Reyna mengucapkan maaf pada Nuno saat Nuno kembali kedalam kamarnya. Nuno hanya tersenyum lalu memberikan kantong plastik yang berisi barang yang diperlukan oleh Reyna. Reyna masuk ke dalam kamar mandi membersihkan dengan sangat cepat setelah itu keluar mendekati Nuno yang sedang sibuk dengan ponselnya. Reyna duduk disamping Nuno tapi Nuno tak memperdulikannya membuat Reyna menghela nafasnya membuat Nuno yang mendengar helaan nafas Reyna memandang ke samping.
“Kamu kenapa?”kata Nuno melihat wajah kesal Reyna.
“Mas, marah sama aku ‘kan?”kata Reyna membuat Nuno mengerutkan keningnya.
“Aku gak marah, oh ya obat pereda nyerinya sudah kamu minum belum?”kata Nuno ingat jika tadi juga membelikan obat pereda nyeri.
“Bagaimana aku bisa minum kalau kamu mendiamkanku?”kata Reyna kesal membuat Nuno tersenyum.
“Aku gak kesal sayang, lagian kamu tau aku kesal darimana hmmm?”kata Nuno sambil mengangkat dagu Reyna membuat pipi Reyna muncul semburat merah membuat Nuno gemas dengan istrinya tapi dia harus menahan dirinya karena saat ini Nuno tak bisa memiliki Reyna seutuhnya.
“Kalau kamu gak kesal kenapa kamu mendiamkanku?”kata Reyna.
“Kamu mau tahu kenapa aku mendiamkanmu?”kata Nuno sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Reyna membuat istrinya gugup.
“Kenapa memangnya?”kata Reyna mencoba menghilangkan kegugupannya.
“Alasannya karena aku takut jika malam ini akan menerkammu.”kata Nuno membuat Reyna memukul dada Nuno membuat Nuno tersenyum.
“Maaf ya…”kata Reyna sambil memberanikan diri memandang wajah Nuno.
“Gak perlu minta maaf karena bukan salahmu, lagian aku masih bisa memelukmu nanti saat tidur.”kata Nuno sambil tersenyum dan memegang tengkuk Reyna untuk dia dekatkan sehingga dia bisa mencium kening istrinya lama.
Reyna yang tiba-tiba dicium oleh Nuno langsung tersenyum malu membuatnya tanpa sadar memeluk Nuno erat sedangkan Nuno sendiri mengelus punggung Reyna.
“Tunggu, kok kamu tadi bilang nanti memangnya sekarang kamu mau apa?”kata Reyna.
“Aku mau memeriksa pekerjaan bentar.”kata Nuno.
“Memangnya mas gak minta cuti sama Gabriel kok masih kerja?”kata Reyna penasaran.
“Gabriel memang memberikan cuti tapi aku harus memeriksa laporan usahaku sendiri.”kata Nuno membuat Reyna terkejut lalu memandang Nuno.
“Mas, punya pekerjaan lain?”kata Reyna membuat Nuno menganggukan kepalanya.
“Aku membuka resto yang dikelola oleh temanku, dia mengelola beberapa resto lalu memberikan laporan keuangan padaku. Jika ada masalah kami akan menyelesaikan bersama-sama.”kata Nuno.
“Mas, percaya begitu saja dengan teman mas itu? Mas gak takut jika akan dibohongi oleh temannya mas?”kata Reyna yang takut jika Nuno dikhianati temannya.
“Aku percaya penuh padanya karena dia temanku saat kuliah dulu, kami berjuang sama-sama dari nol sebelum aku jadi asisten Gabriel. Nanti aku akan perkenalkan dia sama kamu, tadi dia gak bisa datang karena dia harus menjaga ibunya yang sedang sakit sedangkan adiknya ada kegiatan sekolah. Kamu ingin tahu kenapa kami percaya satu sama lain?”kata Nuno yang diangguki oleh Reyna.
“Kami sama-sama menjadi tulang punggung bedanya saat kami masih sekolah ibu masih bisa bekerja sedangkan ibunya Hendra gak bisa bekerja karena beliau sakit-sakitan.”kata Nuno membuat Reyna mengangguk mengerti.
“Aku penasaran seperti apa Hendra itu?”kata Reyna.
“Nanti ya, aku kenalkan sama dia atau kita makan di resto?”kata Nuno.
“Oke, lanjutkan pekerjaanmu aku mau tidur capek banget badanku.”kata Reyna.
Saat Reyna bangun tangannya ditarik Nuno sehingga dia terjatuh di dada bidang Nuno membuat Reyna terkejut. Nuno mengangkat dagu Reyna lalu mencium bibir Reyna awalnya biasa saja tapi lama-lama ciuman itu menuntut untuk dibalas Reyna. Nuno menggigit kecil bibir bawah Reyna sehingga Reyna membuka bibirnya dan saat mulut Reyna terbuka Nuno tak menyia-nyiakan mengekspos lebih jauh lagi mulut Reyna. Ciuman itu terlepas saat Reyna kehabisan nafasnya, Nuno tersenyum lalu menempelkan kening mereka.
“Makasih sayang, bibirmu manis.”kata Reyna membuat Nuno menepuk dada Nuno tapi bukannya marah Nuno malah tertawa. Reyna terdiam saat melihat tawa lepas Nuno, Nuno terlihat tampan kalau sedang tertawa lepas tak seperti biasanya dingin sebelas duabelas dengan Gabriel suami Naya.
“Kenapa memandangku seperti itu?”kata Nuno.
“Aku suka kalau kamu tertawa lepas.”kata Reyna membuat Nuno tersenyum.
“Aku akan selalu tertawa untuk istriku tercinta, tidur di pangkuanku.”kata Nuno yang diangguki Reyna.
Reyna berbaring di sofa dengan kepala diatas paha Nuno lalu memejamkan mata sedangkan Nuno kembali fokus dengan memeriksa laporan keuangan. Nuno tersenyum karena tak ada masalah dari laporan yang diberikan oleh Hendra. Nuno meletakkan ponselnya di meja lalu memandang ke bawah bibir Nuno tersenyum saat melihat Reyna tertidur pulas. Nuno mengangkat tubuh Nuno dan membaringkannya di ranjang. Nuno masuk ke kamar mandi sebentar untuk berganti pakaian lalu menyusul Reyna berbaring diranjang. Nuno menarik badan Reyna supaya mendekatinya saat tubuh keduanya menempel Nuno memeluk erat Reyna hingga tak lama kemudian tertidur.
Keesokan paginya Reyna terkejut saat melihat wajah Nuno dekat dengannya saat dia teringat jika sudah menikah semalam dengan Nuno bibir Reyna tersenyum. Apalagi saat mengingat ciuman panas yang mereka lakukan semalam. Reyna tanpa sadar mengelus wajah Nuno dengan tangannya Reyna tersenyum saat melihat Nuno yang kegelian merasa diganggu tidurnya Nuno membuka matanya lalu memegang tangan Reyna dan mencium tangan itu membuat Reyna terkejut.
“Pagi sayang…”kata Nuno sambil mencium bibir Reyna.
“Ish apaan sih mas?”kata Reyna yang tersadar dari keterkejutannya.
“Siapa suruh ganggu tidurku.”kata Nuno tersenyum.
“Ini sudah pagi mas, kita mau pulang kemana?”kata Reyna.
“Pulang ke rumah ibu ya baru setelah itu pulang ke rumah mama?”kata Nuno.
“Ikut kamu, kalau gitu aku mau mandi dulu.”kata Reyna mau bangun tapi gak bisa karena tangan Nuno memeluknya erat.
“Mas lepasin.”kata Reyna berusaha untuk melepaskan tangan Nuno.
“Morning kiss dulu baru setelah itu akan aku lepaskan pelukannya.”kata Nuno.
Reyna mencium bibir Nuno tapi hanya menempel saja membuat Nuno memegang tengkuk Reyna sehingga Reyna tak bisa menjauh wajah Nuno. Nuno mencium dan ******* bibir Reyna kali ini Reyna membalas ciuman Nuno tak perlu Nuno menggigit bibirnya.
“Aku mandi dulu.”kata Reyna saat Nuno melepaskan ciumannya.
“Bagaimana kalau kita mandi bareng aja biar cepat selesai?”kata Nuno.
“Gak mau, bukannya cepat tapi malah lama nanti.”kata Reyna.
“Kalau kamu gak datang bulan pasti lama tapi kamu ‘kan datang bulan aku gak bisa ngapa-ngapain.”kata Nuno membuat Reyna terdiam.
“Sudah ah sama saja, aku mandi dulu pesanin sarapan dulu aku lapar.”kata Reyna.
Reyna masuk ke dalam kamar mandi sedangkan Nuno tersenyum karena istrinya sudah menjadi candunya. Mereka selesai mandi sarapan bersama lalu memutuskan untuk pulang ke rumah ibu Nuno. Reyna meminta supaya Nuno berhenti di sebuah toko kue, Reyna membeli kue yang disukai Nia dan ibu Narti. Nuno sebenarnya melarangnya tapi Reyna tetap kekeh membawa kue karena menurutnya dia gak enak jika tak membawa buah tangan.
“Sayang, masih marah?”kata Reyna yang melihat Nuno diam. Nuno yang dipanggil sayang memandang ke samping lalu tersenyum.
“Tumben kamu manggil aku sayang?”kata Nuno.
“Ya sudah kalau gak mau aku panggil sayang, aku gak akan manggil kamu sayang.”kata Reyna.
“Aku gak ada masalah kamu panggil aku apapun hanya saja rasanya aku lebih bahagia saat kamu panggil aku sayang.”kata Nuno membuat semburat merah dipipi Reyna.
“Dasar… mas aku kok merasa gak tenang ya?”kata Reyna.
“Gak tenang kenapa hmmm?”kata Nuno.
“Aku takut orangtua mantan kamu bikin ulah lagi apalagi kamu kemarin gak undang mereka kan?”kata Reyna membuat Nuno menghela nafasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments