Daniel keluar dari kamar mandi dengan hanya melilitkan handuk di pinggulnya dan sebuah handuk kecil di lehernya. Freya yang sudah berpakaian santai bersiul menatap kagum ke tubuh pria di hadapannya itu. Tubuh berotot penuh dengan roti sobek, sungguh Freya tidak bisa memalingkan tatapannya dari Daniel. Tatapan kagum penuh pesona ia layangkan secara terang-terangan membuat si empunya tubuh merasa risih. Bahkan Freya terlihat hampir mengeluarkan air liurnya.
"Jaga pandanganmu, Nona"
"Aku tidak menyangka kau sangat menjaga tubuhnya. Pasti kau sangat rajin berolah raga" Freya mengalihkan tatapannya dari tubuh Daniel ke wajah pria itu, dan apa itu? Freya menyipitkan matanya, manajamkan matanya tatkala mata nakalnya menangkap sesuatu yang aneh di leher pria itu. "Wow, sepertinya semalam kau dan kekasihmu menghabiskan malam yang panjang penuh gairah, melihat betapa banyak bekas gigitan vampir di lehermu" Freya menatapnya dengan tatapan menggoda.
"Jadi kau sudah membeli ponsel baru?" Daniel berjalan melewati Freya mengabaikan perkataan Freya yang sedang menggodanya.
"Ya, dan aku akan mengganti uangmu" jawab Freya manaikkan nada suaranya karena Daniel sudah masuk ke dalam walk in closet. Freya tidak mendapat jawaban dari Daniel, mungkin pria itu sedang sibuk memilih pakaiannya.
Tidak berapa lama pintu itu kembali terbuka.
"Kau sudah mendapat pekerjaan?" Daniel menatap Freya dengan datar seraya melipat kerah kemejanya.
Freya menggeleng cepat, lalu mengeluarkan dua kartu dari dalam dompetnya. "Ini kartu milikmu" Freya mengembalikannya pada Daniel. Daniel hanya mengangguk, melirik sekilas ke kartu yang ada di tangan Freya. "Dan ini milik kekasihku" Freya mendekapnya dalam dadanya sepenuh hati. "Dan ini jumlah uang yang kupakai" Freya kembali mengeluarkan sejumlah uang dari tasnya. "Aku tidak tahu nomer rekeningmu, jadi aku memutuskannya untuk mengembalikannya secara tunai" Freya menyodorkannya kembali. Daniel menatapnya dengan datar, lalu melewatinya begitu saja.
"Pantang bagiku menerima kembali barang yang sudah kuberikan"
"Ini uang kekasihku, dan aku menggunakannya untuk membayar uangmu yang sudah kupakai. Aku tidak suka berhutang" tegas Freya.
"Tidak baik mengambil kembali apa yang sudah disedekahkan"
"Sedekah?" ulang Freya. "Kau menganggapku pengemis?" sentakknya dengan suara tidak terima.
"Tidak"
"Ayo turun, Nenek dan Liora mungkin sudah menunggu lama" Daniel menutup perdebatan mereka. Entah kenapa setiap mereka bersama hawanya selalu ingin ribut dan ribut. Ia segera membuka pintu kamar mereka dan mempersilakan Freya keluar terlebih dahulu. Freya mencibik begitu ia melewati Daniel.
"Selamat pagi Nenek" sapa Freya begitu mereka sampai di ruang makan.
Nenek Daniel hanya menganggukkan kepalanya. Daniel dan Freya pun duduk berdampingan.
"Selamat pagi kakak" sapa Liora pada Daniel.
"Bagaimana kuliahmu?" Daniel melirik adiknya sekilas lalu meneguk kopi yang sudah disiapkan pelayan di hadapannya.
"Lancar jaya"
"Kakak tidak mau tahu, tahun ini kau harus sudah menyelesaikan kuliahmu, dan berhentilah bersenang-senang dengan pria brandalan itu" Daniel menatap Liora saat ia memberi peringatan.
Ternyata seorang gay bisa tegas juga, atau jangan-jangan ia juga menyukai Erick.
Freya terkikik sendiri memikirkan cinta segitiga antara dua bersaudara itu.
"Kau menertawakanku?" desis Liora menatap sinis ke arah Freya.
"Apa kau sebegitu lucunya sehingga aku harus tertawa?" Freya menjawabnya dengan pertanyaan dan wajah yang dibuat polos tanpa dosa.
"Haiiss" Liora merengut kesal sambil mengunyah kasar sarapannya.
"Lalu kenapa kau tertawa?" Daniel menoleh ke arahnya.
"Apa di rumah ini ada aturan yang tidak memperbolehkan untuk tertawa?" kembali Freya menjawabnya dengan pertanyaan.
"Aku hanya ingin memastikan kewarasanmu" Daniel memalingkan wajahnya dan kembali menyesap kopinya. Freya mendelik, dan melihat Liora tersenyum kesenangan merasa menang seakan Daniel sedang membelanya.
"Apakah kau tidak pernah mendengar pepatah lama, awali harimu dengan senyuman" Freya masih berusaha mencari kemenangan. Tidak terima kedua bersaudara itu seakan sengaja untuk menyudutkannya.
"Itu bukan pepatah, dan yang kau lakukan tadi juga bukan tersenyum. Kau terkikik"
"Kapan kalian akan bermulan madu?"
Freya tersedak mendengar pertanyaan yang menghentikannya untuk menyerang Daniel kembali. Ia segera menoleh ke arah sumber suara yang tidak lain adalah tetua rumah ini. Nenek Daniel.
"Kami tidak perlu berbulan madu, Nenek" dengan wajah tenang Daniel menimpali. "Bukan begitu?" Daniel menatapnya sekilas.
"Jika tidak berbulan madu kapan kalian akan memberikanku cicit. Kau terlalu sibuk dengan pekerjaanmu dan juga membagi waktumu dengan_" Nenek tua itu segera menghentikan ucapannya begitu melihat Daniel dan Liora menatapnya penuh peringatan.
"Untuk memproduksi bayi tidak perlu bulan madu, Nenek. Kami hanya butuh ranjang untuk itu" jawabnya lempeng seraya berdiri dari kursinya. "Aku sudah selesai dan aku akan berangkat bekerja" Daniel segera berlalu tanpa menunggu jawaban dari mereka.
🐰🐰
Freya menatap bangunan kokoh di hadapannya dengan tatapan kosong. Bangunan yang masih sama seperti dalam ingatannya. Rumahnya. Rumah yang begitu banyak memberikan kenangan indah bersama ibunya dulu, tapi kini rumah itu juga memberikan kenangan buruk padanya. Rumah itu tidak lagi menjadi rumah baginya. Freya menghela napasnya sebelum akhirnya melangkah masuk ke dalam rumah keluarga Poulsen. Ia perlu mengambil barang-barangnya, termasuk pakaiannya. Daniel memang menyiapkan pakaian untuknya tapi pakaian yang disediakan Daniel kebanyakan dress dan gaun, dan percayalah itu bukan gayanya. Dirinya lebih suka mengenakan pakaian casual, jeans dan kaos.
Freya membuka pintu rumahnya, dan ia sedikit bernapas lega begitu melihat keadaan rumahnya kosong, setidaknya ia tidak perlu berbasa-basi pada penghuni rumah tersebut. Freya langsung menaiki tangga menuju kamarnya. Begitu sampai di depan pintu kamarnya, Freya mengurungkan niatnya untuk membuka kamarnya karena mendengar suara aneh dari kamar Anna seperti ringkikan jangkrik terjepit, kamar yang tepat bersebelahan dengan kamarnya. Dan hanya ada kamar mereka berdua di lantai tersebut sedangkan kamar Ayah dan ibu tirinya berada di lantai bawah.
Freya berjalan mendekat, dan suara-suara aneh itu semakin terdengar jelas, desahan dan erangan saling menyahut membuat Freya bergidik jijik.
"Dasar wanita menjijikkan" umpatnya seraya melangkah meninggalkan kamar tersebut. Ia tidak ingin membuang-buang waktunya mengurusi urusan ranjang saudaranya itu.
"Oh Sean..lebih cepat lagi, honey"
Freya menghentikan langkahnya, mengerutkan dahi begitu mendengar nama seseorang dengan samar, ia berbalik kembali untuk memastikan pendengarnya, mendekatkan telinganya ke daun pintu. Jantungnya sudah berdegup tidak beraturan memikirkan hal yang mungkin terjadi.
Tidak.Tidak.Tidak. Itu tidak mungkin, Freya meyakinkan dirinya, berharap kalau pendengarannya salah.
"Oh Sean"
"Anna"
Kedua manusia laknat itu saling meneriakkan nama masing-masing ketika melepaskan hasrat mereka, membuat tubuh Freya yang berada di balik pintu membeku seketika. Nama dan suara itu, sangat ia hafal dengan jelas. Pria yang selama ini ia agungkan dan banggakan.
Mungkin itu Sean yang lain. Freya masih menolak untuk mempercayainya. Tapi bagaimana dengan suara itu? kembali hatinya berperang.
Dengan tangan bergetar, Freya memberanikan diri untuk mendorong pintu di hadapannya, dan seakan semesta sedang ingin menertawakannya pintu itu tidak terkunci sama sekali.
Pria yang ia harap akan menjadi suaminya kelak, pria yang selalu ia sebut namanya dalam doanya, dan pria yang selama ini ia kira sangat menyayanginya dan paling mengerti dirinya, dan pria yang menjadi tempatnya bergantung itu kini ia lihat sedang berada dia atas tubuh orang yang paling ia benci di dunia ini, orang yang sudah merebut kebahagiaannya dan menghantar kematian ibunya. Dua orang tersebut berada di atas ranjang dalam keadaan polos, bahkan keduanya tidak menyadari kehadirannya akibat mereka masih dipenuhi hasrat setan yang memabukkan.
"Kenapa kalian tega melakukannya" lirihnya dengan suara pilu tapi mampu membuat keduanya terhenyak dan langsung duduk dari posisi mereka. Sean tertegun melihat keberadaan Freya, sedangkan Anna terlihat tersenyum iblis tidak ada penyesalan terlihat di wajahnya sama sekali.
"Kenapa Sean?" lirihnya lagi dan bulir bening itu pun jatuh membasahi pipinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
🍃⃝⃟𝟰🫦•𓆩𝐃𝐄𝐒𝐒𓆪♐𝐀⃝🥀
1 sudah done
oke selanjutnya nya
2022-10-28
0
Ummi Ime 🙈
Tragis amat ya🥺
2022-07-05
1
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
menyesakkan dada...tapi itulah kasih sayang othor padamu,agar kamu tahu siapa Sean sebenarnya🤗🤗
2022-06-15
1