Freya melihat jam dinding untuk kesekian kalinya, sejak satu jam yang lalu dan sekarang sudah menunjukkan angka jam 09.00 pagi. Freya melihat pintu yang tak kunjung terbuka dan sepertinya juga belum ada tanda-tanda seseorang akan datang.
"Dia memintaku untuk cepat bangun dan jangan terlambat" gumam Freya. Akhirnya malam pertama mereka berlalu begitu saja dengan tidur masing-masing di kamar yang berbeda.
Freya beranjak dari tempatnya, berniat untuk membangunkan Daniel. Ia mengingat pria itu mengatakan bahwa Daniel akan tidur di kamar sebelah. Freya segera keluar dari kamarnya, tepatnya kamar mereka berdua, dan kini ia sekarang berdiri di hadapan pintu yang dimaksud oleh Freya. Freya masih terlihat ragu untuk mengetuk pintu tersebut, tapi logikanya meminta agar ia segera mengetuknya karena bisa saja pria itu memang masih belum bangun. Dengan sedikit keraguan, Freya akhirnya mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu tersebut. Satu ketukan, dua ketukan dan bahkan 5 kali ketukan tidak ada jawaban sama sekali.
Freya berdecak kesal, "Apa dia sudah meninggalkanku? Jangan katakan bahwa ia bangun jam 05.00 tadi. Bagus juga jika dia memang pergi, itu artinya pernikahan ini sudah berakhir. Mungkin yang ia butuhkan hanya status, dan sepertinya pernikahan dengan umur 1 hari sudah cukup baginya" kembali Freya bergumam sendiri, Freya menatap knop pintu, tampak berfikir sesaat lalu entah mendapat dorongan atau bisikan dari mana, ia segera membuka pintu tersebut. Freya mengernyit begitu pintu itu bisa di buka. Tanpa rasa ragu ia melangkahkan kakinya untuk mencari keberadaan pria itu. Harapannya bahwa Daniel sudah pergi meninggalkannya harus ia buang jauh-jauh karena Freya bisa melihat dengan jelas, sepatu pria itu masih ada di sana.
Mata Freya membulat sempurna, kedua tangannya menutup mulutnya, begitu melihat sosok yang ia cari, suami yang baru ia nikahi hari kemarin. Freya mengerjapkan mata beberapa kali untuk memastikan penglihatannya tidak salah. Setelah mengerjapkan mata beberapa kali pemandangan di hadapannya, nyatanya tidak berubah sama sekali.
Daniel terlihat tidur dengan lelapnya dengan seseorang yang memeluknya dan keduanya dalam keadaan telanj*ng, maksudnya bagian atasnya yang telanj*ng hingga memperlihatkan dada bidang dan berotot keduanya. Kaduanya? Ya, Freya melihat suaminya tidur bersama pria lain yang dalam keadaan berpelukan. Freya tidak berani menebak bagaimana kondisi tubuh bagian bawah mereka di balik selimut tebal yang menutupi keduanya.
Freya segera memutar balik tubuhnya, dan berjalan secara perlahan agar tidak menimbulkan suara yang bisa saja membuat kedua pria tidak normal yang menurutnya itu terbangun dari tidur mereka. Freya menghela napas begitu ia sudah berada di luar kamar tersebut. Ia segera masuk ke dalam kamarnya lagi.
"Jadi ini alasan dia menikahiku? Menikah hanya agar terlihat normal dan menutupi aibnya yang memalukan itu" Freya mondar mandir di kamar sambil menggigit jempolnya. "Kedua pria itu terlihat tidak asing bagiku, tapi di mana tepatnya aku pernah melihatnya? Lupakan tentang mereka" Freya menggeleng-gelengkan kepalanya setelah berfikir beberapa saat dan akhirnya tidak menemukan jawaban sama sekali. "Tapi ada baiknya juga dia tidak normal, itu artinya dia tidak akan menyentuhku ataupun tertarik padaku" ucap Freya penuh percaya diri dengan tersenyum manis, senyum pertamanya setelah melewati hari terburuknya. "Kalau begitu pernikahan ini tidak terlalu buruk, ini akan berakhir secepatnya dan Daniel tidak akan pernah meminta jatah padaku dengan alasan hak suami dan kewajiban istri, oouhh membayangkannya saja sudah membuatku geli" Freya mengusap-usap kedua tangannya. "Tidak kuduga wajah maskulin itu ternyata menyukai pisang, hais...apa enaknya pisang beradu pisang" Freya kembali menggelengkan kepalanya, mengenyahkan pikiran yang sudah entah kemana. "Tapi setidaknya ketidak normalannya itu menjamin keselamatan mahkotaku" imbuhnya lagi.
Ceklek
Freya segera mengalihkan tatapannya ke pintu, terlihat Daniel yang sudah berpakaian santai. Freya bertanya-tanya apakah pria itu mandi atau hanya langsung mengenakan pakaiannya begitu ia bangun. Ayolah, Freya belum 10 menit kembali dari kamar pria itu dan sekarang Daniel sudah berada di hadapannya.
"Ayo berangkat" Danie kembali memutar tubuhnya tanpa menunggu respon dari Freya. Freya setengah berlari untuk mengikuti langkah kaki Daniel. Begitu mereka sampai di dalam mobil, Daniel segera melajukan mobilnya tanpa memedulikan Freya yang sedang berusaha memasangkan sabuk pengamannya. Freya berdecak kesal, tapi Daniel seakan tidak peduli.
"Bagaimana tidurmu? Nyenyak?" tanya Freya berbasa basi setelah 10 menit dalam perjalan dengan keadaan hening seperti di kuburan.
"Hmm" gumaman malas terdengar sebagai jawaban. Bahkan Daniel tidak menoleh sama sekali, tatapannya hanya fokus ke arah jalan di depannya.
"Ya, tentu saja nyenyak, kau melewati malam panjang bersama orang terkasihmu" celetuk Freya dengan menatap lekat wajah pria itu, menunggu reaksi seperti apa yang akan diberikan oleh Daniel. Dan Daniel sepertinya tidak terpengaruh sama sekali dengan ucapannya tersebut.
"Aku melihatmu tidur bersama kekasihmu"
Ciiiiiiitttttt
Daniel menginjak rem secara mendadak, hingga menimbulkan bunyi yang memekakkan telinga. Untung saja Freya mengenakan sabuk pengamannya, jika tidak dahi mulusnya sudah terbentur ke depan.
"Kau melihatku bersama Clara?" Daniel menatapnya dengan tatapan campur aduk yang tidak bisa Freya mengerti.
Freya mengernyit, "Clara?" Ia kemudian terkekeh bodoh. "Aku tidak menyangka pria itu bahkan memiliki nama yang sangat feminim"
"Pria?" Kali ini Daniel yang mengernyitkan dahinya mencoba mencerna ucapan Freya.
"Ya, pria yang tidur bersamamu dalam keadaan telanj*ang" Freya menganggukkan kepalanya.
"Will?" gumamnya, seraya bernapas lega.
"Jadi namanya Will?" Freya mengangguk faham. "Hmm, baiklah Daniel sekarang aku tahu alasanmu menikah denganku, ternyata kau hanya butuh status agar terlihat normal di hadapan masyarakat. Kau hanya ingin menutupi ketidak normalan hasratmu dengan menikahi seorang wanita. Kau hanya tidak ingin orang-orang tahu bahwa kau lebih menyukai main tembak-tembakan daripada main gali lobang tutup lobang, bukan?" cerocos Freya yang membuat Daniel semakin mengerutkan dahinya. Awalnya ia mengira Freya adalah wanita yang sangat pendiam, tapi ternyata dugaannya itu salah, nyatanya wanita itu sangat banyak bicara, dan sialnya ia tidak tahu apa yang dibicarakan wanita itu sekarang.
"Tembak-tembakan?" ulangnya. Ayolah, ia pria berusia 31 tahun, sudah tidak waktunya lagi ia bermain tembak-tembakan, kecuali ia memiliki seorang putra yang mungkin saja akan bermain perang-perangan dengannya. Dan apa tadi? Gali lobang tutup lobang? istilah yang tidak asing tapi bisa terdengar aneh di telinga Daniel begitu wanita itu yang mengucapkannya.
"Jangan pasang wajah bodoh seperti itu, aku sudah mengetahuinya, kau penyuka sesama pisang."
Daniel melotot tajam ke arahnya, "Apa kau baru saja mengatakanku bodoh?" desisnya dingin mengabaikan ujung kalimat Freya yang menjadi inti dari pembicaraan mereka.
"Aku tidak mengatakan kau bodoh, aku hanya mengatakan jangan memasang tampang bodoh"
"Apa bedanya?"
"Aku akui, aku bukanlah pendukung LGBT, nuraniku melarang hal menjijikkan itu, tapi karena sekarang kondisinya berbeda, aku akan menutup mulutku serapat mungkin. Rahasiamu aman bersamaku." Freya mengabaikan pertanyaan Daniel dan kembali berbicara panjang lebar yang lagi dan lagi membuat Daniel berfikir keras mencerna ucapan Freya. Sekarang ia benar-benar merasa bodoh karena tidak tahu arah pembicaraan wanita itu.
Freya menarik napas sesaat sebelum melanjutkan kalimatnya, sementara Daniel, terlihat memang menanti apa yang akan disampaikan Freya, ia tidak ingin membuang-buang waktunya untuk bertanya ataupun meminta kejelasan ucapan Freya kerena tidak ingin membuatnya terlihat bodoh ataupun tertarik dengan pembicaraan itu.
"Pantas saja kau membebaskanku untuk melakukan apa pun itu di luar sana, karena ternyata kau seorang Gay yang tidak tertarik sama sekali dengan wanita"
Uhuk.Uhuk.
Daniel tersedak begitu mendengar pernyataan menggelikan Freya. Gay? batin Daniel tidak percaya. Tembak-tembakan, menyukai sesama pisang, kini Daniel kembali merekam ucapan Freya dan sudah mengerti maksud wanita itu. Daniel menatapnya tajam bercampur kesal, marah, dan malu, tapi wanita itu hanya menunjukkan wajah tanpa dosanya membuat Daniel berdecak kesal seraya memalingkan wajahnya. Ia kembali melajukan mobilnya dan memfokuskan pandangannya ke jalan. Tapi percayalah otaknya masih bekerja memikirkan ucapan menggelikan wanita yang di sampingnya itu, wanita yang sudah menjadi istrinya tersebut.
"Aku hanya ingin memastikan, kau membebaskanku, apa artinya aku bisa bertemu dengan kekasihku?"
"Terserah"
Senyum Freya mengembang di wajahnya, jawaban terserah dianggapnya sebagai jawaban iya atau pun persetujuan dari Daniel. Sepertinya pernikahan ini bukanlah hal yang buruk, karena ia tidak akan terikat hubungan batin dengan Daniel, dan sepertinya ini akan menguntungkannya juga karena dengan tinggal bersama Daniel, itu artinya ia tidak akan melihat wajah-wajah pengkhianat lagi di hari-harinya.
"Aku juga akan menjaga rahasiamu" tukasnya yang tentu saja diabaikan oleh Daniel. Daniel menaikkan laju mobilnya, ia hanya ingin cepat-cepat sampai ke rumahnya agar wanita di sampingnya itu berhenti bersuara yang membuat kepala dan telinganya sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
nobita
kocak... Freya... gadis yg lucu
2023-10-28
0
Ummi Ime 🙈
Omegoottt..jgn² kekasih kami Freya..😂🤣😂🤣🤭🤭🙈🙈
Daniel...kasihan sekali kamu dikira gayung..🙈🙈
2022-07-04
1
Maryana Mar
😂😂😂😂
2022-05-31
0