Bab 5

"Darimana kamu?" Tanya Sofia sambil berkacak pinggang memandang tajam Alexander.

"Aku dari rumah Nadine." jawab Alexander, mendengar jawaban Alexander tentu saja membuat Sofia terkejut. Matanya bahkan sampai melotot, menatap tajam Alexander. Dia benar-benar marah saat ini, mendengar nama Nadine saja dia tidak sudi apalagi mendengar bahwa suaminya baru saja mengunjungi rumah Nadine. Sofia seolah lupa bahwa Nadine juga masih istri Alexander. Dia juga lupa jika Nadine jauh lebih berhak atas Alexander di bandingkan dirinya, karena Nadine masihlah istri sah Alexander berbeda dengannya yang masih berstatus sebagai istri siri Alexander sampai detik ini. Dia bahkan tidak peduli di nilai egois oleh Alexander, yang terpenting Alexander tetap menjadi miliknya dan anak yang dikandungnya saat ini.

"kalau kamu lupa, Nadine juga masih sah sebagai istri aku. Jadi wajar kalau aku jenguk dia di saat dia lagi sakit kayak gini." ujar Alexander, dia sebenarnya sangat muak dengan sikap egois Sofia. Hanya saja cintanya pada Sofia seolah membutakan mata dan hati Alexander.

Tidak ingin berdebat lebih panjang lagi dengan Sofia, Alexander memilih untuk pergi dari hadapan Sofia. Dia tidak ingin terlalu lama berdebat karena dia takut akan mengucapkan kata-kata yang lebih menyakitkan lagi untuk istrinya itu, dia tidak ingin membuat istrinya sedih karena ucapannya. Terkadang cinta memang bisa membutakan segalanya, bahkan Alexander selalu menutup mata selama ini atas semua kesalahan yang di lakukan Sofia pada istri pertama dan kedua anak kembarnya.

Bagi Alexander Sofia adalah sosok wanita paling sempurna, baik hati dan lugu. Padahal kenyataannya Sofia bukanlah gadis sebaik itu andai saja dia mau membuka matanya lebar-lebar. tidak ada wanita baik yang akan menyakiti anak kecil hanya karena merasa cemburu. Selama ini setiap kali Sofia dan Nadine bertengkar, Alexander selalu menyalakan Nadine. Bahkan Alexander tidak akan segan menyakiti fisik istri pertamanya itu jika dia mengganggu istri keduanya.

Dulu pernah Alexander sampai mengurung Nadine di penjara bawah tanah Mension miliknya hanya karena Nadine tidak sengaja mendorong Sofia di kolam renang hingga membuat Sofia tidak sadarkan diri selama 1 hari penuh. Alexander menuding Nadine sengaja mendorong Sofia karena cemburu padahal yang sebenarnya terjadi adalah sofialah yang ingin mendorong Nadine saat itu, tapi Nadine berhasil menghindari Sofia hingga akhirnya sofialah yang terjatuh. Tapi tepat setelah Sofia terjatuh Alexander datang dan melihat Sofia sudah tenggelam di kolam. Sofia memang tidak pandai berenang, itulah sebabnya dia tenggelam setelah terjatuh dan saat itu Nadine enggan menolongnya. Dia kesal dengan Sofia yang selalu berlaku sesuka hatinya padanya, dia muak tapi semua orang seakan selalu memihak wanita itu.

Melihat Sofia yang tidak berdaya, membuat Alexander murka. Dia marah pada Nadine hingga tanpa perasaan dia menyeret Nadine keruang bawah tanah Mension miliknya. Nadine di kurung di sana, bahkan Alexander juga menyuruh anak buahnya untuk menyiksa Nadine. Luka fisik dan luka batin Nadine semakin menganga saat itu, tapi karena cintanya yang buta membuat Nadine lupa akan semua itu. Tidak peduli berapa sering Alexander menyiksanya, Nadine selalu memaafkan Alexander. Setelah itu dia kembali mengejar cinta suaminya itu. Bodoh memang, tapi begitulah cinta terkadang bisa membuat orang buta.

Alexander tidak pernah merasa menyesal sedikitpun atas apa yang sudah dia lakukan pada Nadine. Baginya itu pantas Nadine dapatkan atas apa yang sudah Nadine lakukan. sedangkan jika Sofia yang melakukan kesalahan Alexander tidak akan pernah melakukan apapun pada wanita itu. Dia hanya diam saja, atau berpura-pura tidak menyaksikan apa-apa.

Di dalam kamarnya Alexander termenung memikirkan kedua anak kembarnya yang selama ini sudah di sia-siakannya hanya karena rasa bencinya pada ibu kedua anaknya itu.

"ARGHHHH." Teriak Alexander sambil melempar apapun yang berada di hadapannya. Alexander meremas rambutnya kasar, dia terlalu pusing dengan semua masalah di hidupnya. Dalam hati kecilnya dia sangat berharap Sofia mau menerima kedua anaknya itu, andai saja Sofia mau menerima keduanya Alexander mungkin akan mengambil kedua anaknya itu dari tangan Nadine dan menjadikan mereka berdua sebagai anaknya dan Sofia. Tapi sayangnya Sofia tidak mau menerima mereka berdua, tentu saja wanita itu tidak akan pernah mau menerima anak dari wanita yang sudah merebut Alexander. Lagi pula dia juga akan segera memiliki anak sendiri lalu untuk apa mengambil anak orang lain.

Mendengar keributan dari dalam kamar, Sofia segera bergegas masuk ke kamarnya. Dapat dilihatnya saat ini kamar mereka berantakan. Bahkan beberapa lipstik dan bedak miliknya berserakan di lantai. Wajah Sofia sampai memerah karena amarah. Dia sangat marah melihat kamar mereka yang seperti habis terkena angin topan. Terlebih semua barang-barangnya berserakan dengan mengenaskan dilantai seperti itu, Sofia tidak terima. Dia segera berjalan menghampiri suaminya yang saat ini terduduk di atas kasur dengan rambut berantakan.

"Apa-apaan kamu mas. kenapa kamar berantakan kayak gini, barang-barang aku kenapa semua hancur kayak gini." Marah sofia

"jawab mas, jangan diam aja. Apa karena Nadine kamu kayak gini. Kamu mulai cinta sama Nadine? JAWAB MAS." Teriak Sofia murka, nafasnya sampai memburu. Hatinya merasa sangat panas saat ini, memikirkan segala kemungkinan itu membuat jiwanya mendidih.

"aku nggak bakalan biarin kamu cinta sama wanita murahan itu mas, kamu hanya miliki aku. aku nggak bakalan biarin dia rebut kamu dari aku." batin Sofia

"Maaf." lirih Alexander tanpa memandang wajah Sofia sedikit pun.

"Aku nggak butuh maaf mas, aku butuh jawaban kamu." Desak Sofia sambil menarik kerah kemeja Alexander. bahkan kedua tangannya sampai bergetar karena amarah.

"ARGHHHH."Teriak Sofia tiba-tiba sambil mencengkram kuat perutnya yang terasa sangat sakit.

"Kamu kenapa sayang?" panik Alexander, segera dia berdiri menopang tubuh Sofia yang hampir saja ambruk. Alexander semakin terkejut saat melihat kaki sofia di penuhi darah.

"oh tidak, sayang buka mata kamu." Histeris Alexander setelah Sofia memejamkan kedua matanya.

Alexander segera menggendong Sofia, lalu segera berlari kearah bagasi mobil. Dia harus segera membawa Sofia ke rumah sakit saat ini. Alexander merasa ketakutan sekarang, dia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri jika terjadi sesuatu yang buruk pada istri tercintanya itu.

"Pak Bagas segera siapkan mobil, CEPAT PAK." teriak Alexander. Melihat keadaan majikannya yang memprihatinkan membuat pak Bagas juga ikut khawatir. Dia bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Beberapa waktu yang lalu dia tidak sengaja mendengar pertengkaran kedua majikannya di ruang tamu. Tapi dia tidak ingin ikut campur masalah kedua majikannya ini, pak Bagas sadar akan posisi siapa dirinya. Jadi dia hanya menuruti saja perintah majikannya ini. Dia hanya berharap semoga semuanya baik-baik saja, walaupun sejujurnya pak Bagas tidak begitu menyukai istri kedua majikannya ini. Karena wanita itu kerap kali merendahkan mereka, sangat berbeda dengan istri pertama tuannya itu. Walaupun istri pertama tuannya itu sering bersifat sebagai antagonis pada kedua anaknya dan juga sering bersikap seperti wanita murahan yang selalu mengejar cinta suaminya walaupun sudah di tolak berkali-kali oleh tuannya ini tapi dia tidak pernah bertindak semena-mena bahkan sampai merendahkan orang-orang yang bekerja di Mension miliknya. Pak Bagas sampai merasa bahwa tuanya ini terlalu bodoh, dia menyia-nyiakan istri pertamanya yang cantik itu hanya untuk istri keduanya yang tidak secantik istri pertamanya. Lagi pula bukankah wajar seorang istri mengejar cinta suaminya sendiri, pikir pak Bagas. Tapi sudahlah itu bukan urusannya bukan. Dia hanya bisa berdoa saja yang terbaik untuk tuannya juga kedua istrinya itu.