Setelah lulus kuliah S2, Arion mulai memegang perusahaannya sendiri. Perkembangannya sangat pesat karena Arion memiliki ambisi yang besar dalam segala hal. Satu perusahaan cabang yang awalnya berada di bawah, kini berhasil dia tarik ke atas dan kedudukannya hampir sama dengan perusahaan pusat milik Sky.
Siang hari itu, setelah makan siang Arion duduk di ruangannya sambil menatap kosong layar laptopnya. Terkadang saat dia tidak sibuk, dia masih saja memikirkan Cahaya.
"Gimana kabar Aya sekarang? Apa dia bahagia dengan Bayu?"
Sejak pernikahan Cahaya empat tahun yang lalu, dia sama sekali tidak pernah bertemu dengan Cahaya.
"Tidak seharusnya aku memikirkan Aya. Pasti sekarang dia sudah bahagia."
Arion meregangkan otot-ototnya. Dia sudah tidak ada pekerjaan lagi selain menunggu sekretaris barunya yang akan dia interview secara langsung.
Beberapa saat kemudian ada Sky yang datang bersama kedua anaknya.
"Om Riooonnn..." Ares dan Ara berteriak lalu bergelayut di leher Arion. Dua anak kembar yang memakai seragam merah putih itu memang cukup dekat dengan Arion. Apalagi sekarang sekolah dasar keponakannya itu dekat dengan kantornya.
"Ares, Ara kok ke sini? Kan sudah dijemput Papa."
Sky duduk di sofa sambil menatap layar ponselnya sambil tersenyum.
"Ada aura-aura buruk nih lihat senyuman kamu," kata Arion.
"Aku titip si kembar ya. Sekalian kamu bawa pulang. Mama mau ajak si kembar jalan-jalan."
"Terus kamu mau kemana?"
"Refreshing sebentar sama Shena." Sky berdiri lalu berjalan mendekati Arion. "Ara, Ares, duduk dulu di sofa. Nanti saja bermain sama Om Rion."
"Iya, Pa." Kemudian si kembar duduk di sofa sambil memakan cemilannya.
Sky memutar laptop Arion lalu membuka beberapa situs. "Rion, kamu serius mau mengakuisisi perusahaan Permana?"
"Iya, aku sudah menguasai sepak terjangnya. Awalnya perusahaan Permana diakuisisi oleh perusahaan Atlanta, tapi ternyata perusahaan Atlanta butuh dana besar setelah mencetuskan mesin-mesin pintar terbaru."
"Apa keuntungan yang kamu dapat? Perusahaan itu mengalami kebangkrutan selama empat tahun terakhir ini, bahkan Atlanta saja lepas tangan."
"Kalau aku bisa mendapatkannya, aku akan menggabungkan perusahaan ini dan mengubah semua struktural. Aku fokus pada kemajuan elektronik untuk hidup simple dan ekonomis, yang beberapa fitur dan peralatan sudah diproduksi oleh Permana."
Sky melihat perencanaan matang Arion yang telah Arion rinci bahkan dana juga terperinci sangat detail. "Kamu berani maju dengan untung sedikit."
"Harus optimis. Kamu tidak mau mengambilnya kan? Aku yang akan mengambilnya. Kalau aku berhasil, posisi kita di dunia bisnis akan seimbang."
"Papa, Om, kita boleh bermain di taman kantor tidak? Bosan dengar Papa sama Om Rion membicarakan pekerjaan."
"Iya, boleh. Minta antar sama Kak Ririn ya," kata Arion.
"Jangan sampai keluar gerbang ya," pesan Sky.
"Iya."
Kemudian si kembar keluar dari ruangan Arion dan kedua kakak adik itu berlanjut membicarakan perusahaan. Meskipun Sky dan Arion tidak memiliki ikatan darah, tapi mereka memang sangat kompak.
"Apa kata kamu tadi? Seimbang? Benar-benar optimis. Ya udah, aku dukung kamu. Tapi selain memikirkan pekerjaan, kamu juga harus memikirkan wanita. Kayaknya Mama udah atur jadwal lagi mau mengenalkan kamu sama anak temannya," kata Sky.
"Aku belum siap. Nanti kalau sudah waktunya aku pasti akan menikah."
"Ya masalahnya kalau kamu masih menutup hati kamu dengan rapat, gak akan ada yang cocok." Sky mengembalikan laptop Arion lagi. "Ya udah, aku mau pulang. Shena sudah menunggu di rumah. Titip anak-anak. Besok aku jemput di rumah Mama."
"Iya, deh, iya. Mau buat adik lagi aja anak-anaknya sampai dititipin."
Sky tertawa sambil menjotos lengan Arion pelan. "Tahu kan, kalau mereka berdua itu gak bisa diam. Makanya kamu cepat menemukan pasangan biar tahu rasanya quality time sama istri. Keburu jadi perjaka tua ntar."
"Belum juga tiga puluh tahun. Udah sana, pulang saja. Aku masih nunggu sekretaris baru, setelah itu langsung pulang."
"Oke." Kemudian Sky keluar dari ruangan Arion.
Arion mengambil ponselnya. Dia sudah menunggu lama tapi sekretaris barunya belum juga datang.
"Lihat si kembar dulu ajalah, takut mereka berbuat ulah." Kemudian Arion keluar dari ruangannya dan turun ke bawah menggunakan lift. Setelah sampai di taman perusahaannya, dia tidak melihat keberadaan si kembar di sana.
"Mereka dimana?" Kemudian Arion mencari si kembar. Dia kembali masuk ke dalam perusahaannya dan bertemu Ririn yang seharusnya menjaga Ares dan Ara. "Ririn, kamu ada di sini? Ares dan Ara dimana?"
"Saya tidak tahu, Pak. Ares dan Ara sama sekali tidak menemui saya."
"Ares dan Ara kemana? Gawat kalau sampai hilang, Kak Sky bisa gantung aku hidup-hidup." Arion kembali ke taman dan mencari keberadaan si kembar.
"Itu mereka..." Arion bernapas lega saat melihat si kembar duduk di bangku taman sambil memakan es. Mereka bersama seorang wanita. "Siapa wanita itu?"
Kemudian Arion berjalan mendekat. "Ares, Ara, kenapa kalian ke taman sendiri tanpa mengajak Kak Ririn?"
Seketika wanita itu menatap Arion. "Loh, Arion?"
Arion menatap wanita itu dari kepala sampai ujung kaki. Sepertinya dia tidak asing dengan wanita itu tapi dia lupa. "Kamu siapa ya?"
"Astaga, kamu lupa? Aku Nindi."
"Nindi?" Memang sudah sangat lama dia tidak bertemu Nindi, pantaslah dia lupa. "Ada perlu apa kamu ke sini?" tanya Arion.
"Aku ada panggilan interview di perusahaan ini. Aku dapat rekomendasi dari Kak Mega, surat lamaran dan CV masih aku bawa, tapi bisa langsung interview, benar-benar rezeki."
"Ya udah, kamu langsung masuk saja."
"Rion, tapi bos di sini galak gak?"
Ares dan Ara justru tertawa mendengar pertanyaan itu. "Galak, Kak. Bos di sini sering marah-marah."
"Kok adek tahu?"
"Iya, kan bos di sini Papa."
Arion melebarkan matanya menatap si kembar yang sangat usil itu. "Kalian berdua ini. Ayo, masuk ke dalam saja. Anteng ya sama Kak Ririn. Sebentar lagi kita pulang." Arion menggandeng kedua tangan kecil itu lalu menatap Nindi. "Nindi langsung ke ruangan saja ya, ikuti aku." Kemudian Arion berjalan dengan kedua bocah yang masih saja berbicara asal itu.
Nindi yang mengikuti Arion semakin bingung, apa kedua anak itu anak Arion? Dan apa perusahaan itu milik Arion?
"Siang, Pak," sapa karyawan setiap bertemu dengan Arion.
Nindi mengigit bibir bawahnya. Astaga, sedari tadi aku gak sopan sama Arion. Jadi dua anak ini beneran anak Arion?
"Ririn, titip mereka berdua ya. Sebentar lagi saya pulang."
"Iya, Pak. Ara, Ares, sini duduk sama Kakak. Mau main minecraft gak?"
Arion menarik napas panjang lalu masuk ke dalam ruangannya dan duduk di kursi kebesarannya. Untung ponakannya menggemaskan, meskipun sering usil dengannya.
Nindi masuk ke dalam ruangan itu, dia membaca papan nama yang berada di atas meja.
Arion Alexandre
Direktur Utama
💞💞💞
Like dan komen ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
nuraeinieni
tenang nindi,,,si kembar bukan anakx arion,,,,tp anakx sky dan shena.
2023-10-10
2
Nona Lengary
smga nindi SMA Arion smga smga..
✌️🤣
2023-10-09
0
Eika
Nindi jangan menarik kesimpulan Arion punya anak,
Nanti sampai ke Cahaya juga.
Masih berharap Cahaya balikan dengan Arion.
Semoga ada pelangi setelah hujan, di hidup Arion.
2023-10-09
1