Freya meneguk sampanye dengan sekali tegukan kasar, tangannya mengusap dagunya yang tercecer tetesan sampanye dari gelasnya. Minuman anggur putih itu serasa membakar tenggorokannya. Ini sudah untuk botol yang kesekian, nyatanya rasa panas di tenggorokannya tidak mampu menghilangkan rasa sakit di dadanya. Bahkan kesadarannya yang sudah mulai menghilang tetap dapat merasakan perih hatinya. Wajar saja mengingat betapa dalam luka yang keluarganya berikan. Freya benar-benar berniat untuk menghilangkan kesadarannya agar bisa melupakan rasa sakitnya walau hanya untuk sejenak. Tapi seakan semesta memang ingin menghukumnya, ia tidak kunjung kehilangan kesadarannya sepunuhnya.
Freya yang duduk sendirian tidak ayal membuat beberapa para pria hidung belang mencoba mendekatinya dan bahkan merayunya, dan bahkan ada beberapa diantaranya sudah berlaku kurang ajar, memanfaatkan keadaannya dengan sengaja mencolek tubuhnya. Freya mengabaikannya begitu saja, tidak mengusir atau pun meladeninya, ia hanya menghindar saat para lelaki hidung belang itu mulai bersikap kurang ajar.
Entah apa dan bagaimana akhirnya para pria itu beranjak dari tempatnya, meninggalkannya sendirian. Freya menghela napas panjang, "Ya, selain brengsek, pria juga makhluk paling menjijikkan dengan sikap murahan mereka" gumamnya kembali mengangkat gelasnya, belum sampai gelas itu ke mulutnya, sesorang sudah menahan tangannya. Freya berdecak kesal karena merasa ketenangannya terganggu. Ia menoleh ke samping dan menemukan seorang pria dengan rambut gondrong sedang tersenyum ke arahnya.
Freya menyipitkan matanya, "Kau mengganggu kesenanganku, Tuan"
Pria itu terkekeh, "Aku menyelamatkanmu, Freya"
"Kau mengenalku?" pandangan Freya sudah tidak jelas lagi sehingga ia tidak bisa mengenali Will, pria yang duduk di sampingnya sejak 30 menit yang lalu, Will jugalah yang mengusir para pria hidung belang itu.
Pria itu kembali tergelak, "Sepertinya kau harus berterima kasih padaku" Will mengambil ponselnya.
Cekrek
Ia mengambil foto Freya yang kacau lalu mengirimnya kepada Daniel.
Istri barumu sepertinya sedang patah hati. Bolehkah aku menghiburnya?
Begitulah pesan yang dikirimkan oleh William kepada sahabatnya itu. Tidak butuh waktu lama ponselnya pun berdering. Will menatap Freya sekilas sebelum menjawab panggilan Daniel.
"Suamimu menghubungiku" ujarnya yang diabaikan oleh Freya, karena wanita itu sudah membenamkan wajahnya di atas meja.
"Apa yang kau lakukan padanya? Kenapa ia terlihat begitu kacau?" cecar Daniel begitu Will menjawab panggilannya.
Will tergelak, "Apa kau mulai peduli pada istri mudamu ini?"
"Berhenti mengatakan hal konyol, aku akan segera datang" begitu Daniel memutuskan panggilannya, Will kambali tergelak.
"Aku tidak yakin kau mampu bertahan, dude" gumamnya seraya menyingkirkan rambut Freya yang menutupi wajahnya. "Dan kau Nona, apa yang terjadi padamu?"
"Mereka menyakitiku"
Will mengerutkan dahinya mendengar jawaban Freya yang terdengar seperti gumaman itu.
"Seberapa sakit sehingga kau terlihat kacau begini?"
Freya tiba-tiba menegakkan tubuhnya, menatap Will dengan wajah mabuknya yang terlihat sangat menggemaskan di mata Will. "Apa kau selalu menghabiskan waktumu untuk mengurusi hidup orang lain. Enyahlah kau. Kau terlalu berisik!"
"Sepertinya sangat sakit" gumam Will menatap lekat manik yang terlihat rapuh itu.
Tiba-tiba Freya mengangguk, air matanya kembali berlinang.
"Sangat sakit, sehingga aku lebih memlilih mati saja, tidak bukan mati tepatnya aku menginginkan kematian mereka"
Will menghela napas panjang, tangannya terulur mengusap lengan Freya sebagai bentuk dukungannya. Will datang ke klub tersebut untuk menghadiri undangan temannya. Tapi begitu masuk, matanya langsung menangkap sosok Freya yang terlihat sangat kacau, dan tidak memedulikan para pria yang berusah mendekatinya. Will menanyakan sejak kapan Freya ada di sana kepada sang bartender, dan hasilnya mengejutkan. Ini sudah hampir jam 21.00 dan Freya duduk di sana sejak jam 15.00. Entah sudah berapa banyak pria hidung belang yang menggodanya.
"Haruskah aku menghiburmu?" tawar Will konyol. Ayolah, ia bukanlah pria perhatian yang penuh empati tinggi, tapi melihat kerapuhan wanita itu, entah kenapa ia merasa tidak nyaman. Jangan berfikir Will menyukainya, karena Freya bukanlah tipenya. Ia lebih menyukai wanita kalem yang penurut. Bukan wanita keras kepala yang suka membangkang seperti Freya.
"Siapa kau? kenapa dari tadi kau bersikap seakan mengenalku" Freya menajamkan penglihatannya. "Oh..sepertinya aku mengenalimu" Freye menangkup wajah Will, dan mendekatkan wajahnya.
Will terbelalak seketika, jarak mereka sangat tipis, "Hei, kendalikan dirimu" pinta Will dengan sedikit tegang, ia takut Freya lepas kendali dan menyerang dirinya. Ayolah, bukannya ia besar kepala tapi orang mabuk bisa malakukan hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Selain ia tidak yakin bisa mengendalikan dirinya jika Freya menyerangnya, hal yang paling ia takutkan adalah kehadiran suami dari wanita itu yang pasti akan menghajarnya. Sekalipun Daniel mengatakan ia tidak akan menyukai Freya, tetap saja Freya adalah istrinya dan Daniel adalah tipe orang yang tidak menyukai jika miliknya di usik. Terlewat dari perasaannya saat ini ada atau tidak, tapi yang pasti Freya adalah miliknya. Istrinya yang sah juga. Dan Will sudah hafal betul tabiat sahabatnya itu.
"Apa yang kau lakukan, Brengsek!"
Poor Will. Apa yang ditakutkannya benar adanya. Daniel dengan sekali hentakan menarik baju Will, hingga terjungkal ke belakang, dan genggaman tangan Freya terlepas dari wajah Will.
"Oh, suamiku juga di sini"
"Ciih, Wanita itu bahkan langsung mengenalimu, ia tidak mengenaliku sama sekali saat aku menemaninya hampir 1 jam lamanya,"
"Dia tidak mengenalimu tapi kau berniat melecehkannya!" Daniel kembali mendorong tubuh Will agar menjauh dari Freya dan ia pun duduk di antara keduanya.
"Aku tidak sebrengsek itu" Will membela diri sambil terkekeh. "Ya, walau aku tidak bisa menjamin bisa mengendalikan diri jika istrimu menggodaku" lanjutnya lagi dengan santainya.
"Wuah, kalian terlihat sangat manis sekali" Daniel mengurungkan niatnya untuk membalas ucapan Will, dan menoleh ke arah Freya.
"Benar-benar kacau" gumamnya begitu melihat wajah sembab itu, Daniel bahkan mengibaskan tangannya mengusir bau alkhol yang menyengat dari mulut Freya. "Melihat kondisimu sepertinya kau sudah mengetahui akal busuk kekasihmu itu" kembali ia bergumam.
"Sepertinya begitu" Will menimpali. "Dia menyebut semua pria brengsek, dan mengatakan kaum kita makhluk yang murahan" lanjut Will mengulang apa yang diucapkan oleh Freya tadi. "Ya, ucapannya itu memang benar adanya, karena pada kenyataannya suaminya juga adalah pria brengsek" sindir Will dengan gayanya yang santai.
"Apa kau ingin merasakan bogemanku?"
Tiba-tiba Freya menangis dan meraung membuat kedua pria itu menoleh ke arahnya. Bahkan Will beranjak dari tempatnya untuk duduk di dekat wanita itu mengabaikan tatapan tajam Daniel.
"Aku tahu aku berdosa, dan Tuhan akan marah padaku, tapi semoga hubungan kalian baik-baik saja."
"Dia mulai meracau" gumam Daniel, sementara Will hanya mengernyit bingung.
"Semoga tidak ada pengkhianatan diantara kalian. Dikhianati itu sangat sakit" isaknya lagi seraya mengusap kasar air mata dan air hidungnya dengan kasar.
"Kira-kira kenapa kekasihnya mengkhianatinya?" Will menatap Daniel, serius ingin tahu. Daniel hanya mengabaikannya, ia hanya menatap Freya dengan wajah datar.
"Oo sepertinya aku harus meralat ucapanku, melihat kalian berdua sepertinya semua pria tidaklah brengsek" Freya menatap Danie dan Will bergantian. "Kau" tunjuknya kepada Daniel, "Dan kau juga" ia melakukan hal yang sama pada Will. "Tidak mungkin bagi kalian menyakiti wanita, bukan?"
Daniel hanya bungkam, sementara Will menatap Daniel dengan tatapan mengejek.
"Karena kalian pasti korban dari para wanita murahan sehingga kalian memilih jalan yang salah bukan? Kalian memutuskan untuk menyukai sesama jenis, haruskah aku juga mengikuti jejak kalian?"
Will seketika tersedak mendengar penuturan Freya? Ia merasa ada yang salah dengan pendengarannya.
"Tapi percayalah, Gay menurutku tidak menjadi solusi. Apa enaknya pisang beradu pisang. Apa kalian tidak bosan melihat benda yang sama? Perkutut bertemu perkutut akan saling mematuk." racau Freya membuat Will makin melebarkan matanya.
"Daniel, katakan bahwa apa yang kufikirkan salah" Will menatap Daniel dengan tatapan horor.
"Ya, wanita ini menganggap kita pasangan"
"WTF" pekik Will tidak percaya. Oh, itu sangat menggelikan, mendengarnya saja membuat Will bergidik ngeri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Bunda Natan
antara menangis dan tertawa
2024-06-06
0
Lisa Liu
😄😄😄😄😄
2022-08-18
0
Ummi Ime 🙈
Will bantu Freya..karena suaminya sama aja
2022-07-05
1