan tangan yang bergelayut manja di tangan suami nya membuat dada Danisa bergemuruh dan sesak melihat nya.
Danisa merasa cemburu melihat kebersamaan mereka berdua, tapi ego yang tinggi sudah menguasai hati nya hingga dia tetap mau berpisah dan seolah-olah tidak perduli dengan suami nya itu.
Danisa melihat Dinda masuk dan duduk di jok depan di samping suami nya.
"Kenapa dia duduk di depan? bukan kah kalau atasan kita duduk nya di belakang, apalagi mas Kaivan sudah punya istri, apa Dinda menyukai mas Kaivan." Gumam bathin Danisa sambil terus menatap ke arah mereka.
"Lakukan saja terus mas, sampai aku mendapatkan bukti yang jelas dan kamu siap-siap menerima surat perceraian kita." Gumam Danisa lalu pergi dan kembali masuk ke ruangan nya.
Semenjak kepergian suami nya bersama Dinda, mereka berdua terus melintas di pikiran nya hingga Danisa ngga konsentrasi untuk bekerja.
"Kenapa aku jadi memikirkan mereka berdua, bukan kah aku sendiri yang ingin semua ini terjadi."
Danisa terus memikirkan suami nya yang selalu di gandeng mesra oleh Dinda, lalu muncul di pikiran nya apa yang mereka lakukan di belakang dirinya.
"Stop, cukup Nisa, jangan lagi kamu memikirkan mereka, bukan kah kamu ingin menjauh dan berpisah dari mas Kaivan." Gumam Nisa lalu mencoba berkonsentrasi dengan pekerjaan nya.
Nisa ingin melupakan bayangan suami nya dan Dinda yang terus menari-nari di atas kepala nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments