Orang terdekatmu adalah orang yang mempunyai potensi paling besar untuk melukai. Ternyata kata-kata itu benar adanya dirasakan oleh Freya saat ini. Sean, orang pertama yang memberikan bahunya untuk Freya di saat ia rapuh dan tidak mempunyai pegangan untuk hidup. Sean, yang selalu mengusap air matanya disaat ia mengadu, mengeluhkan ketimpangan sikap ayahnya. Sean, yang selalu menjadi penguatnya untuk tetap sabar dan kuat, dan Sean jugalah yang mengajarkannya untuk hidup selalu berbahagia dan tersenyum, memintanya untuk mengabaikan orang yang tidak peduli padanya. Lalu apa sekarang? ternyata Sean bukan hanya sebagai penopang baginya, melainkan juga menjadi orang yang mampu meruntuhkan pertahanannya dalam sekejap mata.
Hari ini ia seakan dihadapkan pada kenyataan bahwa semua pria itu brengsek. Tidak hanya Ayahnya, tapi juga Sean, yang sudah menjadi kekasihnya selama 3 tahun terakhir. Seakan kejadian pahit ibunya terulang kembali, Freya mengalami hal yang sama, dan kapan sesungguhnya Sean dan Anna bermain di belakangnya dan bagaimana bisa ia tidak mencium bau kecurangan dari kedua manusia hina itu. Apakah ia yang terlalu bodoh atau keduanya yang memang terlalu pintar dan picik menyembunyikan semuanya.
"Frey" Sean segera menyingkir dari tubuh Anna dan memasang asal boxernya. Ia segera melangkah mendekati Freya. Freya menggeleng seraya merentangkan sebelah tangannya ke depan meminta agar Sean tetap di tempatnya.
"Frey" erang Sean dengan wajah memelas.
"Sejak kapan kau dan dia_" suara Freya bergetar hebat, sungguh ia sangat takut untuk mendengar kenyataannya, tapi ia juga penasaran sejak kapan tepatnya ia dijadikan seperti badut bodoh.
"Freya aku mohon"
"Ayolah Sean, kau tinggal menjawab bahwa kita sudah berhubungan sejak lama. Kenyataannya dia sudah mengetahuinya dan kita tidak perlu menutupinya lagi." Anna menimpali dengan wajah liciknya, tidak ada penyesalan yang tersirat di wajahnya sama sekali.
"Sejak kapan?" Freya mengabaikan perkataan Anna.
"2 tahun"
Sean memejamkan matanya, begitu mendengar jawaban Anna. Ya, kenyataannya Sean dan Anna sudah bermain di belakangnya selama itu. Bagaimana bisa Freya tidak mengetahuinya. Sean, terlihat seperti kekasih yang sangat baik hati dan peduli terhadapnya, pria itu selalu ada disaat ia butuhkan.
"Kau melihat betapa hancurnya aku saat kehilangan ibuku atas sebuah pengkhianatan. Kau yang selalu menjadi penyemangatku disaat aku lebih memilih untuk mati menyusul ibuku, tapi kenapa kau melakukan hal yang sama? Kau mengkhianatiku dengan putri dari wanita yang mengkhianati ibuku. Lalu sekarang aku harus bagaimana, Sean?" lirihnya dengan suara pilu, dan tatapan matanya benar-benar nanar penuh luka. "Kemana lagi aku harus berlari dan mengadu?"
Sean bungkam seribu bahasa, tidak tahu harus menjawab apa. Bungkamnya Sean membuat Freya tersenyum getir, ia segera berbalik, matanya sudah kabur oleh air mata.
Freya merasakan dadanya sesak, hatinya seakan ditusuk oleh ribuan jarum. Pedih tapi tak berdarah. Satu-satunya orang yang membuatnya percaya bahwa cinta itu ada, ternyata tidak ada bedanya dengan Ayah brengseknya.
"Ada apa denganmu?" Freya mendongak dan melihat Ayahnya dan juga istrinya sudah berdiri di depannya.
"Ayah apakah aku memang terlihat seperti benalu?" Freya menatap rapuh Ayahnya. Ia tidak tahu harus menumpahkan kepedihan yang dirasakannya itu kemana.
"Apa maksudmu?" Ayahnya mendekat dan memegang kedua pundaknya. "Kenapa kau menangis? Apa suamimu menyakitimu?" tanyanya dengan nada khawatir. Melihat kerapuhan putrinya, jiwa keAyahannya secara naluri timbul begitu saja.
"Ayah, putri dari istrimu yang menyakiti ibuku juga melakukan hal yang sama. Sean dan putrinya mengkhianatiku, Ayah. Anna dan Sean, memiliki hubungan di belakangku"
Freya melihat Ayahnya memejamkan matanya, Freya tertawa getir. Ia segera menghempaskan tangan Ayahnya dari pundaknya. Luka yang masih menganga itu semakin perih dan nyata. "Kau bahkan sudah mengetahuinya" lirih Freya.
"Kenapa kalian semua tega padaku?!" ibanya tak berdaya.
"Freya dengarkan, Ayah"
Freya menggeleng lemah, "Apa lagi yang ingin kau jelaskan Tuan Poulsen yang terhormat. Hari ini kau menunjukkan bahwa aku memang tidak cukup berharga di matamu" Rasa sesak itu semakin menjadi hingga hanya sekedar untuk menarik napas saja, Freya tidak bertenaga. Apa kesalahannya sehingga ia harus dikelilingi oleh manusia bermuka dua. "Jadi kau menjualku hanya karena untuk kebahagiaan putri dari jalangmu itu"
"Perhatikan ucapanmu, Freya!" Sentak Nichola, ibunya Anna padanya dengan tatapan bengis.
"Jangan menyebut namaku dengan mulut kotormu" pungkasnya lemah dengan tatapan kosong yang terarah pada ibunya Anna. Sesaat kemudian ia kembali menatap wajah Ayahnya, "Aku meragu bahwa kau adalah seorang manusia, Ayah. Seakan mengkhianati ibuku tidak cukup bagimu, kau bahkan dengan teganya mengkhianati putrimu" Banjir air mata sudah memenuhi wajahnya. "Jadi kebahagiaannya lebih penting dari kebahagiaanku, kau mendorongku keluar hanya agar putri sialanmu itu bisa berbahagia"
"Huh" Nichola mendengus sinis. "Siapa yang mengkhianati siapa?"
"Nichola" Ayahnya memberi peringatan.
Anna dan Sean sudah berkumpul dengan mereka, ia bahkan tidak sadar kapan kedua manusia itu bergabung dengan mereka. Sungguh Freya merasa sangat kecil sekarang. Ia menatap wajah-wajah itu satu persatu. Wajah-wajah orang yang pasti menertawakan kebodohannya karena berhasil dikelabui selama 2 tahun.
"Apakah masih ada rahasia yang tidak kuketahui" kekehnya dengan wajah menyedihkan.
"Ya, aku sudah muak denganmu yang menyebutku sebagai jala*ng dan perusak kebahagiaan orang tuamu dan kini kau menyebut putriku dengan hal yang sama"
"Lalu haruskah aku menyebutmu malaikat pencabut nyawa yang sudah mengirimkan kematian ibuku?"
"Lancang sekali kau, Freya" murka Nichola.
"Nichola, hentikan!!" Ayahnya menatap Nichola dengan penuh peringatan. Menyampaikan ancaman melalui sorot mata tajamnnya.
"Selama ini aku sudah tinggal diam, seperti yang kau minta, tapi apa yang dilakukan anak tidak tahu diri itu, ia menganggapku seperti sampah dan sekarang ia bahkan dengan lancangnya menuduh putriku mengkhianatinya"
"Tapi kenyataannya itulah yang terjadi Nichola, Anna dan Sean mengkhianatinya" tutur Ayahnya, terlihat ia sangat frustasi dan menyesal. Tapi hal itu tidak lantas membuat Freya terenyuh. Hanya karena satu pembelaan tersebut tidak akan membuat Ayahnya berubah jadi malaikat pelindung di matanya.
"Itu adalah karma yang harus diterimanya" sengit Nichola. "Karma atas pengkhianatan ibunya"
"Nichola, hentikan!"
Freya tergelak dengan uraian air mata di wajahnya, "Kau dan Ayahku yang mengkhianati ibuku, lalu kenapa kami harus menanggung karma atas perbuatan busuk kalian?"
Nichola tertawa seketika, "Itu hanya menurutmu, sayang. Sesungguhnya ibumu yang licik itulah yang merusak hubunganku dengan Ayahmu, dengan menjebak Ayahmu hingga akhirnya kau ada. Ibumu tidak ada bedanya dengan wanita murahan. Dengan cara curang ia merebut Ayahmu dariku"
Kenyataan apa lagi ini Tuhan, rintih Freya, Ia menatap Ayhanya yang kembali memejamkan matanya, tubuhnya seketika meluruh ke lantai. Pernyataan Nichola yang tidak mendapat bantahan dari Ayahnya itu membuatnya sadar bahwa kehadirannya ke dunia ini adalah karena kesalahan, itu artinya ia memang tidak ubahnya dengan benalu. Freya menepuk dadanya yang sesak.
"Frey" erang Sean, menatap iba pada Freya yang terlihat rapuh tidak berdaya.
"Apa kau juga mengetahui ini?"
Sean bungkam dan kembali Freya menganggapnya sebagai jawaban. "Jadi ini alasanya Ayah, aku tidak berharga di matamu karena kehadiranku adalah sebuah kesalahan?"
"Tidak Freya. Tidak seperti itu" Ayahnya berjongkok dan berniat untuk memeluknya tapi dengan tegas Freya menolaknya.
Ia menggelengkan kepalanya,
"Jangan bertindak seakan kau peduli padaku," tatapan nanar itu beralih ke arah Sean. Ia tersenyum getir, "Kau juga membuktikan bahwa aku tidak layak untuk dicintai Sean, dan itu benar-benar melukaiku" isaknya seraya menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya. Tubuh itu bergetar hebat, menandakan betapa hancur dan rapuhnya wanita itu. Memangnya apa lagi yang lebih menyakitkan mengetahui kau dikhianati oleh orang terdekatmu, bukan sekali tapi berulang kali.
Kenapa Kau mengirimku ke dunia ini, jika aku harus menghadapi kenyataan pahit ini sendirian, Tuhan. Aku mohon berbaik hatilah padaku, Tuhan. Jika Kau masih enggan untuk mencabut nyawaku, setidaknya kirim malaikatmu untuk menopangku, sesungguhnya aku sudah tidak kuat dan sanggup lagi menanggung kenyataan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Dara
Author paling ahli bikin nyesek ini😭😭😭
2023-05-04
0
🍃⃝⃟𝟰🫦•𓆩𝐃𝐄𝐒𝐒𓆪♐𝐀⃝🥀
jahat 🥺🥺😭😭
2022-10-28
0
iin
Nyesek bgt jd Freya.
2022-07-05
0