BAB 17

Cahaya hanya terdiam, ini semua bukan salahnya. Mengapa selalu dia yang dipojokkan tentang masalah kehamilan oleh keluarga Bayu.

Cahaya sudah tidak nafsu makan lagi. Dia menyudahi makan malamnya meskipun belum habis lalu masuk ke dalam kamarnya. Dia duduk lagi di tepi ranjang sambil melihat ponselnya.

Rion, apa kabar kamu? Apa kamu sekarang bahagia di sana? Rion, seandainya aku masih sama kamu, mungkin hidup aku tidak seperti ini.

"Aya..."

Cahaya menyusut air matanya yang hampir terjatuh lalu mengalihkan pandangannya.

"Aya, kalau di depan orang tua aku, kamu jangan bersikap seperti ini."

"Emang kenapa? Mas gak tahu rasanya sakit hati aku setiap kali membahas masalah kehamilan. Padahal aku gak kenapa-napa, yang bermasalah itu kamu. Aku sudah berusaha menutupi semuanya, seolah-olah aku yang mandul dan gak bisa mempunyai keturunan." Kemudian Cahaya menghempaskan dirinya dan memeluk guling.

"Iya, aku minta maaf soal ini. Aku juga sudah melakukan pengobatan tapi memang belum ada hasilnya."

"Kamu itu memang egois."

"Aya..." Bayu naik ke atas ranjang lalu memeluk Cahaya dari belakang. "Iya, maafkan aku. Baiklah, aku akan ubah struktural dan mencatumkan nama kamu sebagai direktur sebelum perusahaan itu resmi terjual tapi kalau direktur utama yang membeli perusahaan itu nanti mengubah posisi kamu, kamu tidak bisa berbuat apa-apa."

"Serius? Iya, tidak apa-apa, yang penting aku masih berada di perusahaan Papa."

"Iya, tapi ingat. Kalau bekerja kamu juga harus tahu waktu."

Senyum kecil mengembang di bibir Cahaya, akhirnya dia bisa merasakan sedikit kebebasan diluar rumah.

"Aya, ayo kita coba lagi," kata Bayu sambil mengendus leher Cahaya.

Cahaya menggelengkan kepalanya. "Aku masih tanggal merah."

"Ya udah, kamu istirahat saja." Bayu semakin mengeratkan pelukannya.

Sedangkan Cahaya masih saja tidak bisa memejamkan kedua matanya. Dia masih memikirkan Arion. Meski terkadang dia merasa berdosa sudah memiliki suami tapi justru memikirkan lelaki lain.

Rion, aku rindu kamu...

...***...

Arion membuka kedua matanya di pagi hari itu. Dia mengusap wajahnya karena dia baru saja memimpikan Cahaya.

Rion, bawa aku pergi dari sini...

Di dalam mimpinya sangat terlihat jelas jika Cahaya sedang menangis dan ingin pergi bersamanya.

"Aya, sebenarnya apa yang terjadi sama kamu?" Arion turun dari ranjang dan mengambil ponselnya, lalu membuka pintu rooftop. Dia kini duduk sambil menatap langit yang masih malu-malu menunjukkan sinarnya.

"Sepertinya aku harus ikut acara reuni itu." Kemudian Arion menghubungi Nindi. Nada sambung terhubung cukup lama hingga akhirnya Nindi mengangkat panggilan itu.

"Iya, hallo..."

"Nindi, aku nanti ikut reuni."

"Eh, Pak Arion. Maaf Pak, saya baru bangun. Kirain siapa pagi-pagi banget telepon."

"Iya, sorry ganggu kamu. Nanti aku jemput ya. Kita berangkat bareng saja. Rumah kamu tetap kan?"

"Ya tetap dong, Pak. Belum pindah kan kita belum nikah." Nindi tertawa di ujung sana. Sejak SMA dulu, Nindi memang sangat suka menggoda Arion.

"Oke." Kemudian Arion mematikan panggilannya. Dia kembali menatap langit yang perlahan mulai terang. Dia hirup udara pagi hari itu secara perlahan lalu menghembuskannya.

...***...

Cahaya datang ke acara reuni itu bersama Bayu. Mereka berdua bergandengan tangan seolah mereka benar-benar pasangan yang harmonis.

Beberapa teman Cahaya sudah datang. Ada yang membawa anak yang masih balita, bahkan ada yang sudah mempunyai dua anak.

"Aya, apa kabar?" tanya Nita sambil mendekat dan memeluk Cahaya sesaat.

"Baik. Wah, hamil berapa bulan?" tanya Cahaya sambil mengusap perut Nita yang sudah terlihat besar.

"Sudah tujuh bulan. Anak kamu umur berapa?"

Cahaya terdiam beberapa saat lalu dia menggelengkan kepalanya pelan. "Aku belum punya anak."

"Pasti program dulu ya, mau pacaran dulu nih." Hibur Nita. "Tidak apa-apa, nanti pasti juga dikasih. Gabung sama teman-teman lainnya yuk."

Akhirnya Cahaya bisa lepas dari Bayu. Dia kini duduk bersama teman wanita lainnya sambil mengobrol banyak hal.

"Hei, lucu banget..." Cahaya akan menggendong anak perempuan yang berusia satu tahun itu tapi justru menangis.

"Amel, ikut sama aunty tidak apa-apa. Jangan menangis," kata Putri lalu menggendong anaknya yang masih saja menangis. "Maklum cuma aku yang jaga 24 jam jadi dia gak mau ikut sama orang lain."

"Tidak apa-apa. Lucu banget."

"Katanya Nindi sudah pulang? Kok belum datang?" tanya Nita.

Cahaya mengangkat kedua bahunya. "Aku gak tahu, yang ajak aku reunian dia tapi dia malah belum datang."

"Eh, itu Nindi. Sama siapa?" tanya Nita sambil menunjuk pada Nindi yang berjalan bersama Arion. Mereka berdua baru saja melewati pintu kafe.

"Kayak Arion."

Seketika Cahaya menatapnya. Benarkah itu Arion? Dia semakin terlihat tampan dan gagah dengan setelan jasnya.

Semakin Arion mendekat, wajahnya semakin jelas. Dia tersenyum pada Cahaya.

"Sorry, aku telat..." Kemudian Nindi ikut bergabung dengan teman lainnya.

Cahaya masih menatap kaku pada Arion. Ini pertemuan pertamanya setelah empat tahun di resepsi pernikahannya dulu.

"Rion, apa kabar? Berubah banget. Kita hampir gak mengenali." Faris menjabat tangan Arion. Beberapa teman lainnya juga menanyakan kabarnya.

"Kamu tinggal dimana? Kita sama sekali gak pernah bertemu."

"Aku tetap tinggal di kota ini. Ya mungkin kita sama-sama sibuk di tempat yang berbeda." Ujung mata Arion melirik Cahaya yang masih saja menatapnya.

"Aya, apa kabar? Akhirnya, my bestie kita bertemu lagi." Nindi memeluk Cahaya beberapa saat.

"Iya, kamu bakal menetap di sini kan?"

"Iya, aku udah bekerja di perusahaannya Rion."

"Rion, kamu punya perusahaan sendiri sekarang? Kalau ada lowongan bisa kali di share di grup," kata beberapa temannya.

"Aku gak ada dalam grup."

"Oiya, woy admin masukin nih direktur utama kita di PT mencari cinta sejati." Mereka semua tertawa mendengar candaan itu.

Arion kini menatap Cahaya dan mendekatinya. "Aya, apa kabar?" Arion mengulurkan tangannya.

Bayu yang sedari tadi mengintai seketika berdiri tapi Fadil justru menumpahkan makanan di kemejanya.

"Sorry bro, aku gak sengaja. Bersihkan di toilet saja." Fadil sengaja menarik Bayu agar ke toilet.

"Baik." Cahaya membalas uluran tangan Arion. Tangan yang pernah menggenggamnya dulu masih terasa hangat. Andai saja genggaman tangan itu bisa dia rasakan lebih lama lagi, tapi itu tidak mungkin.

Kemudian Arion melepas tangannya dan duduk di dekat Cahaya. "Kamu sama Bayu? Dimana dia?"

Cahaya hanya menggeleng kecil. Rasanya dia masih canggung berada di dekat Arion. Sedari tadi dadanya berdebar tak karuan.

"Aya, ciee, gerogi." Nindi menyenggol lengan Cahaya.

"Rion, masih single? Bisa kali jadi pebinor."

Arion hanya tertawa lalu mengambil minuman dan meneguknya.

"Eh, aku udah daftar, kelamaan nunggu jandanya Aya. Aku juga masih single," kata Nindi. Lalu dia berbisik di telinga Cahaya. "Kalau aku sama Rion, kamu setuju gak?"

"Ya, kalau Rion mau ya terserah."

"Astaga, benih-benih cinta di hati kamu emang udah layu?"

Cahaya hanya mendorong lengan Nindi. "Ih!"

Kemudian Arion mengambilkan minuman jeruk untuk Cahaya. "Minuman jeruk segar kesukaan kamu."

Belum juga Cahaya menerimanya, Bayu datang dan menarik tangannya. "Kita pulang sekarang!"

💞💞💞

Like dan komen..

Terpopuler

Comments

Andri

Andri

orion sama nindi aja

2023-11-21

1

Eika

Eika

Bayu tipe orang sirik, iri karena gak mampu.,.. gak mampu mencetak generasi penerus

2023-10-10

0

nuraeinieni

nuraeinieni

bayu cemburu

2023-10-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!