Bab 2

Pagi Hari

Al terbangun ketika mendengar suara Adzan dari Masjid sekitar rumahnya, ia lekas membersihkan diri dan menunaikan kewajibannya, tak lupa setelahnya ia membaca Al - quran, walau hanya sebentar tapi baginya itu cukup, karena Ayah dan Ibunya mengajarkan Al dan adik - adiknya supaya tidak lupa kepada sang pencipta walau dalam kesibukan apapun.

Setelah selesai Al membuka buku sekolahnya untuk sekedar membaca agar ketika di sekolah dia sudah tau garis besar materi yang akan diterima nanti ketika sekolah.

Saat asik belajar ibunya datang membawa teh hangat dan camilan untuk Al

"Nak ini diminum dulu tehnya, supaya hangat perutnya"

"Iya bu, terimakasih" balasnya seraya tersenyum.

"Segera siap - siap lah, biar nanti tidak terlambat lagi, adikmu juga sudah bangun semua"

"Iya bu"

Lalu ia melanjutkan lagi aktifitas belajarnya.

"Selamat pagi bang" sapa anggi adik perempuannya sambil mencium pipi Al.

"Pagi juga cantik, sudah belajar?"

"Sudah dong"

"Bohong bang, kak anggi semalem nonton drama sampe ketiduran, aku yang matikan laptopnya" sahut si bontot Andi yang suka ngajak ribut kakak perempuannya.

"Apaan sih dek, orang sebelum nonton drama kakak belajar dulu kok" balas Anggi ketus.

"Yee mana masuk kalo belajar abis itu nonton drama, yang ada ingetnya adegan drama, mana ngehalu mulu lagi" balas Andi.

"Biarin, wleee" ledek anggi sambil memeletkan lidah.

"Hus udah dek, pagi - pagi kok udah debat, nggak capek apa, udah pada gede juga masak mau berantem terus". Tegas Al memisahkan, karena bila dibiarkan mereka akan berdebat sampai nanti berpisah ketika berangkat sekolah.

Anggi sekarang duduk di bangku kelas 9 SMP, sedangkan Andi kelas 6 SD, ya mereka berjarak 3 tahun masing - masing, ini juga salah satu alasan Al untuk bejerja membantu ekonomi keluarganya, karena sebentar lagi mereka pasti membutuhkan biaya besar untuk keperluan sekolahnya, bayangkan saja 1 mau masuk SMP, 1 mau masuk SMA, 1 akan masuk Perguruan tinggi, bagaimana tidak pusing orang tua mereka memikirkan biaya anak anaknya, untung saja Al sadar hal itu, jadi dia tidak ingin membebani orang tuanya tentang biaya Kukiahnya.

"Eh bang, kak Raissa apa kabar, kok udah jarang main kesini?" tanya Anggi

"Kan udah mau ujian, jadi mau fokus dulu, abang juga akhir akhir ini lagi sibuk, jadi nggak sempet mikir main"

Anggi hanya membulatkan mulutnya membentuj huruf "O" tanpa mengeluarkan suara.

"Yaudah ayok sarapan dulu"

"Ayok bang" ucap kedua adiknya bebarengan.

"Kamu kok ikut - ikutan sih dek" kesal anggi.

"Siapa juga yang mau ikutin kakak, yang ada kakak tuh yang gak kreatif jawabnya" ledek si bungsu.

"Mau lanjut ribut niiih?"

Jika sang abang sudah bicara dengan nada agak panjang itu tandanya mereka harus damai sementara, kalau tidak kedepannya mereka akan tersiksa karena tak ada yang membimbing mereka belajar.

Jika ada yang tanya kenapa gak Orang tuanya aja yang ngajarin? Mereka mengerti jika Orang tuanya pusing memikirkan nasib pendidikan mereka kedepannya, jadi mereka tak ingin menambah beban Orang tuanya itu.

Di meja makan.

"Bang apa kamu nggak sebaiknya berhenti dulu dari resto?" tanya sang Ibu dengan pandangan khawatir dan kasihan.

"Iya bang, kamu sebentar lagi mau ujian kelulusan, fokus aja sama pelajaranmu, jangan pikirkan soal uang kuliah, InsyaAllah Ayah masih bisa membiayai" sambung Ayahnya.

"Ayah, Ibu InsyaAllah aku masih bisa bagi waktu kok, lagian masalah kuliah itu aku masih belum pikirkan lagi, sementara biar lanjut di resto dulu ya, sekalian cari pengalaman kerja."

Kalau sudah sepeeti ini Orang tuanya hanya bisa menghela nafas.

"Yasudah lanjut sarapan gih, terus segera berangkat, kakak sama adek dianter Ayah sekalian yaa, biar Ayah gak bolak - balik."

"Iya bu" jawab ketiga anaknya kompak.

Selesai sarapan mereka berangkat dengan tujuan masing masing, Al berangkat berjalan sampai halte bus di dekat rumahnya, Ayahnya mengantar Anggi dan Andi sekaligus karena sekolah mereka satu arah dan tidak terlalu jauh.

Sampai di sekolah Al langsung menuju kelasnya untuk tidur lagi, ia merasa masih kurang tidur semalam badannya juga sedikit capek, tapi nggak mungkin ia tunjukkan di depan keluarganya, ia tak ingin keluarganya kepikiran dirinya.

Sampai kelas ia menuju bangkunya lalu langsung merebahkan kepalanya di meja dan tertidur, bahkan sampai bel masuk pun ia tetap tidak terbangun, sampai akhirnya setelah ada guru pengajar yang kebetulan adalah Pak Boim salah satu guru paling ditakuti karena galak di sekolah itu masuk kelas, Pak Boim yang melihat Al tidak menegakkan kepala saat masuk tadi merasa curiga, Pak Boim menghampiri meja Al dan berdiri tepat di samping Al yang masih saja tertidur, padahal teman temannya sudah memberi kode agar Al bangun.

BRAK...

"Abang ngantuk ibu, 5 menit lagi yaa" ia berbicara seolah - olah yang membangunkannya adalah ibunya.

"Iya 5 menit dari sekarang kamu ke ruang BK, akui kesalahan dan minta hukumanmu" bentak Pak Boim.

Karena kaget Al langsung terbangun

"Eh Pak Bot - Boim, hehe" sambil cengengesan, tampan sih memang tapi sedikit menyebalkan.

"Keluar kamu, langsung ke ruang BK, setelah kamu dilarang ikut jam pelajaran saya selama 1 minggu." sarkas guru killer itu.

"Ohhh, kebeneran deh pak saya ngantuk banget, terimakasih banyak pak" ucapnya seraya mengambil tas lalu keluar kelas dengan ber-dadah ria.

*Ya itulah kelakuan Al di sekolah, ia seperti itu bukan tanpa alasan.

Alasan pertama dia tidak ingin diganggu makhluk yang namanya perempuan di sekolahnya, pada mulanya ia hanya ingin sekolah dan lulus dengan nilai terbaik, tapi saat sudah berpacaran dengan Raissa ia makin tak ingin dekat dengan perempuan lain.

Alasan ke-dua di sekolahnya semakin pintar maka semakin banyak teman yang ber pura - pura, alias hanya mau ambil untungnya saja, jadi dengan membentuj sifat yang agak brandal maka semakin sedikit anak yang mau berteman dengannya.

Yang ke-tiga ia memang lebih suka menyendiri, baik dapam belajar maupun dalam pergaulan, makanya ia lebih senang ketika disuruh keluar kelas karena itu adalah kesempatannya untuk belajar sendiri di perpustakaan.

Keluar dari kelasnya Al bukannya langsung ke ruang BK, tapi malah ke kantin sekolah, bukan ingin mengeluarkan uang untuk jajan, tapi ingin menambah uang jajan, di hari - haru biasanya 1 jam mata pelajaran/40 menit sebelum istirahat ia akan izin ke kamar mandi tapi tidak pernah kembali ke kelas sampai jam istirahat.

Al akan selalu membantu penjual penjual yang ada dikantin untuk menyiapkan dagangannya sebelum jam istirahat para siswa, seperti saat ini ia sedang membantu ibu ibu penjual bakso, untuk menyusun dan mengisi mangkok dengan isiannya, jadi nanti ibu kantinnya tinggal menuang kuahnya saja. Kenapa Al bisa tau kalau para pedagang ini bisa menerima bantuan darinya? Tentu saja karena ide untuk menyiapkan dagangan sebelum jam istirahat ini dicetuskan oleh Al sendiri, cerdas memang, kalau biasanya membuka lowongan pekerjaan itu untuk orang lain, ini membuka lowongan untuk dirinya sendiri.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Mohon maaf apabila masih banyak kekurangan - kekurangan dalam penulisan cerita. 🙏

Saya masih baru belajar dan semoga kalian semua berkenan untuk selalu memberi saya masukan di kolom komentar.

Jika memang ingin mengkritik, maka kritik lah, karena saya yakin dengan kritikan kritikan kalian itulah yang akan memberitahu saya letak kekurangan saya sehingga saya bisa belajar lebih baik lagi.

Terimakasih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!