Dion dan Rea turun bersama ke bawah untuk sarapan pagi yang sudah terlambat.
"Apa kamu tidak sekolah hari ini?"
"Ma, dia sudah terlambat."
"Apa kamu sengaja meliburkan diri? Kamu nanti akan jadi anak yang bodoh jika tidak pergi ke sekolah."
Rea tidak berani melihat ke arah sang nenek, dia menundukkan kepalanya. Dion bisa merasakan bahwa pegangan Rea di tangannya semakin kuat, dan itu menandakan kalau dia sedang merasa takut dengan peringatan yang diberikan oleh Mamanya.
"Ma, biarkan dia hari ini. Ini juga salahku."
"Kenapa kamu marah kepada Daddy?"
"Maaf, Nek."
"Ma, dia tidak salah. Aku yang salah sehingga membuatnya marah."
"Apa yang telah Daddy mu lakukan?"
"Ma...."
"Biarkan Mama bertanya! Mama ingin tahu kejadian yang sebenarnya."
Dion sedikit merasa gugup, karena dia takut Rea akan mengatakan hal yang membuat dia marah.
"Daddy tidak ingin membawaku-"
"Sayang...Daddy janji akan membawamu." Dion menghalangi Rea yang ingin mengatakan hal yang sebenarnya.
"Jika kamu ingin sesuatu, kamu minta saja kepada Nenek. Tidak usah meminta kepada Daddy, karena dia bekerja."
Dion sedikit merasa tenang karena Rea tidak sempat mengatakannya.
Setelah sarapan, Dion dan Rea pergi bersama. Dion mengatakan dia akan membawa Rea hari ini.
"Kalian membutuhkan Nancy, Mama akan menghubunginya."
"Tidak, Ma. Nancy mungkin sedang ada pemotretan, Mama jangan mengganggunya."
Satu hal yang membuat Dion tidak suka, jika mamanya selalu melibatkan Nancy. Dion tidak ingin jika Nancy harus ada di antara dia dan Rea.
"Kita ke perusahaan dulu."
"Dad sudah janji akan membawaku bertemu mommy."
"Ya, tapi tidak sekarang, Sayang."
"Aku ingin sekarang, Dad."
"Tapi Dad harus ke perusahaan dulu."
"Daddy bohong, aku akan pergi sendiri."
Dion mengalah mendengar perkataan Rea. Dia menyuruh supir untuk membawa mereka ke rumah Sierra terlebih dahulu, tapi sampai di sana, rumah Sierra terlihat sepi dan tidak berpenghuni.
"Mereka sedang tidak di rumah, ayo kita pergi ke perusahaan dulu."
"Aku akan hubungi Mommy." Rea mengeluarkan ponsel yang sengaja dia bawa dari rumah di dalam tas ranselnya. Dia sudah membawa persiapan ketika Dion berjanji akan membawanya.
Dion terlihat mengeraskan rahangnya, tapi dia tidak boleh sampai kelepasan marah kepada Rea, bisa-bisa anak itu akan marah kepadanya lagi. Dia juga tidak menyangka Rea se pintar itu, dia melakukan berbagai cara agar bisa bertemu dengan Sierra.
"Ayo, Dad. Bawa aku ke perusahaan Mommy. Dia ada di sana."
Dion benar-benar tidak bisa melakukan apa-apa demi Rea agar tidak marah kepadanya.Dia sangat tidak bisa jika Rea mengabaikannya, karena dia sangat menyayangi putrinya itu. Dia memberikan kasih sayang sepenuhnya kepada Rea, dia tidak ingin Rea kekurangan kasih sayang karena selama ini Rea tumbuh tanpa seorang mommy.
Dion tersenyum samar ketika dia berjalan bersama Rea masuk ke dalam perusahaan Sahila Grup. Dia bisa melihat jika keadaan perusahaan itu sekarang benar-benar sepi tanpa ada karyawan seorang pun. Dia merasa puas melihat keadaan itu.
Dug dug dug
"Mom, aku di sini." Rea memanggil Sierra yang berada di dalam ruangannya, karena mereka sudah berada di depan ruangan Sierra saat ini.
Klek
Pintu terbuka dan menampakkan Sierra dengan wajahnya yang terlihat letih.
"Mommy." Rea langsung memeluk tubuh Rea yang disambut oleh Sierra dengan perasaan bahagia. Dion yang berdiri di tempatnya bisa melihat kebahagiaan putrinya saat bertemu dengan Sierra.
"Dad boleh pergi!" Rea seperti mengusir Dion.
"Daddy akan menjemputmu sebelum makan siang nanti!"
"Tidak, Dad, Aku akan bersama Mommy sampai sore!"
Dion melihat ke arah Sierra dengan tajam, dia seperti ingin memberikan kode melalui tatapan itu supaya Sierra bisa membujuk Rea. Tapi Sierra tidak ingin melakukan itu, dia tersenyum tipis karena dia ingin membalas Dion.
"Re-,"
"Daddy jahat!" Rea kembali dengan aksinya yaitu mengeluarkan tangisannya.
"Daddy akan menjemputmu di waktu sore," kata Dion. Sementara Rea langsung menghentikan tangisnya.
Dion pergi dari perusahaan keluarga Sierra dengan perasaan marah, dia terpaksa mengalah karena tidak ingin membuat Rea kecewa.
*
*
*
"Apa Mom sakit?" Rea memegang wajah Sierra yang terlihat lelah.
"Tidak, Sayang! Mommy hanya sedikit lelah." Sierra berkata jujur. Dia memang sangat lelah saat ini, karena semalam dia tidur larut malam untuk menyelesaikan rancangan proposalnya.
"Mommy harus istirahat. Kata Nenek, kalau kita lelah, kita harus istirahat, dan tidak boleh memaksakan diri."
Sierra tersenyum kecil mendengar nasehat dari Rea. Putrinya itu selalu menyematkan kata nenek jika dia membicarakan sesuatu. Sungguh didikan orang tua Dion benar-benar menjadikan seorang Rea menjadi anak yang bijak.
Sekitar pukul dua siang, Sierra membawa Rea pulang ke rumah. Dia berencana akan membawa pekerjaannya ke rumah. Saat ini tidak banyak yang dia kerjakan di perusahaan, bahkan jika dia tidak datang pun tidak ada masalah, karena hanya dia yang ada di perusahaan itu.
"Ehmmm makanannya lezat sekali, Mom."
"Brenda, kalau sedang makan, kita tidak boleh bicara, itu tidak sopan."
"Kamu juga sudah bicara."
"Aku memberitahumu."
"Kamu bicara lagi, Kamu juga tidak sopan."
Sierra bisa mendengar pertengkaran kedua putrinya itu, dia hanya mendengarkan karena saat ini dia masih memasak sesuatu untuk mereka makan.
"Aku boleh minta lagi, Mom?"
"Sebentar, Mommy akan membuatnya lagi! Apa kamu juga?" Sierra melihat kearah piring Rea yang juga sudah kosong.
"Dia tidak suka itu, Mom."
"Aku suka." Rea dengan cepat berkata.
Sierra tersenyum melihat tingkah Rea. Dia tahu jika gadis kecil itu menyukai makanannya, tapi dia hanya malu untuk mengatakan karena dari awal dia mengatakan kepada Brenda makanan itu tidak sehat.
"Mommy akan membuatnya lagi, tapi hanya sedikit, karena kita akan makan makanan yang lain!" Sierra juga tidak ingin memberikan Rea makanan yang asal, dia akan memberikan makanan sesuai dengan yang dimakan Rea selama ini. Jika dilihat, memang pola makan Rea dan Brenda sangat jauh berbeda, mungkin karena mereka diasuh oleh keluarga yang berbeda.
Selama bersama Rea, suasana rumah mereka menjadi sedikit ramai. Rea adalah anak yang sangat periang, dan Brenda juga seperti telah menyatu dengannya. Saat ini mereka asik bermain meskipun kadang masih ada perbedaan pendapat diantara mereka.
Sierra memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya dan membiarkan dua gadis kembar itu bermain. Hingga tanpa dia sadari matanya terpejam dan dia tertidur.
"Apa itu sakit?"
"Tidak, tapi dia berdarah."
"Aku akan mengobatinya!"
"Kenapa dengan kaki kamu?"
Brenda yang ingin pergi mengambil obat untuk Rea berhenti melangkah karena mendengar suara seseorang.
"Apa yang kamu lakukan kepada putriku?" Dion mendekat ke arah Rea yang duduk sambil memegang sebelah kakinya yang berdarah.
"Dad, Brenda tidak melakukan apa pun, aku yang jatuh sendiri."
Mengetahui bahwa yang datang adalah Dion, Brenda kembali melanjutkan langkahnya.
"Pakai obat ini!"
Bruk
Tubuh Brenda terhempas ke lantai karena Dion menepis uluran tangannya yang ingin memberikan obat, dan membuat tubuhnya terjatuh.
"Brenda!" Tiba-tiba Sierra juga datang, dia terbangun dari tidurnya karena mendengar keributan di luar kamar.
"Kamu baik-baik saja?" Sierra sangat khawatir melihat Brenda. Setiap kali Brenda terjatuh, pasti dia terlihat sangat khawatir, meskipun terkadang Brenda tidak merasakan sakit.
"Ajarkan putrimu tentang kesopanan, agar dia tidak menjadi penjahat nantinya."
Dion mengangkat tubuh Rea dan membawanya pergi tanpa Sierra sempat melihat keadaannya karena terlalu khawatir dengan Brenda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Uthie
Duhhhhhh.... si Dion di buat hancur atau bagaimana dehhh itu 😡😡😡😡
jadi manusia gak punya hati banget sihhhh.... koq aneh.. sayang sama Rea tapi jahatin anak kandungnya yg masih satu kandungan dulu nya 😡😡
2023-10-20
1
Retno Sulistyowati
kejam kali si dion masak ama anaknya sendiri sejahat itu
2023-10-19
1