Happy Reading.
🚬🚬🚬🚬🚬🚬🚬
“Lo tunggu di sini aja. Gue cuma sebentar.”
Reno berujar pada Andrew, kala keduanya telah turun dari motor mereka yang diparkirkan di parkiran sebuah pasar besar yang terkenal sebagai pasar tempat mencari alat – alat kesehatan dengan harga yang lebih murah dari pasaran.
Reno ingin pergi ke rumah cewek bernama Fania yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri itu. Dimana sebenarnya, Reno tidak ingin Andrew untuk ikut serta yang alasannya karena Andrew --- setahu Reno, tidak menyukai Fania --- dan dengan ikutnya Andrew bersamanya ke rumah Fania, Reno tak mau Andrew yang sudah memiliki prasangka buruknya sendiri tentang gadis abg itu akan semakin merasa dirinya benar apabila sudah melihat rumahnya Fania yang Reno sudah tahu persis kondisinya.
Reno tak mau nanti, Andrew akan mengeluarkan celetukan yang menyinggung Fania dan keluarganya, walau Reno juga tahu betul kalau Andrew bukan tipe orang yang mempermasalahkan status sosial seseorang dalam pergaulan.
Namun Andrew setidaknya memiliki prasangka miring tentang Fania. dan Andrew yang jika sudah mencurigai atau tidak menyukai seseorang --- tidak akan segan untuk menunjukkan rasa antipatinya pada orang tersebut, dan gender tidak akan menjadi pengecualian bagi Andrew untuk mengerem cibirannya.
Makanya, meski sudah membiarkan Andrew menyertainya yang ingin pergi ke rumah Fania --- Reno masih berusaha agar Andrew tidak ikut serta ke rumah gadis itu, cukup tunggu saja di tempat mereka berada sekarang.
“Lo minta gue nongkrong di pasar? .. Hell No! Gue ga mau! .. Gila aja lo suruh gue berdiri di sini? --“
“Yang suruh lo berdiri di sini siapa? Tuh ada warung kopi. Ada kipas angin di sana. Gue parkir motor di sini karena tempat putar balik jauh, dan di daerah rumah Fania susah untuk cari parkiran motor.”
“Intinya gue ga mau nunggu di sini,”
“Rumah Fania masih agak jauh dari sini. Masih harus melewati itu jembatan penyebrangan –“
“Gue tau.”
Didetik dimana Andrew berkata barusan, Reno tak bisa menahan dirinya untuk langsung memandangi Andrew sambil menghadap tepat kepadanya.
“Lo tau –“
“Gue ga tau persis rumahnya Fania.”
Andrew langsung menyambar saat Reno yang sedang memandanginya dengan heran itu hendak berkata.
“Tapi gue tau kalo rumahnya ada di seberang sana ..” lanjut Andrew, sambil ia menunjuk ke arah daerah di seberang pasar tempat mereka berada sekarang. “Kalau gue ga salah tebak –“
“Tau darimana kalo rumah Fania ke arah sana?” Gantian Reno yang menyambar untuk bicara.
“Hhh.”
Andrew tak langsung menjawab Reno.
Menghembuskan nafasnya dengan sedikit berat.
“Gue ikutin lo waktu lo ajak Fania nonton.”
Andrew jujur pada akhirnya.
“Gue ga jadi kencan sama itu anak dewan, karena entah kenapa gue tau – tau penasaran aja sama itu si Fania .. jadi gue minta si Santo tanya pada Hendry rute lo hari itu dan gue menyusul saat lo masih di bioskop, dan mengikuti lo pakai motornya Pak Aris sampai dengan jalanan dekat itu jembatan penyebrangan –“
🚬🚬
Andrew pun memberikan penjelasannya pada Reno yang mendengarkan dengan seksama penjelasan sahabat rasa saudaranya itu.
“Dan waktu lo udah meluncur saat Fania udah naik ke anak tangganya, rasa penasaran gue yang aneh pada si Fania itu belum hilang ..”
Andrew lanjut berkata.
“Jadi gue ikutin dia sampai dengan warung makanan yang ada di dekat bengkel seberang sana –“
“Terus lo tegur dia, dan minta dia buat ngejauhin gue?” tukas Reno penuh selidik.
Andrew mendengus seraya tersenyum tipis.
“Gue ga pernah ada niatan untuk melakukan itu ..” ucapnya kemudian.
“Tapi? ..”
Reno masih dengan sikap selidiknya pada Andrew.
“Ga ada tapi. Gue memang ga pernah ada niatan begitu sama dia, meski gue terganggu dengan sikap minusnya,” jawab Andrew. “Niatan gue hanya untuk mencari tahu aja tentang dia yang bisa membuat lo yang sulit untuk akrab dengan orang terlebih perempuan walaupun dia bocah SMP, bisa senyaman itu bahkan sayang sama dia, dan ga segan memberi peringatan pada gue terkait dia.”
“.....”
“Jadi gue penasaran itu cewek seperti apa sebenarnya saat dia ga sedang didekat lo –“
🚬🚬
“Ingin tau betul dia tulus pada lo atau engga, dan kalau engga .. baru gue akan memberikan peringatan langsung sama si Fania itu –“
“Terus? .. apa yang lo dapat? ..” Reno menimpali dengan cepat ucapan Andrew barusan.
“Rasa bersalah –“
“.....”
“Dia membahas lo dengan seorang perempuan dewasa yang gue tebak adalah ibunya.”
Andrew lanjut berkata setelah ia menghela dengan agak berat nafasnya. Lalu menyungging setengah getir kemudian.
“Nyatanya lo benar, praduga gue yang salah besar. Fania memang tulus sama lo. Begitu juga keluarganya yang gue bisa nilai dari ucapan perempuan yang gue yakin ibunya itu –“
“.....”
“So here I am ..”
Andrew kembali bicara saat Reno manggut – manggut sambil mengulum tipis senyumnya.
“Memaksa untuk ikut saat lo bilang mau ke rumahnya Fania, karena sebenarnya dari hari senin gue ingin bertanya kapan lo mau ketemu dia, tapi –“
“Tapi gengsi lo masih bertahta untuk mengakui penilaian lo yang keliru tentang Fania ..”
Reno kembali menyambar ucapan Andrew, yang orangnya langsung terkekeh kecil – tapi langsung juga menggeleng setelahnya.
“Lebih tepatnya .. gue bingung gimana harus bersikap sama dia setelah gue menampakkan sikap antipati gue sama dia di hari sejak gue mulai ga suka sama dia.”
Lalu Andrew berucap kemudian.
“Dan yaa .. kemarin lo perhatikan gue lebih banyak diamnya karena itu. Gue ..”
Andrew setengah menggantung kata – katanya.
“Setelah jujur sama lo tentang gue yang mengikuti lo lalu mengikuti Fania, tapi gue tunda ngomong itu sama lo karena gue memikirkan cara untuk menebus salahnya gue sama si Fania –“
“Lo tinggal ngomong maaf aja sama dia ..”
Reno segera menimpali ucapan Andrew.
“Meskipun kalau soal sikapnya yang keras kepala karena lo bilangin Fania juga ada salahnya, ya kesalahan lo cuma sikap lo yang terlalu berlebihan ke dia ..” tambah Reno.
Andrew lalu manggut – manggut selepas mendengar ucapan Reno barusan.
“Karena seharusnya lo maklum .. Fania masih SMP, Bro. Lo di umur dia juga bahkan lebih tengil daripada Fania .. Dah lah tengil, teka .. semau – maunya. Sampai sekarang bahkan. Lo aja ga ngaca.”
Andrew spontan terkekeh setelah mendengar selorohan Reno itu.
🚬🚬
“Tutup hidung lo saat belok di depan ..” ucap Reno setelah dirinya dan Andrew melewati sebuah jembatan penyebrangan untuk orang.
“Kenapa?”
Andrew lantas bertanya.
“Kita akan lewati selokan besar.”
Reno pun langsung menjawabnya.
🚬🚬
“Ini ada parkiran.”
Andrew berucap sambil menunjuk satu titik dengan gerakan kepalanya.
“Ngapain kita parkir di seberang? Ada tukang parkirnya juga kan? –“
“Ada. Tapi bukan tukang parkir beneran. Orang sini yang cari pendapatan tambahan, padahal ini lahan bebas jatohnya. You know lah –“
🚬🚬
Andrew lalu manggut – manggut saja mendengar jawaban Reno tersebut, karena ia paham dengan apa yang dimaksud Reno yang masih bicara kala Andrew sedang manggut – manggut. “Kadang cuma bisa buat parkir 5 motor aja, karena suka dipakai orang bengkel untuk taruh mobil langganan mereka yang nunggu antrian ..”
“Heem.” Kembali Andrew manggut – manggut. Lalu dirinya diam kemudian. “Memang ga bisa parkir di rumah Fania? –“
“Belok sini ..“
Pertanyaan Andrew yang sebelumnya tidak dijawab Reno yang langsung berkata untuk mengarahkan jalan.
“Ini? ..”
Andrew sedikit heran kala Reno berbelok untuk masuk ke sebuah gang yang tidak terlihat dari arah mereka datang.
“Hem.”
Reno menjawab Andrew dengan deheman seraya mengangguk.
🚬🚬
Reno berjalan santai, sambil sesekali mengatakan permisi pada setiap kumpulan orang yang ia temui di sepanjang langkahnya pada sebuah gang yang sedang ia lalui bersama Andrew sekarang ini. Namun gang tersebut cukup untuk dilintasi oleh 2 motor.
Sementara disisi Reno, Andrew nampak keheranan, melihat sekeliling area yang sedang ia lewati bersama Reno itu.
Baru ini soalnya, Andrew benar – benar terjun langsung ke pemukiman yang menurut Andrew tak hanya padat penduduk, namun sangat padat.
Rumahnya pada rapat – rapat antara satu yang lainnya, bahkan seolah diantara satu rumah dengan rumah yang lainnya itu ditempel pada satu tembok.
Belum jarak rumah yang hampir kesemuanya tanpa pagar itu, dekat sekali dengan jalanan lalu lalang orang di depannya.
Bahkan sebagian rumah, bisa dikatakan, buka pintu langsung ketemu jalanan --- saking sempitnya itu area, selain amat rapat tiap rumahnya.
Andrew yang cukup tercengang itu, kemudian bertanya pada Reno.
“Ini kita potong jalan buat ke rumahnya si Fania? –“
“Nope. Ini daerah rumahnya Fania –“
🚬🚬
“Nanti lepas sepatu lo kalau mau ikut masuk.”
Andrew masih cukup tercengang kala Reno berkata lagi.
“Itu rumah Fania ..”
Andrew belum selesai tercengang, setelah mengetahui daerah tempat tinggalnya si Fania – tapi kini dirinya dibuat tercengang lagi saat Reno menunjuk salah satu rumah yang posisinya sama dengan rumah – rumah yang sempat dilihat dan diperhatikan Andrew sepanjang jalan menuju ke rumah cewek tomboy tersebut.
“I - tu? ..” gugu Andrew.
Sambil ia menunjuk ke satu titik yang diberitahukan Reno.
Reno pun langsung mengangguk.
Didetik dimana Andrew merasa miris hatinya.
🚬🚬
Baru saja Reno membuka mulutnya untuk mengucapkan salam di rumah yang menjadi tujuannya dan Andrew setelah kakinya mencapai depan teras mungil rumah tersebut, dirinya dan Andrew kemudian dibuat heran dengan kalimat dari suara seorang pria yang sepertinya pria dewasa – yang menyebut namanya.
“A ---“
“Nanti, kalo kamu udah sembuh, anter Papah ke daerah rumahnya itu si Reno ..”
Reno yang disebut namanya oleh pria yang suaranya terdengar gusar dari dalam pintu rumah yang terbuka yang adalah rumah Fania itu, spontan saling tatap dengan Andrew setelah mendengar namanya di sebut.
Lalu menyebut juga tentang daerah rumahnya.
“Nama lo disebut? ..”
Andrew sontak berkata dengan pelan pada Reno yang langsung mengangguk.
Lalu Andrew hendak berkata lagi.
“A ---“
“Mau ngapain coba?”
Namun sebelum sempat Andrew kembali berkata, sebuah bentuk suara yang Reno dan Andrew kenal betul terdengar – merespons ucapan pria dewasa tadi.
“Ya mau ---“
“Assalamu’alaikum.”
Dan saat suara pria dewasa itu yang mana adalah ayahnya Fania, Reno mengucapkan salam disaat yang bersamaan – hingga ayahnya Fania tidak meneruskan kalimatnya.
“Wa’alaikumsalam ..”
Salam Reno langsung mendapatkan jawaban dari dalam rumah yang ada di hadapannya dan Andrew itu.
“Eeh? ..” Seorang wanita dewasa kemudian keluar dari dalam rumah dan menampakkan wajah sedikit terkejut kala melihat Reno.
Reno langsung melemparkan senyum pada wanita dewasa yang adalah ibunya Fania itu.
“Apa kabar, Tan?” lalu Reno langsung menyapa ibunya Fania itu dengan ramah dan santun.
“Baik, Alhamdulillah, Kakak ganteng ..” jawab ibunya Fania dengan ramah juga. “Kakak ganteng apa kabarnya juga? ..”
“Reno baik juga, Tan –“
“Masuk, masuk.”
“Iya, makasih, Tan ..”
“Eh kakak ganteng dateng sama temennya? ..”
Sementara Reno sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah, ibunya Fania menyapa Andrew dengan sama ramahnya.
“Halo Tante, saya Andrew. Salam kenal –“
“Iye salam kenal juga. Ayo masuk. Tapi harap maklum ya, rumahnya berantakan ..”
🚬🚬
“Assalamu’alaikum.”
Reno kembali mengucapkan salam kala ia sudah berada di ambang pintu rumah Fania.
Sudah siap masuk setelah membuka sepatunya, dan salamnya kembali lagi langsung mendapat jawaban.
“Nah! Kebetulan nih orangnya dateng!” Namun seruan langsung juga Reno dengar dari ayahnya Fania.
🚬🚬
Reno sedikit mengernyit. Ingin bertanya ada apa gerangan, setelah mendengar ucapan papanya Fania yang sepertinya memang ingin sekali bertemu dengannya – “Papah!” namun suara Fania keburu mendahuluinya.
Lalu Reno nampak begitu terkejut di detik berikutnya.
“Fania?? ..”
Lalu berucap dengan wajah terkejutnya itu sambil mendekat pada yang bersangkutan.
“Lo, kenapa?? ..”
Kemudian langsung bertanya dengan khawatir pada Fania.
Karena kondisinya, tangan kiri gadis SMP yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri itu terbebat dengan perban yang ketat.
“Si Fania dijahatin sama orang di daerah rumah kamu, sampe geser tuh tulang tangannya –“
“A, pa?? ..” Reno langsung terbelalak.
🚬🚬🚬🚬
To be continue......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments