BAB 11

"Arion! Keluar kamu!"

Seketika Cahaya duduk dan rasa kantuknya hilang saat mendengar suara Papanya yang terdengar keras di depan pintu. "Itu Papa..."

Tanpa rasa takut Arion membuka pintu kamarnya. Dia melihat kedua orang tua Cahaya berada di depan pintu kamarnya dan terlihat sangat marah.

"Nenek lihat! Cucu nenek menyembunyikan putri saya di dalam kamarnya."

"Rion, kenapa kamu bawa perempuan ke dalam kamar kamu?" Nenek Sita sangat shock dengan kejadian ini. Pagi buta kedua orang tua Cahaya sudah menggedor rumahnya dan memaksa masuk ke dalam rumah.

"Maaf Nek, aku..."

Plak!

Fatur menampar pipi Arion dengan keras hingga ujung bibirnya berdarah. "Kamu sengaja membawa kabur Aya! Aku sudah melarang kamu mendekati Aya! Kamu itu tidak pantas dengan Aya."

"Papa, udah. Jangan salahkan Rion. Aya yang datang ke rumah Rion sendiri."

"Aya, kamu masih saja membela dia! Kalau kamu masih terus berhubungan dengan dia, Papa akan pindahkan kamu keluar negeri. Ayo, sekarang kita pulang!" Fatur menarik tangan putrinya agar menjauh dari Arion. "Kalau kamu berani membawa Aya kabur lagi, aku akan laporkan kamu pada polisi," kata Fatur pada Arion kemudian dia menarik putrinya keluar dari rumah Arion.

Arion hanya terdiam menatap Cahaya. Mungkin hubungannya dengan Cahaya tidak akan bisa dia pertahankan lagi.

Semoga kamu bahagia, Aya. Meskipun tidak bersamaku.

Kemudian Arion mengusap bibirnya yang masih mengeluarkan darah.

"Rion, sini nenek obati luka kamu."

Saat Arion akan melangkah, darah juga keluar dari hidungnya. Kepalanya terasa semakin berat dan berputar-putar. Akhirnya dia jatuh pingsan.

"Rion!" Nenek Sita yang tidak kuat menahan tubuh Arion juga ikut terjatuh. "Rion, kamu kenapa?" Nenek Sita berusaha menyadarkan Arion tapi Arion tetap tidak merespon.

Kemudian Nenek Sita segera meminta pertolongan pada tetangganya untuk membawa Arion ke IGD.

...***...

"Cucu Anda menderita leukimia. Dia juga sudah beberapa kali check up di sini dan sedang dalam masa pengobatan. Tolong dijaga kondisi tubuhnya. Jangan sampai kecapekan dan terlalu stress. Hb nya juga sangat rendah dan harus transfusi darah sebanyak satu kantong."

Mendengar penjelasan dokter, hati Nenek Sita sangat hancur. Beliau kini duduk di dekat Arion sambil menangis. Satu tangannya terus menggenggam tangan Arion hingga akhirnya Arion tersadar.

"Kenapa Nenek menangis?" tanya Arion. Kemudian dia mengedarkan pandangannya, lalu melihat pergelangan tangannya yang terinfus dan tangan satunya ada jarum transfusi darah. "Nenek, aku gak papa. Kenapa dibawa ke rumah sakit?"

"Rion, kenapa kamu tidak cerita tentang penyakit kamu ini?"

"Nenek sudah tahu?"

Nenek Sita menganggukkan kepalanya. "Penyakit leukimia itu bukan penyakit yang ringan, Rion. Kakek kamu juga meninggal karena sakit ini."

"Aku tidak mau melihat nenek sedih seperti ini. Aku bisa berobat sendiri, Nek. Sakit aku juga masih stadium satu. Aku pasti bisa sembuh."

"Rion, jangan sepelekan penyakit kamu ini. Pokoknya mulai sekarang kamu tidak boleh bekerja lagi."

"Tapi, Nek. Aku tetap harus bekerja. Aku sudah tidak apa-apa. Nanti setelah kantong darah dan infusnya habis, aku mau pulang saja."

"Rion, kamu keras kepala sekali. Kamu harus dirawat dulu. Kamu juga tidak boleh terlalu capek. Jangan sampai stadium kamu bertambah. Biar Nenek saja yang bekerja dan memenuhi kebutuhan kita."

Arion hanya terdiam. Dia jelas tidak akan membiarkan neneknya bekerja lagi, karena kondisi kesehatan neneknya juga sering menurun.

"Rion, mulai sekarang jangan berhubungan dengan gadis itu. Kamu tidak melakukan apa-apa pada gadis itu kan semalam?"

Arion menggelengkan kepalanya. "Iya Nek, dia juga sudah dijodohkan. Aku juga sadar diri, aku tidak pantas untuk dia."

"Iya, kita harus tahu diri siapa kita. Nenek tidak mau kamu terus dihina seperti itu."

Arion hanya menganggukkan kepalanya. "Maaf Nek, aku merepotkan Nenek."

"Tidak. Sekarang kamu istirahat lagi biar cepat membaik."

...***...

Hari itu Cahaya sangat malas sekali masuk sekolah. Setelah kejadian di pesta ulang tahunnya, teman-temannya pasti akan berkomentar yang tidak-tidak.

Dia menghubungi Arion berulang kali sejak hari Minggu kemarin tapi sama sekali tidak diangkat Arion. Bahkan sekarang di sekolah, sampai bel masuk hampir berbunyi, Arion masih juga belum datang.

"Aya, gue dengar Rion masuk rumah sakit," kata Fadil. Rumahnya memang tak jauh dari Arion.

"Masuk rumah sakit? Sejak kapan?"

"Kemarin. Arion mimisan terus pingsan dan dibawa tetangga ke rumah sakit."

Kemudian Cahaya berjalan di koridor kelas sambil memikirkan kondisi Arion.

"Aya!" Bayu berjalan di dekat Cahaya tapi Cahaya semakin melangkah cepat dan menghindar dari Bayu. Dia kini masik ke dalam kelas dan duduk di bangkunya.

"Ada pagar makan tanaman nih." Teman sekelasnya mulai berkomentar tentang hubungan Bayu dan Cahaya.

"Iya, ibaratnya lo punya uang, lo juga punya kuasa."

"Diam kalian semua! Gak usah mengomentari hidup orang lain!" Bayu melempar tasnya ke atas meja lalu duduk dengan keras.

Cahaya sudah malas berdebat dengan Bayu. Dia kembali mencoba menghubungi Arion tapi nomor Arion justru tidak aktif.

Semoga Rion tidak kenapa-napa.

Seharian itu, Cahaya tidak bisa fokus dengan pelajaran. Dia ingin pelajaran hari itu cepat usai agar bisa segera ke rumah sakit untuk melihat kondisi Arion.

Setelah bel pulang berbunyi, buru-buru dia mengemasi bukunya. Berbekal info dari Fadil, dia tahu di ruangan apa Arion dirawat.

Cahaya tak peduli dengan sopir yang akan menjemputnya. Dia kini naik ojek online dan segera meluncur ke rumah sakit.

Setelah sampai di rumah sakit, Cahaya segera menuju ruangan Arion. Saat akan sampai di ruangan Arion, Cahaya menghentikan langkahnya karena ada Nenek Sita yang baru saja keluar dari ruangan Arion.

"Nenek..." Cahaya akan mencium tangan Nenek Sita tapi Nenek Sita menolaknya.

Nenek Sita hanya menatap Cahaya. Meski baru sekali bertemu tapi Nenek Sita masih ingat wajah Cahaya.

"Kamu jangan lagi menemui Rion," kata Nenek Sita.

"Tapi saya ingin tahu keadaan Rion."

"Rion baik-baik saja. Justru kalau kamu menemui Rion, dia akan semakin sedih. Belum lagi kedua orang tua kamu yang sewaktu-waktu bisa datang dan memarahi Rion. Nenek tidak mau Rion terus dihina dan disakiti. Sudah cukup penderitaan Rion."

Cahaya hanya mengangguk. "Saya pulang dulu, Nek. Semoga Rion segera sembuh." Akhirnya Cahaya memutar langkahnya dan pulang ke rumah tanpa menemui Arion.

Cahaya menyusut air mata yang hampir menetes sambil berjalan di koridor rumah sakit.

Rion, cepat sehat ya. Benar apa yang dikatakan Nenek kamu, aku hanya membawa luka di hidup kamu...

💞💞💞

Like dan komen ya biar othor semangat...

Tenang Rion, sebentar lagi bertemu Kak Sky.

Terpopuler

Comments

Lia Widia Astuti Irawan

Lia Widia Astuti Irawan

lanjutttt yang banyak thorr

2023-10-07

1

Azizah az

Azizah az

semangat dong kk

2023-10-06

0

Tria Hartanto

Tria Hartanto

RION cepet sehat ya dan semangat untuk sembuh

2023-10-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!