Dengan wajah merengut kesal, Freya keluar dari ruangan Daniel, mengutuk pria itu di dalam hatinya.
"Menyebalkan!" rungutnya seraya menunggu pintu lift terbuka dengan tidak sabar. "Haiss ada apa dengan wajah dingin tadi"
Ting
Pintu lift terbuka, Freya tidak segera masuk karena ada seorang wanita yang menundukkan kepalanya untuk keluar dari dalam lift tersebut. Berhubung suasa hati Freya sedang tidak bagus, ia tidak memedulikan wanita tersebut, dan tidak menyadari bahwa wanita itu menyembunyikan wajahnya begitu melihat dirinya.
Wanita itu adalah Clara. Ia segera mengangkat kepalanya begitu pintu lift sudah tertutup kembali. Clara melanjutkan langkahnya dan segera masuk ke dalam ruangan suaminya.
"Aku melihat istri mudamu keluar dengan wajah ditekuk, dan mendapati wajahmu ternyata tidak kalah buruk" Clara tersenyum melihat wajah kesal suaminya, wajah kesal yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. "Ada apa dengan pernikahan yang baru berumur 2 hari ini?" gelaknya.
"Oh thanks God. Kau datang di waktu yang tepat sayang. Aku butuh vitaminku" Daniel segera melangkah cepat ke arah Clara, memeluknya dengan erat lalu mencumbu bibir menggoda milik istrinya itu.
"Aku harap kalian tidak melupakan keberadaanku dan lepas kendali mempertontonkan adegan live di hadapanku" celetukan Will membut keduanya melepaskan pagutan bibir masing-masing.
"Selamat ulang tahun, sayang" Daniel memberikan satu kecupan hangat dan dalam di kening istrinya.
"Terima kasih" Clara berjinjit seraya memberikan kecupan di pipi Daniel.
"Hadiahmu menunggu di bawah" Daniel memberikan kunci mobil yang menjadi perseteruannya tadi bersama Freya. Will sekarang mengerti kenapa tadi pria itu marah terhadap Freya. Ya, memangnya apa lagi yang bisa membuat pria itu marah selain ada hubungannya dengan istri tercintanya itu.
"Terima kasih, sayang. Tapi percayalah hadiah yang kuinginkan hanyalah ingin selalu di dekatmu menghabiskan waktu bersama tiap detik, menit, dan selamanya"
"Apa kau mulai menyesali keputusan konyolmu ini?" kekeh Daniel seraya mengusap rambut istrinya. "Ini baru dua hari"
"Ya, sepertinya aku harus lebih bersabar, dan kau cepatlah buat wanita itu hamil. Ingat Daniel, 1 tahun adalah waktu yang kita sepakati"
Will menghela napasnya dalam mendengar perbincangan suami istri tersebut. Ia adalah sahabat kedua orang tersebut. Ia tahu apa yang menjadi alasan Daniel memilih untuk menikah lagi. "Well, sepertinya aku harus menarik ucapanku yang mengatakan kau pria beruntung, Dude" Will menepuk bahu Daniel. "Hidupmu terlihat sangat pelik dengan mempunyai istri dua. Baiklah sebagai sahabat yang baik, aku hanya ingin memberi nasehat. Terkadang permainan yang kita ciptakan bisa berubah haluan berbalik mempermainkan kita." Will menatap Daniel dan Clara bergantian. "Kita tidak ada yang tahu permainan takdir" Will menggidikkan bahunya.
"Kau terlihat sedang menyumpahi kami Will" rajuk Clara.
"Kau dan Daniel sudah menikah selama 4 tahun, dan selama 4 tahun itu tidak ada yang mengetahui bahwa kau adalah istrinya seorang Daniel Rodriquez, kalian menyembunyikan pernikahan kalian dengan alasan yang tidak kumengerti dan sekarang Daniel menikah dengan Freya yang dihadiri oleh para tamu undangan_"
"Tamu undangan itu hanyalah sekelompok orang yang sudah kututup mulutnya untuk tidak berkoar" Daniel menyela ucapan Will.
Will tergelak, "Kau selalu bertidak cepat" pungkasnya tidak tahu memuji atau mengejek, dan Daniel hanya menanggapinya dengan menggidikkan bahunya. "Dari awal aku tidak setuju dengan apa yang kalian rencanakan ini, tapi sebagai sahabat aku hanya bisa mendoakan yang terbaik buat kalian, walau aku meragu doaku akan terkabul. Tapi jika Freya mengetahui hal ini, apa menurut kalian dia akan tinggal diam?"
"Siapa yang peduli dengannya?!" desis Clara mulai jengah dengan perkataan panjang lebar William. Permainan takdir yang diucapkan Will sedikit mengusik ketenangannya. Jika bukan karena tuntutan Nenek tua yang menjadi tetua di rumah Daniel, ia juga tidak akan sudi membiarkan suaminya menikah dengan wanita lain. Memangnya wanita mana yang mau berbagi suami.
"Berhentilah menjadi penasehat dadakan, Dude. Ini adalah hari bahagia istriku. Jangan merusaknya" Daniel memberi peringatan kepada Will, ia sangat tidak menyukai jika ketenangan Clara terusik. Baginya kebahagiaan Clara adalah prioritasnya.
"Baiklah, sebaiknya aku pergi" Will mengehela napasnya. "Selamat ulang tahun" ia menggenggam tangan Clara, "Semoga kau bahagia" ucapnya tulus. Clara yang sudah kehilangan moodnya hanya menatap Will dengan datar.
Di tempat yang berbeda, Freya terlihat berdiri di depan sebuah apartemen milik kekasihnya Sean. Sudah untuk yang kelima kalinya ia menekan bel di hadapannya, tapi sepertinya tidak ada tanda-tanda seseorang ingin membukakan pintu. Freya menghela napasnya, ia segera berbalik dan memutuskan akan kembali besok. Langkah Freya terhenti begitu mendengar suara pintu terbuka dan memperlihatkan wajah kekasih yang sangat dirindukannya itu. Freya tersenyum lebar seraya menghambur ke dalam pelukan Sean.
"Aku merindukanmu" rengeknya manja. Tangan Sean terangkat mengusap punggung dan rambut Freya dengan lembut.
"Kemana saja kau?" Freya mendongak, menatap Sean dengan wajah memelas dengan bibir yang dimanyunkan.
Sean terkekeh seraya memberikan cubitan di bibir Freya yang terlihat sangat menggemaskan itu. "Kau baru selesai mandi?" tanya Freya begitu menyadari Sean masih mengenakan jubah handuknya.
"Bagaimana kabarmu?" Sean menuntun Freya agar duduk di sofa. Sean menggenggam tangan Freya dengan lembut seraya mengusap punggung tangan wanita itu.
"Sangat buruk" rengeknya manja. "Apa kau tidak mendengar berita tentangku?" tanyanya penuh hati-hati.
"Aku tahu"
"Maafkan aku" lirihnya dengan tatapan penuh sesal. Sungguh ia merasa bersalah terhadap Sean, ia seperti seorang pengkhianat yang tega menyakiti Sean yang selama ini selalu berada di sampingnya dalam kondisi apa pun. Pria yang selalu mencintainya dengan tulus, satu-satunya orang yang peduli terhadapnya, dan mengerti perasaannya. Sean adalah tempatnya untuk mengadu dan mengeluhkan kesahnya terhadap ketidak adilan Ayahnya terhdapnya. Sean adalah sahabat dan juga kekasih terbaik baginya. Begitulah Sean di mata Freya.
"Ssttt" Sean meletakkan jari telunjukknya di bibir Freya. "Bukan salahmu"
Freya terharu atas perkataan singkat yang diucapakan oleh Sean. Sean-nya memang yang terbaik.
"Tetap saja aku merasa seperti pengkhianat" sesalnya. "Tapi kau tenang saja, pria itu berjanji akan segera menceraikanku, sampai hari itu tiba, bisakah kau menungguku" pinta Freya dengan tatapan memohon. Sean tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. Freya bernapas lega begitu melihat senyum prianya itu. "Terima kasih, aku mencintaimu, Sean" Freya kembali menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan Sean.
"Aku juga" Sean memberikan kecupan di kepala Freya.
"Tapi kemana kau beberapa hari yang lalu? Aku tidak bisa menghubungi ponselmu?"
"Aku sibuk mencari investor, kau tahu keadaan perusahaanku_?"
"Bagaimana kondisi perusahaanmu sekarang?" tanya Freya dengan sedikit cemas, ia mengetahui perusahaan kekasihnya itu sedang terkena musibah. Banyak para investor yang menarik saham mereka secara bersamaan sehingga mengakibatkan kegoncangan terhadap kelangsungan perusahaannya. Ia masih mengingat jelas betapa kacaunya wajah kekasihnya saat itu.
"Berkat dirimu semuanya baik-baik saja"
"Hah?"
"Berkat doa dan dukungnmu selama ini, perushaanku baik-baik saja"
Freya tersenyum lega. Ia tahu bagaimana Sean merintis usahanya dari bawah hingga akhirnya menjadi seperti sekarang ini.
"Frey, aku senang kau datang menemuiku, tapi hari ini aku harus pergi ke kantor karena ada rapat penting yang harus kutemui"
Freya mengangguk faham, "Baiklah, perusahaanmu baru saja melalui masa sulit, sebaiknya kau segera pergi, hubungi aku jika kau sudah tidak sibuk"
"Aku menghubungimu tadi pagi, tetapi nomermu tidak tersambung"
"Aku membanting ponselku, tapi sekarang aku sudah membeli ponsel baru" Freya mengeluarkannya dari tasnya dan memberiknnya kepada Sean, "Masukkan nomermu" pintanya.
Sean mengembalikan ponsel Freya setelah mengetikkan nomernya, "Apa suamimu bersikap baik padamu?"
"Aku tidak peduli dengan sikapnya, dan ya aku menggunakan uangnya untuk membeli ponsel ini. Bisakah kau memberikanku uang untuk menggantinya"
Sean terkekeh seraya mengacak rambut Freya, lalu beranjak dari tempatnya untuk mengambilkan dompetnya. "Pakailah sebanyak yang kau mau" Sean memberikan kartunya, bukan black card seperti milik Daniel, tapi setidaknya kartu itu bisa memenuhi kebutuhannya untuk saat ini.
"Aku tidak akan sungkan untuk menggunakannya" Freya tersenyum manis. "Baiklah aku akan pergi. Jaga dirimu dan jangan lupa hubungi aku" Freya memberikan satu kecupan di pipi Sean.
Sean menghela napasnya begitu pintu apartemennya tertutup, ia segera berbalik dan mendapati seorang wanita dengan balutan handuk yang memperlihatkan bahu dan paha mulus miliknya. Wanita itu bersedekap dengan wajah kesal, "Hubungan yang sangat manis" sindirnya dengan wajah sinis.
"Anna" Sean mengerang seraya mendekat, "Dia adalah saudaramu" Sean mendaratkan bibirnya di bibir Anna.
Anna mendorong tubuh Sean, menolak ciuman Sean. "Tapi dia membuatku muak dan cemburu"
"Oh sayang lupakan tentangnya dan mari kita lanjutkan kegiatan menyenangkan ini" Sean segera melepas handuk Anna dan membawanya ke ranjang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
nobita
ya ampun ya ampun hubungan yg sangat ruwett
2023-10-28
0
🍃⃝⃟𝟰🫦•𓆩𝐃𝐄𝐒𝐒𓆪♐𝐀⃝🥀
semua...
2 laki² dengan niatnya membodohi Freya okeh. ikuti alur
2022-10-28
0
Nasya
kasian Freya dikelilingi manusia2 bejat....
2022-07-10
1