Arti persahabatan itu..

"Betty kamu yakin ? dengan pilihan mu itu? "

Byurr...

Betty menyemburkan minumannya mendengar perkataan halus Deandra. Kaget jika sahabatnya itu sudah berubah tidak seperti dulu.

"uhhuuk.. Uhhuk " memukul dada pelan.

"sejak kapan lu jadi halus gitu ucapannya, kaget sumpah"

Memang sejak Deandra menjadi pengganti orang tua bagi Arga , dirinya mencoba mengurangi kata kata kasar dan menjadi contoh yang baik untuk Adiknya.

"Gua , cuma ga mau kasih pengaruh buruk buat Arga " sambil mengaduk minuman dengan sendok.

"Ahh.. Iya juga , lo kan jadi single parents buat Adek lo . Oh ya apa kabar dia? Baik baik saja kan? "

"Arga, baik dia sudah mulai masuk SMP sekarang."

"Lo emang hebat Dea bisa merawat Arga sampai sekarang. Gua aja yaah lo tahu sendiri masih suka seenaknya sendiri."

"Gua balik juga karena Bokap sakit dan minta gua buat segera menikah " mengedikkan bahu .

Dea kaget lalu mendongak menatap wajah Betty. Meskipun terlihat baik baik saja sebenarnya sahabatnya itu juga menyimpan banyak masalah dan luka.

" Jadi... "

Betty mengagguk .

"Jika bukan karena nurut permintaan Bokap mungkin gua masih suka sana sini semau gua "

" Tapi jujur gua juga pengen pulang, ketemu lo ... kangen gue " memeluk tubuh Deandra.

"Dih jangan deket awas.. " menjauhkan tubuh Betty.

"kenapa, lo ga kangen sama gue " memasang wajah menelas.

"bukan gitu tapi lo... Bau "

Mendengar itu Betty refleks mencium tubuhnya sendiri." Mana ada , gua wangi .. Udah mandi juga sebelum kemari "

Dea mengusap wajahnya.

" Maksudnya bau yang lain.. " melirik rok Betty yang terlihat ada basah basahnya.

Mengerti dengan yang dimaksudkan, Betty justru nyegir. " Ehehe sorry Dea ,... Emang bau ya sampe ke situ ?"

Dea merotasikan bola matanya. Sahabat nya itu memang tidak tahu tempat dan keadaan. Masih suka melakukan hal hal di luar penalaran .

" Tapi sumpah , enak banget tadi .. Behh jago juga ternyata Mas Masnya hehe "

" Gila ya lo , udah mau nikah juga ."

"Gua haus Dea , sejak beberapa hari diem di rumah jadi anak penurut. Mana di rumah rame juga kan ga enak mau manggil siapa gitu "

Dea hanya mendengar namun pikirannya sudah merajalela kemana mana gara gara perkataan Betty.

" Betty Stop , jangan curi otak gue " menyeruput minumannya.

" Mencuri? Siapa juga .. Gua ga ambil otak lo Dea "

" Tapi omongan lo bikin otak gue kemana mana " menahan amarahnya.

"hehe oke oke .. Sekarang giliran lo . Jadi gimana? "

Deandra menatap heran.

" Gimana apanya? Tau tau nanya gimana? Jawab apa gue ?"

"Maksudnya kehidupan lo , masih suka joki juga? ... Atau sudah...."

"Masih , berat buat ninggalinnya apalagi lo tahu lah biaya hidup semakin banyak dan biaya sekolah juga. Lo mah enak sultan sejak lahir " tertawa kecil.

Betty tersenyum memahami curhatan sahabatnya itu. Sebenarnya dia tidak tega membiarkan Dea menjalani profesi sampingannya.

Betty pernah menawarkan bantuan namun ditolak karena Dea tidak mau merepotkan dan Betty menghargai itu. Posisi saat ini Betty hanya bisa mendukung keputusan Dea sebagai sahabatnya.

"Dea... " Betty tersenyum.

"hmm ahh ehehe maaf gua jadi... "

"maaf kalau gua ga bisa bantu banyak " memegang tangan Dea.

"heii apa sih , udahlah jadi sedih begini.. "

Persahabatan tak memandang status sosial dan latar belakang. Betty sangat beruntung bisa mengenal Dea begitupun sebaliknya.

Saling melengkapi dan mendukung satu sama lain.

Betty mengantar Dea pulang sampai di rumah dan menyempatkan untuk mampir.

"Arga.. Apa kabar ? " membawa kotak hadiah yang diambil dari mobil .

"Betty , kenapa harus repot-repot begitu ?"

"Kak siapa dia? Apa aku kenal? " mendekat kearah Dea was was.

"Hello? Apakah aku terlihat seperti penculik? Jangan takut Arga ini Kak Betty apa kamu lupa? Hmm " tersenyum manis.

" Betty ? "