Episode 14

Sepulang dari Taman Impian Jaya Ancol, Krystal, Boy, beserta teman-temannya mampir dulu ke sebuah restoran karena lapar. "Karena bermain tadi Kamu yang traktir, sekarang Aku yang traktir," ucap Boy.

"Gak perlu Boy, Aku punya uang kok buat bayarin kalian semua," tolak Krystal.

"Simpan uang Kamu, Alexa. Kamu harus hemat, nanti Kamu dimarahin orangtuamu kalau menghamburkan uang jajan mu. Ingat! Ini belum akhir bulan. Apalagi biaya kuliah Kita mahal," ucap Boy.

Krystal terdiam, Dia tersenyum Boy menasehatinya. Boy tidak tau saja kalau dirinya memiliki banyak uang dan tidak akan ada orang yang berani marah, jika Krystal menghamburkan banyak uang, toh yang mencari uang adalah dirinya sendiri, tidak minta dengan orang lain. "Kamu juga harus hemat, nanti uang jajan Kamu habis, orang tua Kamu pasti marah melihat uang jajan Kamu habis sebelum akhir bulan," kata Krystal sambil tersenyum.

"Tenang, uang Boy tidak pernah habis. Orang tua Boy punya banyak toko bangunan besar di Jakarta, cabangnya juga banyak di Semarang, Bandung, Yogya dan kota-kota lain," kata Ryan.

"Kami sering di traktir oleh Boy. Walau Papaku punya rumah sakit, tapi dia jarang kasih Aku uang jajan banyak," keluh Doni.

"Papaku juga sama. Tau sendiri kan orangtuaku cuma pejabat biasa di pemerintahan. Gajinya sedikit, kalau korupsi takut masuk penjara. Makanya uang jajanku sedikit," lanjut Ryan.

"Aku tidak pernah membayangkan sebelumnya kehidupan mahasiswi yang sederhana. Hanya mengharapkan uang jajan dari orang tua dan harus hemat. Dulu waktu di MBA, Aku tidak pernah berpikir begitu karena Aku punya segalanya," batin Krystal. "Dena, orangtuamu kerja apa?" tanya Krystal.

"Dia kerja di perusahaan besar, Winner Group," jawab Dena.

"Oh ya? Sebagai apa?" tanya Krystal lagi.

"Cuma manager biasa kok, tapi kan Winner Group perusahaan besar, dan gajih karyawan di sana juga besar," jawab Dena lagi.

"Aku baru tau orang tua Dena kerja di Winner Group. Kenapa dunia ini terasa kecil? Semua punya hubungan yang ujung-ujungnya mengarah pada Bu Krystal. Astaga, Aku sampai lupa, sebentar lagi Aku akan menikah dengan Bu Krystal, pemilik Winner Group," Boy sedih di dalam hatinya.

Boy melihat wajah cantik Krystal. Tiba-tiba Boy merasa nyeri di dadanya. "Kenapa sakit sekali rasanya? Melihat wajah Alexa dan tidak bisa memilikinya," batin Boy lagi.

"Aku masih belum bisa hidup tanpa uang orangtuaku, itulah sebabnya Aku tidak bisa menolak perjodohan konyol ini. Astaga, kenapa rasanya sakit sekali? Padahal kemaren Aku biasa-biasa saja," batin Boy semakin sedih.

Pelayan restoran akhirnya datang membawa makanan pesanan mereka. Obrolan mereka terhenti dan mereka mulai menyantap makanan masing-masing tanpa mengobrol. Mereka sibuk menikmati makanan yang ada di depan mereka karena perut mereka sudah sangat lapar.

Selesai makan dan membayar, mereka langsung pulang karena sudah sangat lelah. Dena langsung mengantar Ryan dan Doni ke rumah masing-masing. Sementara Krystal meminta di turunkan di kampus saja, dengan alasan sudah terlanjur di jemput supir. Padahal, Krystal hanya tidak ingin Boy tau siapa dirinya, karena ini bukan waktu yang tepat.

"Kamu yakin turun di sini?" tanya Boy memastikan.

"Itu mobilnya sudah ada di depan kampus," jawab Krystal. "Kalau begitu Aku ke sana dulu," lanjut Krystal lagi.

"Alexa, terima kasih untuk hari ini. Aku sangat bahagia," ucap Boy tulus.

"Aku juga senang seharian menghabiskan waktu bersama Kalian," jawab Krystal.

Dengan enggan, Krystal akhirnya masuk ke mobil. "Jantungku, jantungku, astaga, kenapa denganku?" Krystal hampir tidak bisa mengendalikan dirinya.

"Alexa, kenapa hatiku makin sakit melihat Kamu?" Boy melihat dengan tatapan sedih mobil yang membawa Krystal. Mobil itu semakin menjauh dari gerbang kampus hingga tak terlihat. Semakin jauh mobil itu pergi, semakin sakit rasanya hati Boy. "Kenapa dengan Aku?" tanya Boy pada dirinya sendiri.

***

Di rumah, Boy mulai berpikir. Dia mulai melihat ke dalam hatinya, mencoba menguraikan dan mencari tau, apakah arti seorang Krystal baginya. Kenapa tiba-tiba sosok Krystal membuat dia bahagia sekaligus bersedih. Padahal, beberapa hari lalu mereka masih berselisih.

Di kamarnya, Boy rebahan di atas kasur sambil melihat langit-langit. Tangannya menjadi bantalan kepalanya. Dia menghela nafas sambil berpikir. "Sudah sebulan Aku jomblo, biasanya setelah putus, Aku langsung jadian sama perempuan lain? Kenapa kali ini tidak?" pikir Boy.

Boy melihat ponselnya yang dia letakan di sebelah dia berbaring. Dia buka pesan WhatsApp, banyak sekali chat masuk dari para gadis yang memujanya. Tak ada satupun chat mereka yang Boy balas. Biasanya Boy ringan hati membalas chat mereka satu persatu, sambil melontarkan kalimat-kalimat rayuan maut, hingga membuat para gadis itu tergila-gila. Kini, sudah sebulan lebih Boy berhenti menjadi pria perayu.

"Ternyata Aku tidak punya nomor WA Alexa," kata Boy baru sadar.

Tidak ingin terlalu memikirkan Krystal, Boy memilih keluar kamar. Dia pergi ke taman belakang rumah. Dia duduk sambil melihat cerahnya langit malam. Tiba-tiba bintang terang di atas langit berubah menjadi wajah Krystal. Boy yang terkejut langsung mengucek kedua matanya. Bukan hanya satu, bintang-bintang yang lain pun juga berubah menjadi wajah Krystal.

"Apa Aku sudah gila?" ucap Boy.

Wajah itu tersenyum manis pada Boy. "I Love You, Boy Daniel," ucap sang bintang. Boy tersenyum bahagia mendengar kata-kata itu.

"Pi, anak kita kenapa? Kok senyum-senyum kaya orang gila gitu sambil melihat ke langit?" tegur ibunya Boy ketika melihat kelakuan anaknya dari jendela rumah.

"Entahlah, Mi. Aneh," jawab Bram.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***