Cahaya Cinta Arion
"Rion, bangun nak ini sudah siang!"
Arion membuka matanya di pagi hari itu. Dia masih sangat mengantuk setelah semalam pulang larut malam karena sudah beberapa hari ini dia mulai bekerja paruh waktu di sebuah kafe.
"Iya, Nek. Ini sudah bangun." Arion duduk dan mengumpulkan nyawanya terlebih dahulu sebelum turun dari ranjang kerasnya. Dia menarik napas dalam lalu menghembuskannya. Akhir-akhir ini kepalanya sering terasa pusing. Mungkin dia belum terbiasa bekerja hingga larut malam.
Arion sekarang sudah kelas dua belas, dia seorang anak yatim piatu yang hanya tinggal dengan neneknya. Nenek Sita sudah tua dan sakit-sakitan, sehingga dia harus turut membantu bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Kemudian Arion beranjak dari ranjangnya dan mengambil handuknya lalu dia bergegas ke kamar mandi untuk membasuh dirinya dengan cepat. Setelah memakai seragam serta sepatunya, dia memeriksa bukunya. Lalu dia keluar dari kamar dan menuju dapur dengan membawa tasnya.
"Rion, sarapan dulu. Kalau capek jangan bekerja lagi. Kamu jadi sering bangun kesiangan." Nenek Sita mengambil sepiring nasi goreng untuk Arion.
"Nenek, aku gak papa. Aku harus kerja biar bisa bantu nenek. Nenek tidak perlu ambil cucian lagi, biar aku saja yang kerja." Kemudian Arion segera menyantap sarapannya dengan cepat hingga hampir tersedak.
"Rion, pelan-pelan."
Arion hanya menganggukkan kepalanya lalu dia minum segelas air mineral hingga habis. "Aku sudah telat, Nek. Berangkat dulu." Setelah mencium tangan neneknya, Arion memakai tasnya dan keluar dari rumah. Dia memakai helmnya lalu segera mengendarai motor bututnya. Beberapa saat kemudian dia segera melaju menuju sekolahnya.
Karena waktu sudah mengejarnya, Arion semakin menambah laju motornya. Saat dia akan menyeberang jalan di depan sekolahnya, dia tidak melihat ada mobil yang sudah dekat dengannya hingga membuatnya jatuh ke sisi kanan.
"Rion, lo gak papa kan? Sorry sopir gue gak lihat." Seorang gadis yang berseragam putih abu-abu keluar dari mobil dan membantu Arion berdiri.
Detak jantung Arion semakin cepat saat gadis itu menyentuh tangannya. Gadis cantik dengan rambut panjang terurai itu bernama Cahaya. Sudah lama Arion menaruh hati padanya tapi dia sadar diri, dia tidak pantas berada di dekat Cahaya yang sempurna dan anak pengusaha itu.
"Gue gak papa. Gue yang nyeberang gak lihat dulu." Kemudian Arion menuntun motornya masuk ke dalam gerbang sekolah.
"Untung gerbangnya belum ditutup." Arion melepas helmnya lalu turun dari motornya. Dia melihat sikunya yang terluka dan mengeluarkan darah.
"Rion, siku lo luka." Cahaya memang sengaja mengikuti Arion. Dia mengambil botol minumnya lalu menyiram siku Arion, setelah itu dia bersihkan dengan sapu tangannya tapi darah itu tak juga berhenti mengalir. "Jangan-jangan lukanya dalam, kok darahnya gak berhenti mengalir. Kita ke UKS aja."
"Biar gue sendiri. Lo masuk ke dalam kelas saja soalnya pelajaran pertama Pak Rudi, nanti lo kena hukum kalau terlambat."
"Tapi gue harus tanggung jawab." Cahaya masih kekeh.
"Aya, gue gak papa."
Kemudian Cahaya menarik tangan Arion hingga membuat Arion mau tidak mau mengikutinya. Mereka berdua kini berada di dalam UKS. Dia segera membersihkan luka Arion dengan cairan rivanol tapi meskipun dibersihkan berulang kali darah itu masih saja merembes.
"Rion, kok darah lo gak berhenti."
"Udah, gak papa. Langsung tutup saja pakai kasa. Kadang juga gitu."
Seketika Cahaya menatap Arion. "Lo gak pernah check up kesehatan? Setahu gue kalau luka dan darahnya sulit berhenti itu berarti ada kelainan di sel darah lo."
Arion hanya tertawa. "Gue gak papa, ngapain check up kesehatan. Nanti juga sembuh kok." Karena Cahaya hanya terdiam, Arion berusaha menutup lukanya sendiri tapi sulit.
"Biar gue aja." Cahaya menutup luka itu dengan kain kasa lalu memberinya plester. "Udah, semoga lukanya cepat sembuh." Cahaya meniup luka Arion sesaat.
Arion terdiam menatap Cahaya. Andai saja dia bisa mengungkapkan semua perasaannya pada Cahaya pasti dia akan bahagia. "Makasih, Aya."
"Kenapa makasih sama gue, kan gue yang nabrak lo." Cahaya melepas tangan Arion lalu membereskan peralatan yang dia gunakan.
"Gue yang gak lihat jalan karena buru-buru. Kita ke kelas sekarang, kayaknya Pak Rudi udah ke kelas."
Kemudian mereka berdua segera berjalan cepat menuju kelas. Koridor kelas sudah sepi, semua siswa sudah memulai pelajaran di dalam kelas.
Arion dan Cahaya menghentikan langkahnya sesaat di depan pintu saat Pak Rudi sudah menerangkan pelajaran di depan kelas.
"Kalian berdua kenapa terlambat?" tanya Pak Rudi.
Arion akan menjawab tapi Cahaya memotongnya.
"Arion terjatuh karena mobil saya yang menabraknya jadi saya mengobati luka Arion dulu," jelas Cahaya.
Pak Rudi melihat luka di siku Arion yang terlihat memerah karena darahnya merembes. "Lukanya lebar? Kalau lebar kamu klinik saja."
Arion menggelengkan kepalanya. "Hanya luka kecil, tidak apa-apa," kata Arion.
"Ya sudah kalian duduk saja."
Kemudian mereka duduk di bangku masing-masing.
Bayu, sahabat Arion yang duduk di sebelahnya melihat luka di siku Arion. "Lo selalu gini ya kalau luka. Lo periksa gih, jangan-jangan ada apa-apa di tubuh lo."
"Gue gak papa. Nanti juga lama-lama sembuh." Arion mengeluarkan bukunya, tapi dia juga kepikiran dengan omongan Cahaya dan juga Bayu. Apa memang telah terjadi sesuatu ditubuhnya?
Diam-diam dia membuka ponselnya dan mencari ciri-ciri yang dirasakan tubuhnya. Dia terkejut saat membaca banyak artikel yang menunjukkan sebuah penyakit yang cukup serius itu.
Gak mungkin! Pasti google hanya mengada-ada. Masa iya gue sakit leukimia.
Arion kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku. Dia berusaha fokus dengan pelajaran hari itu, tapi setelah membaca artikel itu hatinya benar-benar tidak tenang. Dia kembali menatap sikunya yang semakin terasa basah karena rembesan darahnya.
Gimana kalau gue beneran kena kanker. Gue gak bisa lagi bantu nenek, gue pasti hanya akan menambah beban nenek.
Arion benar-benar tidak bisa fokus dengan pelajaran. Kepalanya semakin terasa pusing. Pandangannya semakin kabur. Arion memijat pelipisnya sesaat tapi tak juga berhasil mengusir rasa pusingnya, bahkan tubuhnya kini terasa sangat lemas.
"Rion, lo kenapa? Kalau sakit, lo ke UKS aja," kata Bayu yang melihat wajah Arion semakin memucat.
Ya, sepertinya Arion memang butuh istirahat sejenak di UKS. Dia berdiri dan akan meminta izin tapi baru melangkahkan kakinya, tubuhnya limbung dan dia jatuh ke lantai.
"Rion!"
💞💞💞
Awal mula sakitnya Arion nih. Dimulai dari SMA, jadi sebenarnya sebelum pindah ke sekolah Shena, Arion sudah kelas 12 ya. Jangan pada bingung nanti aku ceritain sampai pindah ke sekolah Shena.
Mau tahu juga kan kalau Arion bucin kayak gimana? Apa bisa mengalahkan Sky?
Jangan lupa jadikan Favorit ya. Tinggalkan komentar di setiap BAB biar othor semangat.. 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
N.s
Hallo semua, mampir di novelku yuk..
Berjudul My hot little wife.
2023-12-09
0
💞Amie🍂🍃
jangan lupa mampir juga dikaryakuHay akak, ya. Terimakasih
2023-11-15
0
Putu Suciptawati
aku baru mampir ceritanya menarik
2023-10-16
0