"Kita pulang sekarang!" Bayu datang dan menarik tangan Cahaya.
"Santai dulu. Duduk di sini, kita mengobrol." Arion menggeser dirinya dan memberikan tempat kosong antara dirinya dan Cahaya.
Bayu mengeraskan rahangnya menatap Arion. Baginya Arion adalah ancaman besar untuknya, karena kedudukan Arion sekarang sudah setara dengannya. "Aya, istri aku. Jangan pernah dekati dia lagi."
Arion justru tertawa. Dia sangat santai menghadapi situasi ini. "Kita bukan bocah SMA lagi kan. Aku gak mungkin rebut Aya dari kamu dengan kekuasaan seperti kamu dulu."
Bayu semakin mengepalkan tangannya.
Arion tersenyum miring lalu dia berdiri dan berhadapan dengan Bayu. "Bayu, kamu harus ingat, roda kehidupan itu berputar." Kemudian Arion menatap Cahaya yang sekarang berdiri di belakang Bayu. "Apa selama ini kamu tidak bisa membahagiakan istri kamu sampai kamu takut istri kamu berpaling dari kamu?"
Bayu semakin mengepalkan tangannya.
"Karena kalau kamu sudah berhasil membahagiakan istri kamu, kamu gak mungkin seposesif ini."
Bayu merasa tersinggung, emosinya sudah terpancing. Dia mengangkat tangannya dan akan memukul Arion tapi Arion berhasil menahan tangan Bayu.
"Ternyata kamu tidak berubah, masih emosian seperti dulu." Kemudian Arion menepis tangan Bayu. "Ya udah aku balik dulu." Arion membalikkan badannya dan pergi meninggalkan Bayu. "Nindi, kamu ikut pulang apa tidak?"
"Iya, Pak. Eh, Rion." Kemudian Nindi mengikuti langkah Arion.
"Sekarang keren banget Arion. Sayang, aku udah nikah." komentar beberapa teman Arion.
"Kesempatan yang masih lajang nih. Udah ada nomornya tuh di grup."
Hati Bayu semakin memanas. Tanpa berkata apa-apa dia menarik tangan Cahaya agar keluar dari kafe itu.
"Mas, aku bisa jalan sendiri. Sakit tangan aku."
Bayu akhirnya melepas tangan Cahaya lalu dia masuk ke dalam mobil.
Setelah Cahaya masuk ke dalam mobil, Bayu segera melajukan mobilnya. "Mas, bisa gak kamu itu gak mendahulukan emosi."
"Aya, gimana aku gak emosi lihat kamu dekat sama Rion?"
"Kenapa? Kamu takut aku kembali sama Rion? Kamu udah ambil semuanya dari aku, justru sekarang aku yang gak pantas buat Rion. Aku gak mungkin sama dia."
Bayu terdiam beberapa saat. Emosi masih memenuhi dirinya, dia benar-benar takut kalah saing dengan Arion. "Kamu masih cinta sama Rion?"
"Kamu gak perlu tahu gimana perasaanku. Kamu udah miliki aku, itu sudah cukup." Kemudian Cahaya mengalihkan pandangannya dan menatap keluar jendela. Dia sudah tidak mempunyai pilihan lagi. Hidupnya sudah memiliki skenario yang sudah diatur.
...***...
"Rion, kamu makin keren," kata Nindi yang kini duduk di jok depan bersama Arion. "By the way, kamu masih ada perasaan gak sih sama Aya?"
Arion hanya terdiam tak menjawab pertanyaan Nindi. Dia fokus dengan jalanan yang dia lalui.
"Pak Arion, jawab. Biar aku gak berharap gitu loh. Kan sakit kalau kena harapan palsu." Nindi tersenyum kecil. Tapi rupanya Arion sudah kebal dengan godaan Nindi.
"Seandainya aku bisa melupakan Aya, mungkin sekarang aku sudah menikah."
"Oh, my god. Sampai sedalam itu perasaannya. Kamu kan udah punya power, rebut aja Aya dari Bayu. Aku yakin banget, Aya juga masih cinta sama kamu."
Arion menggelengkan kepalanya. "Itu bukan solusi."
"Tapi kalau seandainya Aya gak bahagia sama Bayu?"
Seketika Arion menghentikan mobilnya. "Kamu tahu sesuatu?" Arion kini menatap serius Nindi. "Di sana ada restoran, kita makan dulu ya. Tadi kamu juga belum makan kan?"
Nindi hanya menganggukkan kepalanya. Kapan lagi bisa makan di restoran mahal sama Arion. Gratis lagi.
Kemudian mereka berdua turun dan masuk ke dalam restoran. Mereka duduk berdua lalu melihat menu makanan di restoran itu.
"Nindi, silakan kamu pesan apa aja, aku traktir."
Senyum di bibir Nindi semakin merekah, tentu saja dia akan memesan makanan sepuasnya. Setelah itu mereka berdua kembali mengobrol.
"Jadi kamu tahu sesuatu tentang Aya?" tanya Arion.
"Aya pernah chat aku, mungkin saking dia stressnya gitu kali ya. Dia bilang, memang anak sangat penting dalam sebuah rumah tangga ya? Mertuanya itu selalu memojokkan Aya, dan menuntut Aya untuk segera punya anak."
"Kenapa seperti itu?"
Nindi mengangkat kedua bahunya. "Biasalah, mertua kebanyakan gitu, tidak mengerti kondisi menantunya. Terus yang buat aku aneh itu, Aya juga sempat chat kalau itu bukan kesalahannya dan..." Nindi mengingat-ingat lagi chat Cahaya. "Gimana lagi, aku lupa. Chatnya udah lama dan udah aku hapus. Berarti yang bermasalah itu bukan di Aya, gitulah intinya."
Arion bisa menalar apa yang dimaksud Nindi. "Terus apa lagi yang kamu tahu?"
"Rion, jadi selama ini kamu benar-benar gak mencari info tentang Aya?"
Arion menggelengkan kepalanya. "Sejak Aya menikah, aku sama sekali tidak mencari info apapun tentang Aya. Aku gak mau berharap terlalu banyak."
Beberapa saat kemudian makanan yang mereka pesan datang. Arion sedikit tercengang melihat banyaknya makanan yang Nindi pesan.
"Kamu beneran habis makanan segini banyak?"
"Tenang, pasti habis. Kalau gak habis nanti aku minta bungkus. Gak akan mubazir."
Arion menggelengkan kepalanya lalu dia mendekatkan minuman dinginnya.
"Jadi kamu gak tahu, kalau keluarga Aya sudah bangkrut. Papanya Aya meninggal kena serangan jantung terus Mamanya depresi dan masuk rumah sakit jiwa karena Bayu dan keluarganya tidak mau membantu merawat Mamanya Aya."
Arion terkejut mendengar cerita Nindi. "Serius?"
Nindi menganggukkan kepalanya. Dia mulai makan dan sesekali berbicara. "Dari kabar yang aku dengar, perusahaan keluarga Aya itu sempat dimiliki keluarganya Bayu dan sekarang akan dijual sama keluarganya Bayu."
"Kenapa seperti itu? Bukannya dulu Aya menikah dengan Bayu karena keluarga Bayu membantu perusahaan Papanya Aya."
Nindi mengangkat kedua bahunya. "Aku juga gak tahu, yang jelas aku merasa kasihan sama Aya. Dia tidak ada kebebasan dan apa yang dimiliki Aya udah diambil semua sama keluarga Bayu. Aku percaya, karma is real, setelah orang tua Aya menghina kamu habis-habisan mereka langsung dapat balasannya."
"Tapi aku gak pernah nyumpahin mereka yang buruk. Aku cuma ingin Aya bahagia dengan pilihan orang tuanya."
Nindi mengangkat bahunya lagi sambil menyantap makanannya dengan lahap. "Makan dulu, biar ada tenaga buat mikir."
"Jadi selama ini Aya tidak bahagia?"
"Gak tahulah, aku juga gak tahu persis gimana hidup Aya. Cuma dari cerita anak-anak dan sedikit curhatan Aya aja. Tapi dari cerita itu kamu bisa manarik sendirilah kesimpulannya."
"Kalau memang seperti itu, aku harus menolong Aya. Tapi bagaimana caranya?"
"Cek google, cari kiat khusus merebut bini orang."
Seketika Arion menyentil kening Nindi. "Maksudnya apa?"
"Aduh, sakit, ih." Nindi mengusap keningnya.
"Tuh kan bener Rion."
Mendengar suara itu, Arion dan Nindi mendongak dan mereka sama-sama terkejut. "Loh, Mama," kata Arion dan Nindi secara bersamaan.
💞💞💞
Like dan komen ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
nuraeinieni
nindi orangx asik,,,enak di ajak gobrol,,,semoga jg nindi mendapat jodoh yg baik
2023-10-11
3
Rosyza
gk setuju klo rion sama nindi
2023-10-10
0
yoe
Lanjut thor,makin seru
2023-10-10
0