...🌹🌹🌹🌟🌟🌟🌹🌹🌹...
Sebelum kedatangan Amara di kediaman Roy Batara. Roy mengundang putranya Danish Okta Batara untuk datang ke rumahnya dengan alasan akan membahas tentang gosip yang sedang beredar.
"Perasaanku tidak enak, mas. Aku merasa tuan Roy sedang merencanakan sesuatu.." Ujar Gama, menejer Danish yang kini mengemudikan mobilnya di jalan raya menuju kediaman ayahnya.
"Selama pria itu tidak memerintahkan anak buahnya untuk membunuh orang lagi, aku rasa masih tetap baik baik saja." Sahut Danish datar.
"Tapi, kenapa berita rendahan seperti ini bisa mencuat dengan mudah kepermukaan ya? Padahal mas Danish tidak pernah terlibat hubungan seperti apapun dengan siapapun." Celoteh Gama.
"Selama lima belas tahun berkarir, aku belum pernah sekalipun mendapat gosip miring. Jadi, wajar saja kalau gosip rendahan seperti ini mencuat, karena banyak orang orang yang mencoba menjatuhkan popularitasku." Jawabnya santai.
Danish memang sangat santai menanggapi berita berita rendahan tak berdasar itu. Mengapa dia harus merasa stres atau terpojok? Toh apa yang diberitakan tidaklah benar sama sekali.
"Mas Danish sih, makanya coba gitu kencan sekali saja dengan lawan mainnya atau artis mana gitu, supaya gosip rendahan seperti ini tidak mencuat ke publik." Ocehnya yang membuat Danish memejamkan matanya malas.
"Apa mas Danish tidak merasakan sedikit saja misalnya, memiliki rasa ketertarikan pada wanita manapun gitu?" Gama mulai menyelidik.
"Aku tidak punya waktu untuk merasakan hal hal remeh seperti itu Gama." sahutnya yang masih memejamkan mata.
"Hal remeh?" dahi Gama mengkerut. Dia tidak habis pikir, mengapa Danish menganggap jatuh cinta atau menyukai seorang wanita sebagai hal yang remeh.
"Kalau mas Danish terus seperti ini, bagaimana berita rendahan itu akan menghilang. Yang ada berita itu akan semakin menyebar dan semua orang akan percaya kalau mas Danish benar benar telah menyimpang dan bukan pria normal." rutuk Gama mencoba membuat Danish memahami situasi yang sedang terjadi.
Gama menatap wajah Danish dari kaca spion depan mobil. Wajah gagah dan manly serta tubuh kekar berotot seperti Danish sungguh tidak menampakkan ada kelainan pada pria itu. Tapi, makin ke sini Gama malah makin ikut curiga terlebih setelah membaca artikel artikel yang sedang trending itu.
"Astaga apa yang aku pikirkan?" Gama menggeleng gelengkan kepalanya dan sesekali menepuk jidadnya mencoba menepis apa yang baru saja terlintas di kepalanya.
Huh…
Terdengar suara hembusan napas kasar dari Danish yang tetap memejamkan matanya. Tapi dia memahami apa yang dimaksud oleh Gama barusan.
"Sebenarnya, ada seorang gadis cantik yang aku simpan dalam hatiku. Aku selalu merasa iba dan bersalah pada gadis kecil itu. Aku sangat merindukannya, tapi aku terlalu pengecut untuk mencari tahu keberadaanya dan untuk datang menemuinya. Matanya berbinar dan aku rasa saat bertemu dengannya aku akan langsung mengenalinya." tutur Danish dengan suara pelan, namun jelas dan memiliki makna yang sangat dalam.
Mata Gama membola saat mendengar penuturan penuh ketulusan itu. Baru kali ini dia mendengar Danish mengungkapkan hal seperti itu. Anehnya juga, entah mengapa Gama dapat merasakan ada luka yang mendalam tersimpan dibalik makna pengakuan Danish barusan.
"Gadis cantik bermata bening?" Ulang Gama yang mulai penasaran.
Danish membuka matanya untuk menatap tajam punggung Gama. Dia mulai kesal karena Gama masih terus berceloteh dan mulai penasaran dengan apa yang dikatakannya.
"Menyetir saja yang benar. Aku masih ada syuting besok. Jadi jangan sampai terjadi kecelakaan sedikitpun." Titah Danish membuka matanya menatap Gama dengan tatapan melotot.
"Siap mas Danish!" Seru Gama semangat.
*
*
Setibanya di rumah papanya. Danish masuk sendiri ke rumah itu, sementara Gama memilih menunggu di mobil. Dia tidak punya keberanian untuk bertemu langsung dengan seorang Roy Batara.
"Kau datang sendiri?" Tanya Roy yang ikut duduk di sofa ruang tengah bersama putranya.
"Bersama Gama. Dia menunggu di mobil seperti biasa." sahut Danish seadanya.
"Kau begitu pintar membuat orang orang mendapatkan berita miring yang sangat amat rendahan seperti ini." Roy mulai bertutur dan Danish hanya diam mendengarkan tanpa mau memberi tanggapan ataupun protes.
"Apa benar kau sudah tidak normal?" Tanya Roy to the point.
"Tidak." Jawabnya satu kata tapi benar benar jujur, Roy tahu itu. Dia begitu mengenal putranya.
"Lalu, mengapa sampai berita rendahan itu tersebar luas? Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api."
"Biasa pa, mereka semua orang orang pansos." Jawabnya santai.
Suasana menjadi hening sejenak.
"Papa punya solusi bagus untuk membungkam media dan menepis tuduhan tak berdasar itu."
Mendengar kalimat itu membuat Danish memperbaiki posisi duduknya. Dia menegapkan badannya dan menatap tajam pada papanya.
"Apa papa akan memerintahkan aku memakai cara yang sama seperti lima belas tahun yang lalu?" tanya Danish dengan nada suara serak menahan luapan emosinya.
Bukannya langsung menjawab, Roy malah tersenyum sinis. Dia berdiri sebentar untuk mengambil sesuatu didalam saku celananya. Dia melemparkan benda itu diatas meja tepat dihadapan Danish.
"Menikahlah dengan Lisa."
Benda yang dilemparkannya tadi adalah foto Lisa. Model yang bernaung dibawah agensinya dan juga model yang sangat ternama, cantik dan tentunya Lisa juga sangat tergila gila pada Danish sejak lama. Terlebih Danish juga sudah pernah beberapa kali satu projek dengan Lisa.
"Never." Danish kembali merebahkan punggungnya kesandaran sofa, lalu menyilangkan kaki kanannya diatas kaki kiri.
"Tidak ada penolakan, Danish. Kamu harus menikah, entah menikahi Lisa ataupun menikahi gadis pilihan papa." Roy menegaskan bahkan sampai menggertakkan rahangnya.
Saat bersamaan dua orang anak buah Roy tiba membawa seorang gadis memakai piyama one set dengan jilbab sorongnya yang terlihat besar seperti ibu ibu yang sudah punya banyak anak. Tubuhnya juga terlihat kurus, dan wajahnya jelas tidak terawat.
"Selamat datang manis, calon menantuku." Sambut Roy yang mengatakan gadis itu sebagai calon menantunya.
Mata gadis itu sedikit bergetar kala retinanya menangkap wajah Danish yang masih terlihat sama dimatanya meski sudah lima belas tahun berlalu.
"What?! Papa sudah gila.." Teriak Danish tidak terima papanya menjodohkannya dengan gadis lusuh itu.
"Tenanglah Danish. Kamu harus berkenalan lebih dulu dengan si cantik ini." Roy berdiri untuk menghampiri gadis itu.
"Halo, manis. Siapa namamu?" Tanya Roy ramah.
"Sa-saya Ratu Amara, tuan." Jawabnya terbata.
"Oh nama yang indah, Ratu Amara." Ulang Roy sambil menatap pada putranya yang tampak malas menatap kearah Ratu Amara.
"Tidak ada penolakan, Danish. Seminggu lagi kamu harus menikahi gadis ini untuk mengubur berita miring tentang kamu. Percuma perjuangan kamu selama lima belas tahun berkarir kalau harus jatuh hanya karena gosip rendahan itu." tutur Roy terang terangan dihadapan Amara.
Ya, Roy tentu juga tidak sudi bermenantukan gadis lusuh seperti Amara. Tapi, setidaknya gadis ini berguna untuk menutupi gosip miring tentang Danish dan juga sekaligus itung itung untuk menjadi pembantu gratis buat putranya itu.
💕
...Semoga kalian suka karya Author kali ini. ...
...😁😄😍...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
RossyNara
wah aki-aki gak tau diri di seleding KO kamu.
2024-06-08
1
anita
visualnya thor,jd pnasaran
2024-01-21
0
Yani
Kayanya pak punya bisnis gelap
2023-10-21
1