Freya beranjak dari posisinya, ia melirik sekilas jam yang ada di dinding. Ia mengehela napasnya, lalu berjalan ke arah pintu keluar. Begitu ia berdiri di hadapan pintu, Freya berharap keajaiban itu ada, ia berharap pintu di hadapannya itu adalah pintu ajaib milik Doraemon yang bisa mengantarkannya kemana pun yang ia inginkan begitu ia membuka pintu itu. Freya menertawakan kekonyolanny begitu ia membuka pintu tersebut, dan menemukan dirinya masih berada di tempat yang sama sejak beberapa jam yang lalu.
Mau tidak mau akhirnya Freya melangkahkan kakinya, ia memutuskan akan menghadapi takdirnya setelah harapan konyol dan keajaiban tidak terkabul. Ia berjalan dengan lunglai di atas karpet merah mewah yang dipenuhi oleh kelopak mawar, sesungguhnya dekorasi ruangan itu sangatlah indah dan romantis, seakan pernikahan ini direncanakan secara matang, tapi Freya tidak mempunyai waktu untuk menilai ruangan yang akan menjadi saksi perjalanan hidupnya dimulai, sungguh ia sangat tidak peduli. Jika bisa meminta ia ingin menghilang di telan bumi detik ini juga.
Akan berbeda jika pernikahan ini terjadi bersama sang kekasih, Freya akan dengan senang hati mengabadikan setiap momen yang terjadi. Tapi pernikahan ini bukanlah keinginannya, tidak ada kebahagiaan terpatri di wajahnya tapi sorot matanya memancarkan kebencian yang sangat mendalam.Tatapan dan bisikan para tamu undangan yang terdengar sangat jelas di tujukan padanya, ia abaikan. Freya, terus melangkahkan kakinya menuju pria yang sudah berdiri menunggunya. Freya, tidak bisa melihat wajahnya karena pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu terlihat tidak terpengaruh akan kebisingan para tamu undangan, pria itu sama sekali tidak penasaran apa yang terjadi di balik punggungnya yang terlihat cukup lebar.
Tinggal beberapa langkah lagi, Freya akan sampai di garis awal takdir hidupnya di mulai, di samping pria yang tidak ia kenal sama sekali.
Grep
Seseorang menarik tangannya hingga mau tidak mau, ia berbalik. Brianna Poulsen, saudari tirinya lah yang ternyata membuat langkahnya terhenti. Apa wanita itu yang akan menyelematkannya dari situasi yang tidak diinginkannya ini? Oh ayolah, hubungan mereka berdua jauh dari kata baik. Ibarat air dan minyak, tidak akan pernah bersatu, layaknya Tom and Jerry, yang selalu meributkan segala sesuatunya. Intinya adalah Freya dan Anna, tidak pernah akur dan itu memang tidak akan pernah terjadi. Tidak akan.
"Singkirkan tanganmu!" desis Freya dengan wajah dingin.
"Apa kau ingin mempermalukan kami?" tanya Anna dengan wajah tidak kalah sengit. "Wajahmu terlihat seperti badut, ini adalah pernikahanmu, bukan atraksi topeng monyet!" Anna tersenyum meremehkan. "Jika ingin mencari perhatian, lakukan dengan benar bukan dengan hal konyol yang berperan sebagai monyet seperti ini. Menyedihkan!!"
Ucapan dan hinaan yang terlontar dari mulut Anna tidak membuat Freya terpengaruh sama sekali. Baginya ucapan wanita itu seperti kentut yang numpang lewat dan meninggalkan bau busuk. Freya menghempaskan tangan Anna dengan kasar lalu kembali melanjutkan langkahnya, setelah melayangkan tatapan menghunus ke arah Ayah-nya dan juga Mommy dari wanita yang baru saja menyebutnya sebagai badut.
Kini Freya sudah berdiri di samping pria yang akan menjadi suaminya beberapa menit lagi dan juga di hadapan mereka sudah berdiri seorang pria tua yang akan menikahkan mereka. Pria tua itu tercengang melihat penampilan Freya. Ini pertama kalinya ia melihat seorang pengantin yang terlihat sangat menyedihkan. Dandanan Freya benar-benar hancur, dan harusnya pernikahan sudah terjadi sejak satu jam yang lalu, tapi satu yang lalu Freya habiskan dengan menangisi nasibnya dan berharap Sean, sang kekasih datang membawanya kabur, tapi ternyata harapannya sia-sia. Dan hasilnya adalah, lipstik yang sudah belepotan kemana-mana, akibat ia mengusapnya dengan kasar. Mascara yang sudah luntur dan menyisakan noda hitam di bawah matanya, dan bulu mata palsu yang sudah lepas sebelah. Penampilannya benar-benar mengerikan.
"Kami bisa menunggu lebih lama, kau bisa memperbaikin dirimu terlebih dahulu, Nona" ucap pria itu penuh hati-hati.
"Tidak, lanjutkan saja" jawabnya seraya membuang napasnya. Dengan wajah yang terlihat ragu, pria itu akhirnya menganggukkan kepalanya. "Tunggu!" ucapnya setengah berteriak hingga membuat pria yang sudah berumur itu berjengkit kaget.
"Ya"
"Sebelum kau menikahkan kami, berikan aku waktu satu menit untuk melihat wajah pria yang akan menjadi suamiku" tukasnya jujur membuat pria yang di sampingnya menolehkan kepalanya dan langsung mengernyitkan dahinya begitu melihat penampilan Freya yang sangat luar biasa. Berantakan. Pengantin mana yang ingin terlihat mengerikan di hari spesialnya? Mungkin tidak ada satu wanita pun yang menginginkn hal itu, termasuk Freya sekali pun. Hari pernikahan adalah hari dimana kau akan menjadi ratu sehari. Tapi kasus Freya kali ini berbeda, berhubung ini bukan hari spesial bagi Freya, jadi ia tidak peduli dengan penampilannya.
Pria tua itu terlihat bingung dengan permintaan Freya, melihat penampilan Freya yang kacau sudah cukup membuatnya terkejut ditambah dengan pengakuan Freya, itu benar-benar membuatnya bingung. Bagaimana dua insan yang akan dia nikahkan itu tidak saling mengenal satu sama lain. Setelah melirikkan matanya kepada mempelai pria, pria itu akhirnya menganggukkan kepalanya mempersilakan Freya melakukan apa yang dia inginkan.
Freya memejamkan matanya, memohon dalam hati semoga pria yang akan ia sandang namanya di belakang namanya, bukanlah pria tua yang sudah turun berok atau mengalami cacat fisik atau mental. Tapi mengingat punggung dan bahu lebar tadi, Freya yakin pria itu tidak cukup tua, tapi tetap saja ia perlu memastikannya. Freya menghirup napas dalam lalu kembali mengeluarkannya, ia melakukannya berulang kali hingga akhirnya ia membuka matanya. Secara perlahan ia menoleh ke samping.
Satu
Dua
Tiga
Hening. Freya dan pria itu saling mengunci tatapan.
"Setidaknya kau bukan pria tua dengan perut buncit dan kepala botak" gumam Freya masih dengan tatapan yang tertuju pada pria yang bisa dikatakan sangat tinggi.
"Apakah kita sudah bisa melanjutkannya?" pertanyaan pria yang berdiri di antara mereka membuat keduanya kompak melepaskan tatapan masing-masing.
"Lakukan. Sepertinya dia juga sudah kembali waras" jawab pria itu enteng.
Janji suci pernikahan pun akhirnya diucapkan dengan berulang kali karena Freya salah menyebut nama. Entah sudah berapa kali, Freya selalu menyebut nama sang kekasih yang tidak diketahui keberadaannya dimana. Hingga akhirnya Freya sah menjadi istri dari pria yang ada di sampingnya itu, Sean Maxime tetap tidak terlihat sama sekali.
"Kedua mempelai silakan berciuman" titah pria yang sudah menikahkan mereka berdua.
"Lewatkan bagian itu" Freya mendongak menatap pria yang sudah menjadi suaminya itu. Ia menelisik wajah pria itu yang terlihat sangat datar, sehingga sulit untuk menebak apa yang sedang difikirkan oleh pria itu. Tapi melihat penolakan yang dilakukan pria itu, sepertinya Freya bisa bernapas lega, Freya menduga, pria itu sama seperti dirinya yang tidak menginginkan pernikahan ini ada. Itu artinya ia bisa segera bercerai bukan? Oh Tuhan, adakah pengantin yang baru sah menjadi sepasang suami istri sudah memikirkan untuk bercerai?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
YuWie
harusnya kamu buat pengantin pria nya tercengang dg kecantikan fre..bkn malah belepotan
2023-06-10
0
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
harusnya ikutan sedih kok jd pengen ketawa aku😂😂
2022-06-14
2
Maryana Mar
sayang amat udah bayar mahal riasan malah ending nya jadi 🤡🤷😂😂😂😂😂
2022-05-31
1