BAB 12

Setelah dua hari dirawat di rumah sakit, Arion kini sudah masuk sekolah. Wajahnya masih terlihat pucat dan berat badannya juga kian turun.

Arion mengedarkan pandangannya untuk mencari Cahaya, biasanya Cahaya menunggu kedatangannya di tempat parkir tapi sekarang Cahaya tidak ada di sana.

Aku gak boleh terus memikirkan Aya. Mulai sekarang harus berhenti berharap.

"Lo sakit apa? Lo masih pucat gini." Salah satu temannya berjalan di samping Arion.

"Cuma demam," kata Arion. Dia tidak ingin temannya yang lain tahu tentang penyakitnya.

"Udah, lo masih bisa cari cewek lain. Gak usah mikirin Aya sampai kurus gini."

Arion hanya menganggukkan kepalanya. Meskipun tidak bersama Cahaya, dia tidak ingin mencari perempuan lain. Saat Arion masuk ke dalam kelas, dia bersitatap dengan Bayu sesaat. Lalu dia pindah tempat duduk yang jauh dengan Bayu. Lebih baik dia diam, daripada bicara lalu sakit hati.

"Rion." Cahaya kini berdiri dan mendekati Rion. "Sorry, aku gak jenguk lo."

"Iya, gak papa." Arion mengeluarkan bukunya. Dia sama sekali tidak menatap Cahaya yang berdiri di sampingnya.

"Aya, udahlah lepasin Rion. Lo gak kasihan sama dia. Lo kan udah punya tunangan, ngapain masih deketin Rion."

"Kalian jangan ikut komentar!" Arion kini berdiri dan keluar dari kelas.

Beberapa saat kemudian Bayu juga berdiri dan menyusul Arion.

"Rion!"

Arion menghentikan langkahnya di depan toilet. Dia hanya menatap Bayu.. "Apa? Kalau lo mau jelasin hubungan lo sama Aya, gue gak butuh!"

"Lo jauhin, Aya!"

Arion semakin mengepalkan kedua tangannya. Dia tidak menyangka Bayu akan berbicara seperti itu padanya. Sahabat yang dia anggap selama ini baik, benar-benar menusuknya dari belakang.

Arion tak menyahutinya. Dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam toilet.

"Lo gak mau jauhin Aya!" Bayu menahan tangan Arion.

"Lo harusnya tahu diri, yang merebut Aya dari gue itu lo! Kalau lo memang dijodohkan sama Aya, harusnya lo bilang sejak awal. Lo licik dan lo itu pengecut! Tanpa kuasa orang tua lo, lo gak mungkin bisa dapatin Aya."

Seketika Bayu menyergap krah Arion dan memukul pipinya. "Lo sendiri punya apa buat Aya? Cinta? Cinta gak selamanya membuat bahagia." Kemudian Bayu memukul perut Arion dan mendorongnya hingga jatuh.

Arion mengusap ujung bibirnya yang berdarah. Dia tidak ingin membalas pukulan Bayu.

"Bayu, apa yang lo lakuin!" Cahaya mendekat dan menahan tubuh Arion.

Lagi-lagi, hidung Arion mimisan. Kepalanya juga semakin berat dan pusing.

"Rion, kamu mimisan lagi." Cahaya mengambil sapu tangan dan akan mengusap darah itu tapi Arion menepis tangan Cahaya.

"Gue gak papa." Arion berusaha bediri. Tapi tubuhnya semakin terasa lemas dan dia pun jatuh pingsan.

"Rion!" Cahaya berusaha menahan tubuh Arion yang berat hingga dia kini juga terduduk di lantai. "Bayu, kenapa lo lakuin ini sama Rion! Rion itu sakit leukimia. Lo tega banget sama sahabat lo sendiri."

"Sakit leukimia?" Bayu tak percaya mendengar hal itu.

"Iya, Rion gak boleh sampai terluka." Cahaya semakin menangis karena dia menggoyang tubuh Arion beberapa kali, Arion masih tidak meresponnya.

Beberapa saat kemudian ada teman dan guru yang membantu mengangkat Arion ke UKS untuk melakukan pertolongan pertama.

"Bayu, kamu yang memukul Arion! Ikut Bapak ke ruang BK."

Arion tak juga sadar, akhirnya pihak sekolah membawa Arion ke rumah sakit karena beberapa guru juga telah dengar tentang penyakit Arion.

...***...

Bayu merasa bersalah karena telah memukul Arion dan bicara yang menyakiti hati Arion. Dia sama sekali tidak tahu tentang penyakit Arion. Setelah pulang sekolah, Bayu memutuskan untuk ke rumah sakit.

Dia kini berada di depan ruang rawat Arion. Ruang rawat kelas tiga yang pastinya berisi beberapa pasien di dalamnya. Setelah menarik napas dalam, Bayu masuk ke dalam ruangan itu. Dia berhenti di dekat brankar Arion.

"Rion..."

Arion yang awalnya hanya melamun kini menatap Bayu. Dia hanya sendiri di rumah sakit karena neneknya masih menyelesaikan pekerjaan di rumah.

"Ngapain lo ke sini?"

"Rion, sorry gue gak tahu kalau lo sakit." Kemudian Bayu duduk di sebelah brankar Arion.

"Gak ada manfaatnya juga lo tahu sakit gue."

"Rion, kalau seandainya gue tahu lo sakit, gue gak akan rebut Aya dari lo. Gue pasti akan tolak perjodohan itu."

Arion tersenyum miring, dia semakin mengalihkan pandangannya dari Bayu. "Gue udah jelas gak bisa bahagiakan Aya. Gue gak punya apa-apa dan gue sakit parah. Gue pasti akan membuat Aya sedih. Memang lo yang pantas buat Aya. Andai lo bilang baik-baik sama gue tentang perjodohan itu, gue pasti juga akan merelakan Aya dan pastinya hati gue gak akan sesakit ini."

"Iya, gue minta maaf. Gue pakai cara licik dapatkan Aya. Tapi yang jelas gue sangat cinta sama Aya."

"Kalau lo memang cinta sama Aya, bahagiakan dia. Jangan sampai Aya terluka karena lo. Gue gak mungkin bisa bersama Aya, karena gue sendiri juga gak tahu apa sakit gue bisa sembuh atau tidak."

"Rion!" Cahaya berdiri di dekat tirai pemisah sambil menangis. Dia mendengar apa yang dikatakan Arion pada Bayu.

"Aya..."

Kemudian Bayu berdiri dan memberi ruang pada Cahaya.

"Kenapa kamu bilang seperti itu, kamu pasti sembuh." Cahaya duduk didekat Arion dan memegang lengannya.

"Iya, tapi aku tetap gak bisa bersama kamu. Daripada kita terus bersama dan yang didapat hanya rasa sakit karena kita tidak mungkin melawan orang tua kamu."

"Rion..." Cahaya membungkukkan badannya dan memeluk Arion.

"Kamu turuti keinginan orang tua kamu. Bayu adalah cowok yang baik buat kamu. Kamu pasti bahagia."

Cahaya masih saja menggelengkan kepalanya.

"Tapi aku gak bisa bersama kamu."

Kemudian Cahaya menegakkan dirinya dan menatap Arion. "Kalau aku gak bisa bersama kamu, bukan berarti aku harus bersama Bayu. Iya, mungkin jalan yang terbaik kita jalani saja sendiri-sendiri karena aku gak mau orang tua aku terus menghina kamu."

"Semoga kamu selalu bahagia. Jangan menangis lagi karena masalah tidak akan selesai jika kamu menangis." Satu tangan Arion menghapus air mata di pipi Cahaya.

Cahaya menganggukkan kepalanya. "Kamu juga. Tetaplah menjadi Arion yang bersinar terang meskipun tanpa Cahaya. Aku yakin, suatu saat nanti kamu juga akan mendapatkan kebahagiaan kamu."

Kemudian mereka saling berpelukan dengan senyum yang mengembang. Senyum palsu agar luka hati segera menyingkir. Mungkin lebih baik berpisah daripada bertahan tapi menyakitkan.

"Rion, kamu cepat sembuh ya..."

"Iya." Arion mengusap punggung Cahaya. Pelukan itu mungkin tidak akan bisa dia rasakan lagi.

💞💞💞

Like dan komen ya...

Terpopuler

Comments

Eika

Eika

Membaca kisah Arion paling banyak airmata keluar.
Semoga nanti ada bahagia.
Berharap ada pelangi setelah hujan...

2023-10-09

3

nuraeinieni

nuraeinieni

baca dari awal kisah arion,,,,mewek thor,,,,😭😭😭😭😭😭

2023-10-08

0

Lia Widia Astuti Irawan

Lia Widia Astuti Irawan

lanjutttttt

2023-10-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!