Setelah Arion dipaksa Cahaya untuk memeriksakan kesehatannya, akhirnya Arion mau ke rumah sakit. Dia kini duduk di kursi tunggu rumah sakit menunggu gilirannya bersama Cahaya.
"Aya, kalau seandainya aku beneran sakit, bagaimana dengan kita selanjutnya?" tanya Arion setelah berdiam diri cukup lama.
Belum sempat Cahaya menjawabnya, seorang suster sudah memanggil nama Arion. Arion akhirnya berdiri dan masuk ke dalam ruang pemeriksaan.
Kali ini Arion melakukan pemeriksaan lengkap pada kesehatannya, termasuk pengambilan sample darah. Dokter juga telah mendiagnosa bahwa penyakit yang diderita Arion adalah leukimia.
"Hb kamu cukup rendah, jika terus berkurang kamu harus melakukan transfusi darah. Jangan terlalu banyak bergerak agar tidak menghabiskan banyak tenaga karena itu akan membuat tubuh kamu semakin lemah. Ada beberapa luka lebam juga di kulit kamu, usahakan jangan sampai terluka karena jika terluka akan terjadi pendarahan. Diagnosa sementara dari saya, kamu menderita leukimia dan sepertinya masih stadium satu. Ada pembengkakan juga di leher kamu. Untuk lebih pastinya kita lihat dari hasil tes darah kamu yang akan keluar besok. Jika memang dari hasil tes darah ada kelainan sel darah yang merujuk pada leukemia, kamu juga harus melakukan biopsi sum sum tulang belakang."
"Apa leukemia bisa disembuhkan?" tanya Arion.
"Jika masih stadium awal, masih bisa sembuh. Asal kamu rutin memeriksakan kesehatan kamu dan berobat."
Kemudian Arion hanya terdiam mendengarkan penjelasan dokter yang panjang lebar itu. Setelah itu, dia keluar dari ruang pemeriksaan dan duduk lagi di sebelah Cahaya.
"Bagaimana hasilnya?" tanya Cahaya.
"Besok baru keluar." Arion mengusap wajahnya lalu dia menarik tangan Cahaya agar berdiri. "Kita jalan-jalan ke taman yuk! Mumpung hari ini aku tidak kerja."
Cahaya menganggukkan kepalanya dan berjalan di sisi Arion. "Rion, kamu punya asuransi kesehatan dari pemerintah kenapa kemarin gak kamu pakai berobat?"
"Di klinik itu kan gak melayani asuransi dan aku sebenarnya gak suka check kesehatan kayak gini, buat kepikiran aku aja."
"Justru tahu lebih awal itu lebih baik."
Arion menghentikan langkahnya di tempat parkir lalu memakai helmnya. "Eh, tapi aku ajak kamu keluar, Papa kamu gak marah kan? Aku gak mau kamu dimarahi. Kalau gitu, aku antar kamu pulang saja ya."
Cahaya menggelengkan kepalanya. Dia tidak peduli dengan kemarahan Papanya. Dia tidak akan melewatkan kesempatan berdua dengan Arion. "Nggak kok. Jalan sama kamu juga gak setiap hari."
Setelah Cahaya naik ke boncengan Arion, motor Arion segera melaju menuju taman. Dia ingin melepaskan bebannya sesaat. Bukan hanya raganya yang terasa lelah tapi juga pikirannya.
Beberapa saat kemudian, Arion menghentikan motornya di depan taman. Mereka turun lalu masuk ke dalam taman itu. Udara sore hari yang sejuk membuat Arion sedikit fresh dan beban yang terasa berat seolah menghilang untuk sejenak.
"Duduk di sini saja," ajak Arion duduk di bangku taman yang berada di dekat pohon.
Setelah mereka duduk, mereka sama-sama terdiam sambil menikmati sejuknya udara sore hari itu.
"Aya, kalau seandainya aku beneran sakit keras, bagaimana dengan hubungan kita selanjutnya?"
"Ya, tetap lanjut. Aku akan menemani kamu berjuang untuk sembuh. Aku yakin, kamu bisa sembuh."
"Tapi, aku akan jadi cowok yang lemah."
Cahaya tertawa lalu bersandar di bahu Arion. "Rion, memang cowok harus selamanya kuat? Ya nggaklah. Udah, kamu gak perlu mikir terlalu jauh. Jalani aja apa yang ada sekarang dan kamu harus yakin kalau kamu akan sembuh."
Kemudian Arion menggenggam tangan Cahaya. "Sebelum pulang, kita makan dulu ya, aku yang traktir tapi di pinggir jalan."
Cahaya mendongak lalu menganggukkan kepalanya.
Beberapa saat kemudian, ponsel Cahaya berbunyi. Dia menegakkan dirinya dan mengambil ponselnya. "Papa..." Cahaya mengangkat panggilan itu. "Iya, Pa. Aya, lagi di rumah teman. Iya." Cahaya mematikan panggilan dari Papanya meskipun Papanya masih ingin berbicara.
"Sudah disuruh pulang? Ya udah aku anterin pulang sekarang."
Cahaya menggelengkan kepalanya. "Nanti saja. Kamu gak usah khawatir. Papa aku memang kayak gitu."
"Tapi, Aya..."
"Udah gak papa. Sekali ini saja aku bandel."
Arion kembali merengkuh bahu Cahaya. Dia juga tidak tahu bagaimana kisahnya dan Cahaya selanjutnya, yang jelas jauh di dalam lubuk hatinya dia tidak ingin kehilangan Cahaya.
...***...
"Rion, berhenti di sini saja," kata Cahaya saat akan masuk ke gang kompleks perumahannya.
"Kenapa? Takut dimarahi Papa kamu. Tidak apa-apa, biar aku saja yang dimarahi."
Cahaya tetap turun dari motor Arion yang telah berhenti itu. "Iya, tapi aku gak mau kamu dimarahi. Sementara saja, untuk saat ini aku gak mau Papa tahu hubungan kita."
Arion akhirnya menganggukkan kepalanya. "Ya udah, kamu jalan, aku lihat dari sini."
Kemudian Cahaya berjalan menuju rumahnya. Setelah Cahaya masuk ke dalam gerbang rumahnya, Arion melajukan motornya pergi.
Setelah masuk gerbang rumahnya, Cahaya melihat sebuah mobil terparkir di depan rumahnya. "Sepertinya ada tamu." Cahaya memutar langkahnya dan akan masuk lewat pintu samping rumahnya tapi Papanya memanggilnya.
"Aya, sini! Kamu darimana sampai gelap baru pulang?"
Cahaya mendekati Papanya. "Dari rumah teman. Tadi nonton film sampai lupa waktu," katanya bohong.
"Ya sudah, kamu salaman dulu sama keluarga calon kamu."
"Papa, tapi aku gak setuju dengan perjodohan ini."
Fatur tetap menarik tangan putrinya. Cahaya hanya bisa pasrah dan menuruti keinginan Papanya kali ini.
"Maaf, putri saya baru pulang. Akhir-akhir ini memang dia sedikit bandel."
Cahaya sangat terkejut saat melihat Bayu duduk di antara kedua orang tuanya. "Bayu!'
"Kalian satu sekolah, pasti sudah saling kenal kan?"
"Bayu, jadi lo udah tahu soal ini. Kenapa lo gak bilang?" Cahaya ingat betul, tadi pagi Bayu sempat membahas sedikit perjodohan itu tapi lalu dia pergi. Harusnya dia bisa menebak apa yang akan terjadi, karena Bayu tidak mungkin tahu begitu saja.
"Aya, salaman dulu sama kedua orang tua Bayu," kata Weni pada putrinya.
Cahaya berdengus kesal. Dia menghentakkan kakinya dan masuk ke dalam kamarnya. Tak peduli dengan Mamanya yang mengikutinya.
"Kenapa bisa Bayu yang dijodohkan sama aku? Kenapa juga Bayu gak nolak dengan perjodohan ini?" Cahaya melempar tasnya lalu duduk di tepi ranjang. "Pokoknya, aku gak mau menerima perjodohan ini."
"Aya! Cepat mandi dan keluar!" Terdengar teriakan Mamanya dari luar.
Cahaya yang memang tipikal penurut, dia tidak bisa membantah jika Mamanya yang sudah menyuruhnya. "Iya, Ma."
Cahaya berdiri dan mengambil baju gantinya. "Pokoknya aku harus bilang sama Bayu agar dia menolak perjodohan ini!"
💞💞💞
Mana nih komennya... 😪
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
nuraeinieni
ternyata aya di jodohkan sama bayu.
2023-10-08
1
Lia Widia Astuti Irawan
lanjuttttt
2023-10-03
0
Anonymous
Kasihan arionnya 😢
2023-10-03
0