Sepulang Dion dari perusahaan, dia langsung menuju kamar Rea, dan ternyata kamar itu telah terbuka. Dia mengintip sebentar siapa yang ada di dalam kamar itu bersama Rea, dan melihat seorang pelayan yang sedang menemani Rea.
Ehmmm
Dion sedikit mengeluarkan suaranya supaya Rea sadar bahwa dia ada di situ. Dari tempatnya Rea memutar kepalanya dan melihat ke arah Dion, tapi setelah dia tahu bahwa yang datang adalah Dion, Rea kembali mengacuhkannya. Dia masih marah kepada daddynya.
Dion berjalan mendekat memberi kode kepada pelayan untuk pergi dari kamar itu, karena dia ingin membujuk Rea supaya tidak marah dengannya lagi.
"Kamu masih marah dengan Daddy?" Dion duduk di pinggir ranjang Rea.
Rea hanya diam dan tidak ingin menjawab pertanyaannya.
"Rea...apa kamu tidak sayang dengan daddy lagi?" kembali Dion mencoba supaya Rea mau berbicara kepadanya.
"Daddy jahat!" kata itu yang dikeluarkan Rea dari mulut kecilnya.
"Sayang, kenapa masih marah dengan Daddy?"
Dion ingin memastikan apa sebenarnya yang membuat gadis kecil ini sangat marah dengannnya.
"Daddy tidak boleh mengeluarkan Brenda dari sekolah."
"Ya sudah, Daddy tidak akan mengeluarkannya dari sekolah itu."
Rea langsung membalikkan tubuhnya menghadap kepada Dion.
"Daddy janji?"
"Hemm"
"Kenapa tidak dijawab, Dad." Rea kembali kesal karena dia hanya bergumam.
"Ya, Daddy berjanji." Dion akhirnya mengalah, karena tidak ingin Rea kembali mengacuhkannya.
"Terima kasih, Daddy." Rea memeluk tubuh Dion karena senang. Dion juga sudah merasa lega setelah Rea tidak kesal kepadanya lagi. Selama ini belum pernah gadis kecilnya itu marah seperti ini sampai mengacuhkannya, dan itu semua disebabkan karena dia bertemu dengan Brenda dan Sierra.
...----------------...
Paginya saat di sekolah, Rea berlari menuju kelasnya lebih dulu. Dia ingin memastikan apakah Brenda benar-benar masih datang ke sekolah setelah daddynya berjanji untuk tidak mengeluarkannya. Sementara Dion yang telah mengantarkannya pagi ini telah pergi karena dia ada pertemuan penting dengan perusahaan asing.
Sampai di kelas, Rea belum melihat Brenda berada di kelas itu. Dia kembali berlari keluar dan menunggu kedatangan Brenda di halaman depan sekolah.
Beberapa menit menunggu, Rea melihat Brenda turun dari sebuah mobil. Tapi dia tidak melihat Sierra ikut turun bersama Brenda.
"Aku akan masuk sendiri, Mom." Sebelum mereka sampai di sekolah, Brenda sudah mengatakan kepada Sierra bahwa dia tidak perlu diantar oleh Sierra sampai ke dalam sekolah. Dia akan pergi sendiri, karena tujuannya agar Rea tidak bisa bertemu dengan mommynya.
"Baiklah, Mom akan melihatmu dari mobil saja." Ini terpaksa Sierra setujui karena tidak ingin Brenda marah lagi.
Mobil yang di bawanya sudah berhenti di depan sekolah Brenda, dan dia benar-benar tidak turun dari mobilnya. Tapi dia bisa melihat dari kaca mobil bahwa Rea sedang berdiri sendiri di halaman sekolah. Dia tidak tahu apa yang dilakukan anak itu, dia ingin melihat Rea, tapi Brenda masih terlihat berjalan dan belum sampai ke kelasnya.
Brenda yang berjalan menuju kelasnya melihat ke arah Rea yang berdiri, sementara Rea kembali ingin menyapanya, tapi Brenda memalingkan wajahnya dan berjalan lebih cepat untuk menghindar dari Rea.
Sebelum Rea berniat ingin menyusul Brenda, tiba-tiba dia dihentikan oleh Sierra yang ternyata sudah turun dari mobil.
"Rea..."
Rea membalikkan tubuhnya.
"Mom." Rea tidak bisa menahan rasa bahagianya saat melihat Sierra yang datang menghampirinya.
Sierra menarik tubuh Rea dan membawanya ke tempat yang tidak bisa dilihat oleh Brenda nantinya.
"Mommy." Rea kembali memanggil Sierra dengan panggilan mommy. Sedangkan Sierra hanya bisa tersenyum haru mendengarkan itu.
"Maafkan Mommy, Sayang." Sierra sudah memeluk tubuh Rea dengan erat. Dia tidak ingin bertanya lagi kenapa Rea bisa mengetahui bahwa dia adalah mommynya, karena tebakan Rea itu sudah benar. Apalagi dia juga ingin melihat Rea karena dialah yang melahirkan anak itu.
"Apa kamu boleh berjanji dengan, Mommy?" Sierra ingin membuat kesepakatan dengan Rea.
Rea menganggukkan kepalanya.
"Mommy minta tolong, kamu tidak boleh mendekati Brenda jika dia tidak ingin didekati."
"Aku hanya ingin bermain dengannya, Mom."
"Ya, Sayang. Kamu boleh bermain dengannya jika dia sudah menginginkannya."
Rea memasang wajah bingungnya karena sedikit tidak memahami maksud dari pemerintah katakan Sierra.
"Brenda akan mau berteman, tapi dia tidak boleh dipaksa. Apa kamu mengerti maksud Mommy?"
Rea kembali menganggukkan kepalanya dan membuat rambutnya yang diikat ikut bergerak.
"Good, Sayang. Kamu anak pintar. Sekarang ayo masuk ke kelas, nanti kamu bisa terlambat."
"Ok, Mom." Rea berlari meninggalkan Sierra yang masih melihatnya hingga masuk ke dalam kelasnya.
Sierra sangat senang karena Rea bisa diajak bekerjasama saat ini. Dia hanya tidak ingin Brenda akan menyakiti Rea, karena Rea terus mengajaknya untuk berteman ataupun bermain bersama. Dia akan mencoba secara perlahan agar Brenda tidak marah jika didekati oleh Rea. Bagaimanapun mereka adalah bersaudara, lahir dari rahim yang sama. Meskipun mereka tidak tinggal bersama, setidaknya mereka bisa saling mengenal dan menyayangi nantinya. Sierra tidak peduli dengan Dion, karena sekarang bukan dia yang mendekati Rea, tapi Rea sendirilah yang datang kepadanya.
...----------------...
Sierra sangat gugup saat ini, karena dia hampir terlambat menghadiri pertemuan para perusahaan dengan pimpinan perusahaan luar negri yang akan membuat kerjasama dengan perusahaan di kota x.
Sreeeet
Sierra membuka pintu sebuah ruangan tempat di mana pertemuan itu berlangsung.
Mata semua orang yang berada di dalam ruangan itu tertuju kepada Sierra, dan membuat Sierra sedikit gugup karena suasana di ruangan itu begitu tenang. Rupanya semua orang telah berada di ruangan itu, dialah satu-satunya orang yang terlambat menghadiri acara itu.
Sierra sangat malu saat ini, dia tetap melangkahkan kaki masuk ke dalam ruangan itu dengan wajah tertunduk. Sementara di sudut ruangan itu, wajah seorang pria menatapnya dengan tatapan sinis. Ya, dia adalah Dion, yang juga ikut menghadiri pertemuan tersebut.
Satu persatu dari setiap perusahaan memaparkan rancangan kerjasama yang telah disusun mereka termasuk dengan Sierra. Di saat Sierra tampil ke depan, dia baru menyadari bahwa di ruangan itu ternyata juga ada Dion. Tatapan Dion kepadanya sudah bisa dia artikan sendiri, yaitu tatapan meremehkan.
Diakhir pertemuan itu langsung ditentukan siapa yang berhak mendapatkan kerjasama tersebut yang dinilai dari kelayakan rancangan yang dipaparkan mereka.
"Perusahaan yang mendapatkan kesempatan saat ini ada dua, nanti ke dua perusahaan ini akan dinilai kembali kelayakannnya." MC acara itu berkata di atas podium.
Sierra duduk gelisah di kursinya, dia berharap perusahaan mereka akan mendapatkan kesempatan itu.
"Perusahaan yang terpilih adalah Barata Grup," sang MC berhenti sejenak karena sambutan tepuk tangan, sementara Dion menampilkan senyum kecil di bibirnya. "Dan perusahaan Sahila Grup."
Sierra melebarkan bola matanya, meskipun begitu di dalam hatinya terasa bahagia karena perusahaan mereka mendapatkan kesempatan itu meskipun harus bersaing dengan Dion lagi.
"Saya ingin protes." Tiba-tiba Dion berbicara yang membuat Sierra menatapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments