Setelah selesai memakai baju dan menyisir rambutnya, Cahaya terpaksa keluar dari kamarnya karena Mamanya terus menunggunya di depan kamar. Mereka kini duduk di ruang makan untuk makan malam bersama.
Cahaya hanya terdiam saat orang tuanya mulai mengatur dan membicarakan masa depannya.
"Mereka bisa tunangan dulu."
"Nggak mau! Aya, masih sekolah," sahut Aya pada akhirnya.
"Aya, tiga bulan lagi kamu sudah lulus."
"Tetap saja nggak mau, karena Aya gak mau dijodohkan sama Bayu. Aya gak punya perasaan apa-apa sama Bayu." Cahaya menyudahi makan malamnya walau masih habis setengah. Dia menggeser piringnya sambil menekuk wajahnya.
"Aya, seiring berjalannya waktu kalian bisa saling jatuh cinta."
Cahaya kini menatap Bayu yang hanya diam dan sangat tenang. Kenapa dia tidak menolak perjodohan itu?
"Bayu, gue mau ngomong berdua sama lo." Cahaya berdiri dan keluar dari ruang makan. Dia menuju taman rumahnya dan duduk di bangku taman.
"Ada apa?" tanya Bayu sambil duduk di sebelah Cahaya.
"Kenapa lo gak menolak perjodohan ini? Bantu gue buat menolak. Kalau gue sendiri yang menolak jelas akan kalah."
Bayu terdiam beberapa saat lalu menatap Cahaya. "Karena gue cinta sama lo, ini kesempatan gue buat dapatin lo."
Seketika Cahaya menatap Bayu. Dia tidak menyangka dengan apa yang dikatakan Bayu. "Tapi gue pacar Arion. Arion itu sahabat lo!"
"Iya, gue tahu. Lo sekarang bisa pacaran sama Rion tapi hasil akhirnya nanti lo pasti sama gue."
Cahaya semakin tak percaya dengan kalimat Bayu. Dia tahu betul mereka sudah bersahabat sejak lama tapi ternyata Bayu sama sekali tidak tulus dengan Arion. "Ternyata ini sifat asli lo! Lo gak mikirin gimana perasaan Rion!"
"Terkadang hidup memang harus egois untuk mendapatkan apa yang gue inginkan."
Cahaya semakin tidak suka dengan Bayu. "Oke, yang jelas gue gak akan mau dijodohkan sama lo! Gue akan terus menolak perjodohan ini!" Kemudian Cahaya memutar langkahnya dan berlari masuk ke dalam rumah. Dia segera masuk ke dalam kamarnya dan tidak peduli lagi dengan panggilan kedua orang tuanya.
Aya, hanya dengan cara ini gue bisa dapatin lo. Maafin gue...
Kemudian Bayu masuk ke dalam rumah dan duduk di dekat Papanya.
"Kalian bertengkar?"
Bayu menggelengkan kepalanya. "Kita biasa seperti ini. Nanti lama-lama Aya pasti juga mau. Saya mau segera bertunangan saja dengan Aya."
"Wah, itu bagus. Bagaimana kalau sekalian acara ulang tahun Aya satu minggu lagi."
Bayu berpikir sejenak lalu dia menganggukkan kepalanya. "Tapi, Aya jangan diberi tahu dulu. Biar ini menjadi kejutan."
...***...
Keesokan harinya sebelum Arion berangkat ke kafe, dia mengambil hasil tesnya terlebih dahulu. Seperti diagnosa dokter, dia positif menderita leukimia. Dokter kembali memeriksa kondisinya dan melakukan biopsi sum sum tulang belakang untuk memastikan penyakit itu sekali lagi.
Setelah semua pemeriksaan selesai, Arion mendapat obat lagi yang harus rutin dia minum setiap hari.
Setelah keluar dari ruang pemeriksaan, Arion duduk di depan rumah sakit karena punggungnya terasa nyeri setelah pengambilan sample sum sum tulang belakangnya.
"Hari ini gue harus kerja tapi punggung aku nyeri gini. Kepala aku juga pusing." Arion mengambil air mineral yang berada di tasnya lalu meminumnya. Dia membaca sekali lagi hasil pemeriksaan itu. "Gue gak nyangka bisa kena kanker. Nenek gak boleh tahu tentang penyakit ini."
"Gimana hasil tesnya?" tiba-tiba Cahaya mengambil hasil tes dan membacanya.
"Aya! Kok kamu ke sini?" Arion merebut kembali kertas itu hingga robek. Tapi terlambat Cahaya sudah membacanya.
"Positif leukimia?"
Arion terdiam beberapa saat dan mengalihkan pandangannya. "Aku gak papa."
"Rion? Sudah stadium berapa?" tanya Cahaya dengan kedua mata yang berkaca-kaca.
Arion menggelengkan kepalanya. "Nunggu hasil biopsi empat hari lagi."
Satu tangan Cahaya menggenggam tangan Arion. "Kamu harus semangat! Kamu pasti bisa sembuh."
"Jangan bilang tentang ini pada siapapun ya. Hanya kamu yang tahu."
"Kamu menyembunyikan ini dari nenek kamu?"
Arion menganggukkan kepalanya. "Aku gak mau nenek khawatir. Nenek sudah tua, aku gak mau menambah beban pikirannya."
"Ya udah, yang penting kamu harus rajin periksa dan jangan lupa obatnya diminum dengan rutin."
Arion menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. "Aku mau ke kafe, weekend gini kafe sangat ramai." Arion berdiri secara perlahan tapi tetap saja punggungnya terasa nyeri.
"Rion biopsi kamu di punggung kan? Lebih baik kamu istirahat saja dulu, tidak usah kerja."
Arion menggelengkan kepalanya. "Bonusnya lumayan kalau weekend gini."
"Aku boleh bantu gak?" Cahaya menggandeng lengan Arion lalu mereka berjalan menuju tempat parkir.
"Bantu? Nanti kamu capek."
"Aku mau bantu pekerjaan kamu, gak usah dibayar asal kamu istirahat."
"Aya, tidak perlu. Aku bisa." Arion naik ke atas motornya lalu memakai helmnya. "Kamu kenapa bisa di sini?"
"Ya, aku tahu kamu ambil tes itu hari ini. Makanya aku langsung ke sini dan tunggu kamu di depan rumah sakit setelah lihat motor kamu terparkir."
"Ya udah, sekarang aku antar kamu pulang saja."
"Aku mau ikut mau. Ayolah, please..."
Kalau Cahaya sudah memohon seperti ini Arion tidak akan bisa menolak. Akhirnya dia menganggukkan kepalanya. Setelah Cahaya naik ke boncengannya, Arion melajukan motornya menuju kafe.
Untunglah, Cahaya diizinkan oleh pemilik kafe untuk membantu Arion. Untuk petama kalinya dalam hidup Cahaya, dia menjadi seorang waitress dan melayani pembeli.
Hingga hari telah sore, Cahaya masih berada di kafe itu. Rasanya sangat lelah tapi dia juga sangat senang bisa membantu Arion.
"Aya, kenapa kamu di sini?"
Cahaya terkejut saat melihat Mamanya sedang duduk di kafe itu bersama temannya.
Cahaya hanya terdiam sambil meletakkan makanan yang dipesan.
"Jeng, anak kamu kerja part time di sini?"
Mendengar pertanyaan itu membuat Weni merasa malu. Dia menarik paksa tangan putrinya agar keluar dari kafe itu. "Aya, kenapa kamu bisa jadi waitress di sini! Buat malu Mama saja. Kita pulang sekarang! Awas kalau kamu kayak gini lagi!"
"Bentar, Ma. Biar Aya ambil tas dulu." Cahaya berusaha melepas tangan Mamanya tapi tidak bisa.
"Aya!" Arion keluar dari kafe saat melihat Cahaya ditarik paksa Mamanya.
"Rion, maaf ya. Aku mau pulang sekarang."
"Sebentar aku ambilkan tas kamu dulu." Arion segera berlari ke dalam dan mengambil tas Cahaya. Hanya sesaat kemudian dia berlari keluar.
"Aya! Siapa dia? Pacar kamu? Dia yang udah buat kamu kayak gini! Aya, dia itu gak pantas buat kamu!"
Arion menghentikan langkah kakinya dan memberikan tas itu pada Cahaya. Meskipun dia mendengar perkataan Mamanya Cahaya, Arion berusaha bersikap tenang.
"Kamu jangan dekati anak saya lagi! Kamu lihat diri kamu, kamu itu cuma pelayan kafe mau mendekati anak saya. Aya, gak bisa hidup susah kayak kamu!"
"Mama! Jangan bilang seperti itu. Rion maaf ya."
"Itu memang kenyataannya. Udah, kita pulang sekarang!"
Arion hanya berdiri mematung dan menatap Cahaya yang masuk ke dalam mobil Mamanya.
Aku tahu, aku memang gak pantas buat kamu Aya...
💞💞💞
Sabar Arion, cobaan kamu memang berat sampai kamu bertemu Kak Sky nanti... 🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
nuraeinieni
sabar ya arion
2023-10-08
0
Eika
Masih jauh perjalanan Arion mencapai langit (Sky)
2023-10-04
0
Azizah az
Rion udh sakit penyakit ditambah pula sakit hati karna hinaan, sabar ya
2023-10-04
1