BAB 3

Setelah menebus obat Arion, Cahaya menghampiri Arion ke kafe tempat Arion bekerja. Dia kini duduk di salah satu kursi dan melihat Arion yang berjalan kesana-kemari mengantar pesanan.

Kemudian Cahaya melihat menu di kafe itu lalu memesan minuman hangat dan kentang goreng pada waitress. Beberapa saat kemudian Arion mengantar pesanannya ke mejanya.

"Aya." Arion terkejut melihat Cahaya yang duduk seorang diri di kursi itu.

Cahaya tersenyum menatap Arion. "Gue tunggu ya."

"Buat apa? Tapi gue pulang masih satu jam lagi."

"Nggak papa."

Setelah meletakkan pesanan Cahaya di atas meja. Arion kembali bekerja karena masih ada beberapa pesanan yang harus dia antar ke meja pembeli.

Cahaya terus mengamati Arion, entahlah mengapa dia bisa jatuh cinta pada Arion sampai seperti ini. Banyak cowok kaya dan tampan di sekolahnya, tapi pilihannya tetap jatuh pada Arion.

Sedangkan Arion yang sedari tadi tahu jika dia sedang dilihat Cahaya menjadi salah tingkah. Lagi-lagi detak jantungnya berdebar tak karuan. Andai saja dia setara dengan Cahaya, pasti dia akan mengungkapkan perasaannya pada Cahaya. Tidak seperti sekarang, dia selalu merasa insecure setiap kali dekat Cahaya.

Sampai kafe tutup dan Arion membersihkan Kafe, Cahaya masih menunggu Arion di depan kafe. Hingga akhirnya pekerjaan Arion selesai lalu dia keluar dan menemui Cahaya.

"Ada perlu apa? Ini udah jam sepuluh malam. Nanti lo dimarahin kalau gak pulang-pulang," kata Arion.

Cahaya membuka tasnya lalu memberikan obat yang sudah dia tebus di apotek. "Obat lo, minum sesuai petunjuk ya." Cahaya menyodorkan sekantong plastik kecil yang berisi obat itu.

Arion hanya menatapnya. Dia baru teringat jika resep obat yang dia genggam tadi siang menghilang. Jadi resep itu diambil, Aya.

"Aya, lo gak perlu tebus resep itu."

Cahaya membuka tas Arion dan memasukkan obat itu ke dalam tasnya. "Lo kena anemia juga. Bahaya kalau lo biarin."

Arion terdiam dan menatap Cahaya. Mendapat perhatian dari Cahaya seperti ini membuat Arion semakin jatuh cinta padanya.

Cahaya kini juga menatapnya. Hembusan angin malam itu membuat cinta mereka seolah ingin menyatu.

Menyadari hal itu, buru-buru Arion mengalihkan pandangannya. Dia kini duduk miring di atas motornya. "Lo pulang sama siapa?"

Kemudian Cahaya ikut duduk di samping Arion. "Ya, biar gue pesan grab saja."

"Biar gue antar." Arion melepas jaketnya lalu dipakaikan ke punggung Cahaya.

"Rion, gue udah pakai lengan panjang."

"Gak papa. Udah larut malam. Udaranya semakin dingin. Gue juga pakai kemeja lengan panjang. Lo pakai saja."

Cahaya memakai jaket Arion lalu tidak ada pembicaraan di antara mereka. Mereka berdua hanya menatap langit malam hari itu yang bertabur bintang dan sangat indah.

"Rasi bintang Orion terlihat jelas malam ini."

Arion hanya tersenyum miring. "Orion sang pemburu yang kuat dan hebat, sangat berbanding terbalik dengan gue."

Cahaya mengalihkan pandangannya dan menatap Arion. "Kenapa lo merasa seperti itu? Lo harus percaya dengan diri lo sendiri."

"Tapi inilah hidup gue. Hidup gue yang jauh dari kata sempurna. Untuk biaya sekolah saja gue harus bekerja di kafe." Arion kini membalas tatapan Cahaya.

"Justru karena itu, lo itu hebat, lo itu kuat. Di saat gue dan anak lainnya yang seumuran lo istirahat di rumah, lo masih sibuk kerja dan bisa mandiri memenuhi hidup lo sendiri."

Arion kembali meluruskan pandangannya. "Kenapa lo selalu perhatian sama gue? Gue udah berusaha menghindar dari lo, karena gue takut..." Arion menghentikan perkataannya sesaat. "Gue takut semakin berharap sama lo."

"Kalau harapan lo berbalas gimana?"

Arion tersenyum kecil. "Tapi gue takut gak bisa berjuang buat lo. Sebelum semua semakin dalam, lebih baik gue mundur, karena perbedaan kita sangat jauh. Mungkin saat kita sekolah, perbedaan kita tidak terlihat tapi jika nanti kita sudah lulus, perbedaan itu pasti akan terlihat."

"Semua manusia itu sama. Lo gak akan pernah tahu bagaimana takdir kita selanjutnya. Bisa saja suatu saat nanti posisi kita bertukar."

Arion semakin tertawa. "Gimana gue bisa kaya kayak lo, sedangkan gue aja gak ada garis keturunan pengusaha."

"Semua itu bisa saja terjadi. Kita gak tahu bagaimana takdir kehidupan kita selanjutnya. Tapi yang jelas gue..." Cahaya menghentikan kalimatnya sesaat. Dia memainkan jemarinya sendiri. "Gue udah lama jatuh cinta sama lo."

Seketika Arion menatap Cahaya. Dia tidak menyangka Cahaya berani mengungkapkan perasaannya.

"Aya, gue gak punya apa-apa."

"Apa lo punya cinta, gue cuma butuh itu."

Arion semakin menatap Cahaya. Mendengar kalimat Cahaya, hatinya terasa hangat dan sudah meleleh. Dia beranikan diri untuk menggenggam tangan Cahaya. "Kalau cinta, gue punya, bahkan gak ada limitnya. Tapi yang namanya manusia tidak akan bahagia hanya dengan cinta. Itu faktanya."

"Jadi, lo gak akan balas cinta gue?"

"Gue pasti akan membalasnya."

Cahaya semakin tersenyum menatap Arion.

"Gue antar pulang ya. Udah malam banget." Arion melepas tangannya tapi masih saja ditahan oleh Cahaya.

"Terus kita gimana?"

"Jadi aku kamu." Arion tersenyum kecil lalu dia meluruskan badannya dan memakai helm.

Debaran di dada Cahaya semakin kencang. Aku kamu? Itu berarti kita udah jadian. Eh, gitu kan maksudnya?

"Aya, ayo!"

Akhirnya Cahaya naik di boncengan Arion. Beberapa saat kemudian motor Arion melaju menuju rumah Cahaya. Satu tangan Arion menarik tangan Cahaya agar berpegangan di pinggangnya.

Cahaya semakin tersenyum, tidak hanya satu tangan tapi kedua tangannya kini berpegangan di pinggang Arion. Mereka nikmati dinginnya malam hari itu berdua.

Meskipun Arion melajukan motornya dengan pelan, tapi masih saja terasa cepat saat sampai di depan rumah Cahaya. Arion kini menghentikan motornya di depan rumah Cahaya yang mewah dan luas berlantai dua itu. Pagar yang tinggi itu setengah terbuka dan ada Papa Cahaya yang melipat kedua tangannya sambil menatap tajam Arion.

"Aya, kamu darimana sampai larut malam seperti ini? Anak gadis tidak boleh keluyuran malam, apalagi sama pria tidak jelas seperti dia." Fatur menarik putrinya agar menjauh dari Arion.

"Maaf Om, Aya..."

"Jangan sekali-kali kamu mengajak keluar anak saya!" Fatur memotong kalimat Arion.

"Papa, bukan Rion yang mengajak Aya keluar. Tapi Aya sendiri yang menemui Rion."

"Kamu tidak perlu membela dia, kamu sekarang masuk!" Fatur menarik tangan putrinya agar masuk ke dalam rumah.

Cahaya masih sesekali menoleh Arion sambil berjalan mengikuti langkah kaki Ayahnya.

Arion memutar motornya lalu melajukan kembali motornya.

"Bodoh! Kenapa gue ajak Aya jadian? Tapi gue juga gak mungkin buat Aya kecewa. Aya udah mengungkapkan perasaannya, gak mungkin gue tolak, dan barusan gue semakin sadar kalau gue dan Aya bagaikan langit dan bumi. Perbedaannya jauh banget. Apa suatu saat nanti gue bisa sukses dan bisa setara dengan Aya agar gue bisa membahagiakan Aya? Karena yang dibutuhkan dalam hidup ini bukan hanya cinta tapi juga materi."

💞💞💞

Like dan komen ya....

Terpopuler

Comments

Jro Sriyani

Jro Sriyani

memang hidup tidak hanya butuh cinta....tapi cinta salah satu sbg pondasi kuat dalam sebuah hubungan.....cinta dan kepercayaan yg kuat ..materi bisa cari sama2...dgn gaya hidup sederhana, selaku bahagia, dan kerja keras....tidak putus asa, yg oenting dikasi Kesehatan .....sukses menanti....
pengalaman pribadi nih..../Smile/

2024-10-18

0

Nia Nara

Nia Nara

Khas remaja !! Cuma butuh cinta. Percaya adek2, hidup gak cukup cuma cinta

2023-11-10

0

Nurlaila Elahsb

Nurlaila Elahsb

lanjut thor

2023-10-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!