Gedung Asosiasi Hunter Indaloria
Ketika Brahm keluar dari gedung Hunter’s Association, ada dua pria dan satu orang wanita berpakaian rapi.
“Bapak Brahm? Saya Jirila dari guild Kala Infernalists. Saya ditugasin sama pak Yora untuk nganterin bapak ke fasilitas latihan kami, pak, sesuai dengan arahan pak Yora.” Kata wanita tersebut.
“O.. Oke..”
Brahm terpukau olehnya, dengan rambut ponytail berwarna biru langit dan kacamata bundar yang pas sempurna di sekitar wajahnya. Tubuhnya cukup kecil, tetapi sikap dan aura-nya menunjukkan seseorang yang rajin dan bekerja keras. Brahm tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun karena ia sedang memuja kecantikannya.
“Mari, pak” Jirila memberikan gestur untuk masuk ke mobil.
Mereka masuk ke dalam mobil dan melaju menuju fasilitas latihan Kala Infernalists.
Brahm duduk di belakang ditemani oleh Jirila. Sepanjang perjalanan, Brahm merapatkan kaki dan melihat ke luar sambil sesekali mencuri pandangannya ke arah Jirila.
“Gugup, pak?” Jirila melihat Brahm dan tertawa kecil
“Ehe, iya... hehehe” Brahm membuka subspace inventorynya dan mengeluarkan Anti Hangover Pill dan langsung menelannya.
“Santai aja, pak. Latihan nanti engga berat kok, pak” Jirila tersenyum sopan
‘Bukan masalah latihannya, tapi masalah maboknya’ kata Brahm dalam hatinya
“Iya, kemarin saya udah diceritain kok sama mereka”
Jirila menerka-nerka siapa yang Brahm maksud.
“Maaf, pak. Mereka itu siapa ya?” Jirila memiringkan kepalanya, bingung dan penasaran
“Mirkov, Dave, Anders, sama Yora”
Jirila dan dua orang lainnya yang berada di depan mobil kaget.
“Maaf, pak, hubungan bapak sama 4 iblis Infernalists apa ya?”
“Oh, saya temennya, dari jaman SMA, berarti udah 10 tahunan lah ya” Brahm memberikan senyuman canggung.
Jirila merapatkan kedua tangannya dan membuat gestur meminta maaf sambil menundukkan kepala.
“Maaf banget, pak, kami engga tau kalo pak Brahm temenan sama boss kami. Kami kira bapak cuma Hunter yang discout sama boss kami.”
“Haha, iya gapapa.. Hahaha” Brahm menggaruk kepalanya dan tertawa canggung
“Kami juga engga dibrief kalo bapak temen boss kami, maaf ya, pak” Jirila juga tersenyum canggung
Kedua orang didepan hanya terdiam dan memfokuskan pandangannya ke depan, tetapi ekspresi mereka jelas menunjukkan rasa bersalah dan panik.
“Emang mereka engga pernah cerita soal saya ya?” tanya Brahm penasaran sambil melihat keluar.
“Engga pernah sih, pak. Mereka emang jarang cerita soal personal kalo di depan anggota kala Infernalists yang lainnya. Tapi kalo buat atasan yang lain mungkin pernah cerita. Saya pribadi belom pernah denger ada yang cerita soal bapak sih” sahut Jirila dengan profesional.
‘Bener juga, buat apa mereka cerita soal gua.’ Kata Brahm melalui hatinya.
Brahm tersenyum tipis tetapi ekspresinya penuh penyesalan.
\=======================================================================================
Fasilitas latihan Kala Infernalists.
Brahm dan Jirila sampai di lokasi dan Jirila mengantarkan Brahm untuk berkeliling fasilitas.
“Tempat latihan ini berseberangan sama headquarternya Kala Infernalists. Gedung yang tinggi itu pak, itu HQ-nya. Terus gedung yang berjejer itu, itu housing facility buat anggota guild, bisa untuk yang single atau sudah berkeluarga. Sisanya engga jauh dari sini ada public facility kaya rumah sakit dan sekolahan, dan universitas, tentu kalo untuk anggota guild Kala Infernalists tidak ada biaya yang dipungut.” Jirila menjelaskan hal ini dengan bersemangat dan menggebu-gebu.
Di lapangan fasilitas latihan tersebut sudah berkumpul beberapa Hunter anggota Kala Infernalists. Beberapa diantaranya sedang pemanasan, duduk, atau sedang berbicara. Yora yang sedang berbicara dengan beberapa anggota guild Kala Infernalists menyadari keberadaan Brahm dan menyapanya kemudian menghampiri Brahm.
“Fresh meat” Yora mengangkat tangannya untuk mengajak fistbump. “Siap latihan, ‘kan?”
“Kita liat aja” Brahm menyambut fistbump tersebut.
“Kenalin nih, captainnya 9th Strike Team. Alden.” Yora menunjuk Alden yang berada di sisi kanannya dengan jempolnya “Alden, ini Brahm. Brahm, ini Alden.”
Alden Strongglade memiliki tinggi 180cm dan berotot, dengan bahu yang lebar. Kulitnya berwarna cokelat muda, matanya berwarna oranye-amber, dan rambutnya yang hitam dan keriting ditarik ke belakang.
“Hunter baru setelah 3 tahun?” Alden mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan “Jangan ketinggalan, ya” lanjut Alden.
“Dia sword and shield user, ada di frontline. Salah satu kekurangan 9th Strike Team ini cuma kurang di melee fighter, dari 11 orang cuma dua melee fighter, sisanya ada di posisi ranged, magic user, atau support atau utility.” Kata Yora sambil merangkul Alden. “Dan di sini lu masuk” lanjut Yora sambil menunjuk Brahm.
“Maksudnya gimana, ‘boss?” Alden menengok ke arah Yora
“Kaya yang kemaren gua bilang, dia bakalan join sesi latihan kita, harapannya sih biar dia bisa ngisi frontline juga”
“Hmmm. Lo bisa pake apa?” tanya Alden
“Gua bisa pake tangan kosong sama pedang”
Ketika Brahm menyebut kata pedang, mata Alden membesar, badannya bergidik merinding.
“Pedang apa? Dagger? Shortsword? Longsword? Double-Edge? One-handed? Two-handed? Gladius? Zweihander? Estoc? Rapier? Greatsword? Curved?” Alden terus berbicara soal pedang tanpa berhenti.
“Dia maniak soal pedang, well, engga cuma pedang sih, senjata apapun yang punya bilah sebernya, tapi fokusnya lebih ke pedang aja”. Yora berbicara lebih keras supaya terdengar oleh Brahm, Alden sendiri tidak memedulikan atasannya.
*SLAP* Yora menepuk kepala bagian belakang Alden\, Alden pun langsung berhenti berbicara.
“Hehehe, sorry, boss” kata Alden sambil mengusap-usap bagian yang terpukul.
“Sorry ye, Brahm, anak guild kita banyak yang aneh-aneh tabiatnya”
“Anyway, kita udah dilly-dally kelamaan, bilangin anak-anak suruh siap-siap, gih” lanjut Yora
“Kala!” Alden pergi meninggalkan mereka berdua.
“Nih, buat lu” Yora menyodorkan sebotol bir yang disamarkan melalui botol minum kepada Brahm.
“Buat apaan?”
“Pake nanya, udah tau power lu dateng pas mabok doang. Udah bisa dikontrol kan mabok sama power lu?”
“Bisa Yo, tadi di gedung asosiasi gua kan minum dulu biar keluar power gua, engga mabok sih, cuma goyang aja.”
“Nah, oke nih, berarti minumnya setengah atau seperempat aja biar masih bisa lu kontrol, kita cuma mau latihan, bukan raid. Gua ga butuh lu jadi rese dan bikin bonyok anak-anak yang lain.”
“Emang gua bisa bikin bonyok orang, Yo?”
“Bisa lah, power lu setara A-ranker, kenapa engga bisa bonyokin orang?” Yora tertawa.
“Tau darimana lu kalo power gua setara A-ranker?” Brahm kaget
“We have eyes and ears everywhere, Brahm. Dan maksud gua, everywhere.” Yora memberikan kode untuk melihat kebawah.
Brahm melihat kebawah dan bayangannya bergerak meliuk-meliuk dan menggoyangkan tangannya seperti memberikan gestur ‘Hai’.
Ketika melihatnya, Brahm meloncat menjauh dari bayangannya sendiri “Uwaahh, paan tu goblokk!”
“Hahahaha! Itu hasil karyanya Anders, Shadow Demon dia bilang” Yora membuka kacamatanya dan menggantungnya di bajunya. “Santai aja, itu buat surveillance sama protection, sifatnya temporer sampe lu ngejalanin test masuk nanti. Eh, tapi lu mau masuk Kala Infernalists, kan?”
“Hmmm.... Gua juga dapet banyak tawaran buat masuk ke guild sih, Yo. Gua bisa mikir-mikir dulu ga?” Brahm meletakkan tangannya di dagunya dan berpikir keras.
“Heh, suit yourself. Kalo lu milih guild lain, gua.. engga, kita bisa apa?” Yora mengangkat bahunya. “Anyway, come. Gua bakal ngenalin lu ke anggota yang lain.”
“Ini 9th Strike Team baru dibentuk kurang lebih setahun yang lalu, isinya rookie semua, well, rookie di guild sih. Rankingnya mulai dari C sampe ranking D, ada beberapa ranking E juga, yang ranking B cuma dua orang, Alden sama Kai.”
“Kai? Yang mana, Yo?”
“Tuh, yang itu, tuh” Yora menunjuk seorang wanita dengan rambut panjang berwarna emas yang biasanya dikepang. Dia terlihat mengenakan jubah biru dan celana ketat dengan beberapa tali untuk menyimpan ramuan dan beberapa pisau tergantung dari pinggangnya.
“Kai! Sini, gua mau ngenalin anak baru!” teriak Yora
Kai Starfall, mata biru terangnya menatap langsung ke arah Brahm, dan tiba-tiba dia muncul di depannya, membuatnya terkejut.
“Kai” Kai mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Brahm.
“A.. Eh.. Brahm” Brahm menjabat tangan Kai dengan kedua tangannya.
“Hm.” Kai mengangguk. “Saya lanjut ya, pak”
Kai tiba-tiba hilang dari hadapan Brahm dan Yora dan muncul kembali di tempat awalnya di mana Kai sedang memakai harness di paha untuk menggantung dan menyelipkan pisau.
Brahm masih memandangi Kai dari jauh, sementara Yora memperhatikan Brahm dan Kai berulang kali. Mata Yora terbuka seperti mendapatkan sebuah realisasi.
“Kai itu luarnya doang dingin, tapi di dalem dia big softie. Dia suka sama band The End, dari situ aja dulu” kata Yora sambil menyikut Brahm dengan pelan.
“Hah? Apaan si, siapa yang suka sama dia coba?!” pipi Brahm memerah
“Terus suka sama siapa? Jirila? No chance in hell, Brahm. Dia itu primadona Kala Infernalists. Gua sampe wanti-wanti Jirila untuk jangan ngedate dulu selagi dia masih di Infernalists. Karena kalo dia ngedate, mau itu sama gua, sama chief-chief yang lain, mau itu sama chiefnya Hunter’s Association manapun, seluruh guild dan subsidiarynya bisa kacau. West Indaloria bisa lumpuh Brahm gara-gara Jirila.” Yora meletakkan kedua tangannya di bahu Brahm.
Urat wajah keluar dari wajahnya Yora, ekspresi Yora marah seperti sedang memberikan hukuman ilahi. Ekspresinya melemas dan kembali seperti semula.
“Sorry, tapi gua ga bisa ngerestuin hubungan lu sama Jirila, at least Kai atau yang lainnya gua masih oke” Yora memberikan acungan jempol kepada Brahm.
Dari kejauhan, dua bodyguard yang bertugas menjaga Yora memunculkan kepalanya dari tembok dan mengintip situasi. Mereka berdua menghela napas panjang dan merelakskan badan.
“Kalo mereka beneran berantem siapa yang bisa nyetopin coba?” kata salah satu bodyguard tersebut.
“Jantung gua ga kuat buat gini-ginian” kata bodyguard lainnya.
...........
Seluruh 9th Strike Team berkumpul dan berbaris. Di hadapan mereka ada Yora, Brahm dan juga Jirila beserta kru yang lainnya.
“Alright, kids. Hari ini kita bakalan ngadain latihan kaya biasa, tapi hari ini kita kedatangan tamu spesial, temen gua dan temen Mirkov, Dave, sama Anders. Kenalin diri lu, gih, sono” Yora menepuk punggung Brahm dengan pelan sebagai tanda rekognisi.
Brahm berjalan selangkah ke depan dan menelan ludahnya.
“Hai, nama gua Brahm Reinford, panggilannya Brahm. Gua baru tadi pagi resmi jadi Hunter, tapi awakeningnya udah dari tanggal 1 kemarin. Ehh.... Gua bisa pake pedang dan tangan kosong juga, jadi... mohon bantuannya, ya” Brahm tersenyum lebar dan membungkukkan badan sedikit sebagai tanda hormat.
Seluruh 9th Strike Team beserta kru lain yang berada di sana bertepuk tangan. Alden bertepuk tangan paling keras diantara yang lainnya.
“As usual, kita mulai dengan tactical warm-up, disusul sparing, abis itu all-out battle lawan gua. Kalian belom pernah ngerasain all-out battle kan?”
"Belom, pak!" kata Alden disusul oleh gelengan kepala dari anggota 9th Strike Team.
Yora menyeringai dan memukul telapak tangannya sendiri.
“Oke, kalo gitu.... Kala Infernalists!” teriak Yora
“Kala!” teriak semua orang yang ada di situ.
....
Brahm meminum bir yang tadi diberikan oleh Yora hingga habis. Kepala Brahm langsung memutar dengan pelan.
“Wooww, pelan-pelan cuy” badan Brahm bergoyang dari kiri ke kanan.
Brahm menampar dirinya perlahan untuk menyadarkan dirinya sedikit.
“Kamu gapapa?” Kai menghampiri Brahm secara tiba-tiba.
“Ehh, engga.. gapapa kok, cuma nyiapin diri aja”
Brahm memasukkan botol bir yang sudah habis itu ke subspace inventorynya secara diam-diam.
“Oke.... sini, udah mau mulai warmupnya”
Kai mengulurkan tangannya dan Brahm mengambil tangannya, Kai kemudian menarik tangan Brahm.
‘Oh my god, gua seneng banget, hehehe’ kata Brahm dalam hatinya sambil membayangkan skenario-skenario yang mungkin terjadi di masa depan. Pacaran berduaan di taman sore-sore, candlelight dinner di restoran mewah sambil mengadakan proposal, menikah di gedung, dan punya anak.
*POOF* imaji menyenangkan itu tiba-tiba hilang karena Brahm harus berlari mengelilingi lapangan yang luasnya setara dengan lapangan bola.
Tactical warmup ini dibuat dengan cara sederhana, yaitu pemimpin berlari di depan. Jika pemimpin menyusul orang-orang di belakangnya atau orang-orang yang tertinggal, mereka dieliminasi. Hal kejam yang bisa dilakukan oleh pemimpin lari adalah hanya berlari sedikit lebih jauh dari kelompoknya hingga mereka tidak bisa mengejar pemimpin lari atau mengintimidasi dari belakang, dengan berlari tidak jauh dari orang paling belakang agar mereka tidak dilewati oleh pemimpin lari dan tereliminasi. Hal ini dilakukan supaya orang paling belakang tetap bergerak.
......
Anggota 9th Strike Team dan Brahm menggunakan pakaian latihan standard milik Kala Infernalists, sementara Yora hanya menggunakan kaos polos berwarna pink dengan gambar kucing berotot sedang memasak, ia menggunakan celana pendek untuk tidur, sendal jepit, dan kacamata hitam bundar untuk tactical warmup ini.
“Kalo ada yang larinya lebih pelan daripada gua, kalian semua gua pukul” kata Yora sambil berteriak.
Meskipun berkeringat, Yora tidak menunjukkan tanda-tanda lelah, ia bahkan masih sempat-sempatnya tersenyum dan memperhatikan seluruh tim.
“Fuck, ini beneran Instruktur Iblis namanya” kata salah satu anggota 9th Strike Team yang mengeluh sambil berlari.
Brahm mulai menunjukkan tanda-tanda lelah, jarak pandangnya menurun dan ia mulai kesulitan mengatur napas.
‘Goblok banget, orang lagi tipsy disuruh lari’ kata Brahm melalui hatinya
‘Aahhh, bodo ah! Hunteeerrr!!’
Brahm menggertakkan giginya dan berlari secepat yang dia bisa.
“Sword brother! Jangan lemes, ayo!” teriak Alden yang menyemangati Brahm sambil tersenyum dan mengacungkan jempol. “Gua duluan ya!” Alden kemudian mengebut.
‘Sombong juga nih, orang’ pikir Brahm.
Brahm tersenyum dan merasa tertantang oleh Alden dan mempercepat tempo larinya untuk mengejar Alden.
Yora melihat Alden dan Brahm yang berlari saling mengejar kini mempercepat temponya dan mengebut hingga sampai ke barisan paling belakang.
“Kai, jangan selow-selow aja, serius dong!” teriak Yora kepada Kai yang ada di barisan paling belakang.
Kai melihat ke arah Brahm dan Alden, Kai tersenyum kecil dan melihat Yora, kemudian ia berlari membalap orang-orang di depan.
Yora mengejar dua orang di belakang dan membalapnya.
“Lu berdua mulutnya udah mulai berbusa, istirahat sana buruan” teriak Yora kepada kedua Hunter tersebut.
“Kala!” teriak kedua Hunter yang ada di belakang dan mereka berdua segera memberhentikan lari mereka, mereka meminggir dari lapangan dan merebahkan diri mereka berdua sambil mengatur napas.
....
Hunter-Hunter dari 9th Strike Team sedang beristirahat karena kelelahan. Ada yang mengatur napas, ada yang berbaring, ada juga yang menghabiskan sebotol besar air mineral.
“Sebentar lagi kita mulai sparing sessionnya, kalian ada sebelas orang, sama Brahm jadi dua belas. Jadi pair up, dan prepare” kata Yora sambil meminum air mineral.
“Ini bukan soal menang atau kalah, ini cuma latihan. Well, latih tanding sih. Kalo lu udah ga bisa lanjut sparing tinggal give up aja. Kalo ada yang sengaja cederain orang, lu dapet punishment. Kalo sampe lu ngebunuh orang lain, lu dapet punishment yang lebih parah juga. Ngerti?”
“Kala!” Teriak seluruh 9th Strike Team.
“Ada yang mau pair up sama Kai, ga? Ellie sama Adra udah pair up” lanjut Yora
“Maaf, Kai. Kita udah pasti kalah kalo sparing sama lu” kata Ellie sambil berpose meminta maaf kepada Kai.
“Iya, gapapa” balas Kai dengan tersenyum.
Tidak ada yang menjawab pertanyaan Yora. Banyak Hunter mengalihkan pandangan dari Yora dan Kai.
“Brahm, apan tuh di bawah tangan lo” tunjuk Alden ke bagian bawah ketiak Brahm,
“Hah? Apaan?”
Brahm mengangkat tangannya sedikit dan Alden mengambil dan mendorong tangan Brahm sehingga Brahm terlihat mengangkat tangannya secara sukarela.
“Nah! Sini Brahm, lu emang prime example buat Hunter” Yora memberikan acungan jempol juga kepada Alden.
Alden mendorong Brahm kedepan, sementara Hunter yang lain mundur 3 langkah.
Brahm memelototi Alden, sementara Alden tertawa.
Brahm melangkah ke depan Kai, dan Kai menertawai Brahm.
“Jangan keras-keras, ya, Kai”
“Hm”
Brahm menggeser dirinya dari keramaian dan meminum seteguk Insam-Ju dari subspace inventorynya.
‘Wooh! Gua ga tau efeknya gimana kalo gua ga bisa ngontrol yang ini.’
‘Gapapa, latihan kontrol sekalian latihan pake power gua’
‘Letsgo, Brahm’
“Sendirian aja? gapapa kan?” tanya Kai yang tiba-tiba muncul di belakangnya
“AAHH. Kayanya lu harus pasang kalung lonceng deh. Ga bagus tau buat jantung gua kalo lu tiba-tiba muncul terus”
“Ding-jingling-ding-ding” kata Kai dengan nada datar sambil meletakkan tangan di depan lehernya dan menggoyangkan tangannya meniru gerakan lonceng.
“Nih, kamu katanya sword user juga kan?” Kai memberikan sebuah pedang dengan panjang 70cm. Salah satu pedang standard issue milik Kala Infernalists yang digunakan untuk latihan.
Bilahnya tidak tajam tetapi tidak tumpul juga, meskipun pedang ini dibuat untuk latihan, pedang ini masih dibuat dengan penuh atensi dari murid-murid atau anak magang perajin pedang.
“Makasih ya” Brahm mengambil pedang tersebut.
Brahm mengayunkan pedang tersebut beberapa kali untuk merasakan pedang tersebut.
“Ayo, masuk barisan, ketemu lawan kalian masing-masing. Inget, modest.” kata Yora.
“Fight!” teriak Yora
Seluruh 9th Strike Team berlatih tanding dengan pasangannya. Ada Hunter yang mengadu rapalan sihir sehingga kedua mantra tersebut saling bertabrakan dan memberikan dampak yang cukup besar.
Ada Hunter yang menghindari serbuan panah sihir, ada juga Hunter yang terkena sihir memperlambat.
Kai sedang berada di dalam posisi ofensif, ia terus menerus menyerang Brahm tanpa memberikan waktu untuk membalas serangannya dengan shortswordnya. Brahm sedari tadi hanya menghindar dan menangkis serangan-serangan Kai dengan pedangnya.
‘Celah, gua mesti nyari celah’
*CLANG* *CLANG* *CLANG*
Brahm mengayunkan pedangnya dari atas dan berhenti sebelum mengayunkan ke bawah, Kai yang sudah berada di posisi untuk membalas serangan Brahm menjadi goyah dan kehilangan keseimbangan.
‘Ini dia celahnya’
[NOTICE]
[SKILL: DRUNKEN SWORDFIGHTING DIAKTIFKAN]
*SLICE* Serangan Brahm dari samping mengenai Kai dan menggores tangannya\, Kai langsung mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak dengan Brahm.
“Sorry, Kai. Lu gapapa kan?” Brahm menurunkan pertahanannya untuk bertanya pada Kai.
Kai melihat kesempatan ini dan langsung berlari ke arah Brahm dan menusukkan pedangnya.
Brahm menghindar dengan melempar dirinya ke samping dan dilanjutkan dengan me-roll-kan dirinya. Ketika Brahm bersiap menyerang, Kai sudah menodong Brahm dengan mata pedangnya.
“Kamu kebanyakan celah, kamu juga kurang yakin sama diri kamu sendiri. Tapi lumayan buat anak baru, apalagi baru tadi megang pedang.”
Kai menarik pedangnya dan mundur beberapa langkah tetapi tetap menjaga perhatiannya kepada Brahm.
“Form kamu jelek, kasar, dan engga ada bentuknya. Tapi di saat yang bersamaan, form pedang kamu juga... Apa ya... bebas...” Kai menurunkan pandangannya dari Brahm dan melihat ke bawah.
Ekspresi Kai penuh dengan penyesalan, bahkan bisa dibilang sedih sampai Kai meneteskan air mata.
Brahm melihat ini sebagai kesempatan, ia menerjang Kai dengan penuh tenaga sehingga ia bisa menerobos pertahanan Kai. Kai tidak punya waktu yang cukup untuk bereaksi sehingga Kai terjatuh karena kehilangan keseimbangan.
“Kamu kebanyakan celah, kamu juga kurang yakin sama diri kamu sendiri.” Kata Brahm dengan tersenyum lebar sambil menodong Kai dengan mata pedangnya.
Kai tertawa kecil dan menyeka air mata yang keluar dari mata kirinya.
“Nyerah?” Brahm menjulurkan tangannya untuk membantu Kai berdiri.
“Iya. Not bad.... rookie” Kai mengambil tangan Brahm dan berdiri sambil tersenyum kepada Brahm.
‘Lucu banget, sial’ pikir Brahm
Kai pergi sambil membersihkan dirinya dari debu, ia juga mengatur napas dan postur tubuhnya.
‘Gua bisa ga ya, punya chance sama dia’
‘Ahh, **** it’
“Eehh... Kai!” teriak Brahm sambil menghampiri Kai.
“Ummm... Uhh...”
“Hm?” Kai memutarbalikkan badannya.
“Kapan-kapan, kita sparing lagi, ya?”
“Hm.” Kai mengangguk dan melepas peralatannya sambil pergi dari Brahm.
*BUMP-BUMP* *BUMP-BUMP* hati Brahm masih deg-degan setelah menanyakan hal itu kepada Kai.
‘Uwaahh, tegang coy’ Brahm mengatur napasnya.
.........................
“Lu naksir sama Kai, boss?" tanya Alden sambil menyikut kecil Yora
“Pala lu naksir"
"Terus si Seir gimana?”
Yora menghela napas panjang "Gua ga tau, Den. Masih engga ada kabar apa-apa” kata Yora dengan ekspresi yang muram.
Tatapan Yora kosong melihat langit. Yora kemudian menggenggam sebuah kalung yang tergantung di lehernya.
“Lu sendiri gimana? Naksir apa siapa lu?” lanjut Yora berusaha mencairkan suasana.
“Nih, boss” Alden menunjukkan pedang dua tangan miliknya lalu menciumi seluruh pedang tersebut.
Yora menghela napas panjang. ‘Heran gua, anak buah gua pada goblok-goblok banget ya’ pikirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Piccolo
Tunggu tiap hari untuk update cerita ini, terima kasih thor!
2023-10-28
0