Bunda Nangis?

Sore itu Sefanya duduk dikamar menghadap keluar jendela melihat burung-burung berterbangan kesana kemari tanpa sibuk memikirkan apa kah mereka akan dapat makanan? apa mereka akan dapat tempat tinggal?. berbeda dengan gadis yang duduk di kursi kayu yang sedari satu jam yang lalu duduk dengan lamunan entah kemana lamunan itu membawah dirinya pergi. Suara pintu yang di bukan oleh tangan mungil itu juga tidak dirasakan nya.

"Bunda " panggilannya pelan

Tidak ada jawaban dari wanita yang kini berusia 24 tahun itu. perlahan kaki kecil itu melangkah dengan berjinjit agar tidak menimbulkan suara dan akan menggangu perempuan yang sering Ia panggil Bunda itu. memeluknya dari belakang membuat perempuan kaget.

"Hei siapa ini ya" ucap nya

Ia buru-buru menghapus air matanya agar tidak terlihat oleh buah hatinya itu.

"Bunda Nangis?" tanya nya polos

"Ngak sayang, bunda hanya kelilipan. keknya debu masuk dalam kelopak mata Bunda de" ucap nya berbohong

"Hei debu pergilah jangan gangu Bunda nya Dewan kalau tidak kamu akan melawanku" gerutu boca berusia lima tahun itu.

"Dewandra !!!!!" suara paru baya itu terdengar oleh mereka berdua

"Aduh gawat, nenek akan menemukan ku" ucap nya

"Bunda tolong sembunyikan Dewan" ucap nya polos

Caroline masuk kedalam kamar putrinya dan melihat putry itu.

"Menangis lagi Nak?" tanya nya

Sefanya memberikan kode agar tidak bicara karena ada Dewandra disana. Ibu nya mengerti dan berpura-pura mencarinya kembali

"Nenek akan mencari Dewan dimana ya? Bunda apa Dewan ada disini?" tanya perempuan paru baya itu sembari menepuk punggung anak perempuan nya mengisyaratkan untuk tetap kuat

"Inggat Dewandra" ucap nya lagi

Caroline mencari Dewandra dan menemukan nya.

"Dorrrr nenek menemukan mu" ucap Ibu Caroline

Ia mengendong cucunya itu.

"Waktunya mandi"

"Dewan gak mau mandi sama nenek, Dewan mau dimandiin Bunda" rengek Dewandra

"Ok baiklah sini mandi sama Bunda" ucap Sefanya Ia mengendong putranya itu masuk kekamar mandi.

"Nenek akan memasak makan malam ya kalian mandi saja dulu.

......................

Jam dinding sudah menunjukan pukul 18:00

Keluarga besar Alexander Davidson telah bersiap pergi makan malam bersama kawan lama Tuan Alexander Davidson yaitu Mahendra Siregar. Jam dan tempat sudah di tentukan oleh keduanya yaitu di Hotel mewah milik Keluarga Lucas yaitu ADHotel.

"Vier sudah beritahu kakak mu bahwa kita akan makan malam bersama diluar?" tanya Tuan Alexander

"Sudah Pah, kata kakak nanti dia akan datang mungkin agak telat katanya" jawab Xavier Davidson

"Tamara !!! coba rapikan dasiku" ucap lelaki paruh baya itu

"Apa kamu tidak bisa melakukanya sendiri?" ucap Tamara Davidson

"Sudah ada kamu, untuk apa aku lakukan sendiri " jawab nya

mereka memang selalu seperti ini tapi Tuan Alexander Davidson sangat mencintai Tamara Davidson. terkadang Xavier ingin memiliki hubungan seperti mereka selepas dari apa ya di nilai buruk oleh orang diluar pada Ibu nya tetap saja Ia mendambakan istri seperti Ibu nya suatu saat nanti yang sangat mencintai Ayah sambungnya itu.

Xavier Davidson memang bukan anak Tamara dan Alexander Davidson tapi Alexander memperlakukan Xavier sama seperti anak kandung nya sendiri.

Mereka semuanya berangkat untuk makan malam bersama. beberapa menit diperjalanan mereka akhirnya tibah di Hotel Mega milik mereka sendiri.

pelayan ada dimana-mana, Ruangan khusus untuk mereka sudah di siapkan oleh karyawan disana. selang beberapa waktu mereka duduk keluarga Mahendra tiba disana.

Kalista begitu sangat cantik malam ini Ia tau akan bertemu Xavier sengaja Ia berdandan canti begitu. Ia berharap Xavier lah yang melihat dirinya lebih dahulu sebelum Lucas dan ternyata benar.

Sebuah mobil mewah berplat khusus masuk kedalam parkiran orang-orang penting disana keluar dari sana seorang lelaki dengan gaga memakai kaca mata hitam dan jas hitam membuat semua tamu disana berpaling menatapnya.

Ia berjalan kedalam ruangan yang telah diberitahu kan padanya. melepas kacamata dan jasnya lalu masuk kedalam.

"Akhirnya kami sudah datang" ucap Sanga Ayah

"Ada pertemuan apa? saya sibuk jika ingin bicara cepatlah" ucap nya ketus

"Lucas ! jaga bicara mu, ini Papa kamu yang bicara" ucap Tamara

"Maaf ya jeng biasa anak muda memang seperti itu. soalnya dia banyak kerjaan dan proyek jadi mungkin capek" ucap Tamara lagi

Makanan sudah dibawah semua mereka sambil makan membicarakan tentang rencana Alexander dan Mahendra.

"Kamu tau kan perusahaan kita itu makin hari makin berkembang dan juga makin hari kami makin tua Papa ingin kamu segeralah menikah dan berikan Papa cucu pewaris kita kedepanya" ucap Alexander

tidak ada jawaban dari Lucas.

"Papa ingin kamu menikah dengan Calista. kalian juga sudah lama kenal jadi tidak salah jika kalian menikah saja biar lebih erat tali persaudaraan kedua keluarga" lanjut Alexander

"Lebih erat persaudaraan atau bisnis kalian lebih lama lagi kerja sama nya?" jawab Lucas

"Saya tekankan sekali saja. saya tidak mau menikah dan saya tidak akan menikah itu saja" lanjut Lucas

"Kenapa kamu tidak mau? bukan kah dulu kamu sangat menginginkan Callista?" tanya Mahendra

"Itu dulu, lima tahun lalu bukan saat ini" jawab Lucas

"Apa bedanya dulu sama sekarang? lagi pula Calista juga sering datang dirumah kalian kan?"

"Sekali lagi saya tidak mau. Dan saya juga sudah punya kekasih jadi tidak usa repot-repot Carikan saya perempuan " tegas Lucas

"Nikahkan saja Calista dengan Xavier, bukan ka dia juga putra mu" ucap Lucas

"Lagi pula saya tidak mau menikah dengan gadis yang saya belum tau dia masih utuh atau sudah di pakai" kata-kata Lucas membuat rahan Xavier mengeras Calista menahan tangisnya. Lucas pergi dari sana tanpa perduli dengan perasaan orang-orang disana.

......................

Tuan Alexander duduk di kursi kebesaran nya sembari memegang kepalanya.

"Anak itu lancang sekali berbicara dihadapan orang tua Calista seperti itu" ucap nya

"Saya kan sudah peringatkan kamu, jangan terlalu keras pada Lucas tapi kamu abaikan peringatan itu sekarang apa? dia menjadi keras bahkan lebih keras dari dirimu" ucap Tamara

"Mungkin ini juga salahku karena keras padanya tapi tidak memberikan kasih sayang ku sebagai ayah padanya. setelah Ibunya tiada dia menjadi keras kepala seperti sekarang ini. ini semua salah ku" ucap Alexander dengan suara gemetar

"Bukan salahmu saja, tapi juga salahku sebagai ibu sambungnya tidak dekat padanya dan tidak memberikan dia kasih sayang seperti yang diberikan ibunya"

mereka memeluk satu sama lain mencoba saling menguatkan. seharus nya masa tua mereka tinggal duduk dirumah sembari bermain dengan cucu apa daya kedua putra mereka belum juga ingin menikah. Xavier sudah berusia 30 tahun yang engan juga menikah.

Lucas. jangan tanya Dia pasti jawabanya sama tidak mau dengar perkataan orang lain.

......................

Ini novel baru ku di like, komen yang membangun +kan ke favorit ya biar bisa lebih gampang dapat update baru novel ku💜💜💜💜

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!