#6
"Ikut aku…" Ujarnya dingin, tanpa sapa, apalagi kata maaf, dan rasa sesal, ia menggenggam lengan Aya dengan kuat kemudian menariknya, Aya yang masih terkejut bahkan tak sempat mengelak, namun sesaat kemudian ia kembali ke alam sadar nya, bahkan mengenal dengan baik siapa pria yang kini menyeretnya dengan paksa.
Aya menghempaskan lengannya, entah dapat kekuatan dari mana, karena genggaman erat itu seketika terlepas. "Lepas!!! Aku gak mau." Tolak nya dengan mata menyorot tajam penuh amarah, kemudian pergi meninggalkan Darren begitu saja.
Darren kembali melangkah cepat menghampiri Aya yang berjalan menjauhinya, "aku gak punya banyak waktu, jadi tolong kerjasamanya," Paksa Darren bahkan tak ada sedikitpun rasa iba apalagi ingin memohon maaf.
"Kalau kamu tak punya banyak waktu, kenapa harus buang buang waktu menemuiku." Aya semakin menatap penuh kebencian.
Lagi lagi Aya berlalu pergi, dan Darren tak menyerah mengikuti sambil berkali kali meminta Aya untuk sejenak berbicara dengannya. "Pergilah… jangan lagi bicara padaku." Aya sungguh merasa muak.
"Jangan berbasa basi, apalagi jual mahal padaku, Ini soal malam itu," Ujar Darren tak mau kalah, namun karena Aya terus menghindar, pria itu tak lagi punya pilihan, dengan kasar ia memanggul tubuh mungil Aya di pundaknya seperti layaknya membawa karung beras, kemudian dengan paksa mendudukkannya di kursi mobil, "sebaiknya diam dan menurut, atau aku akan mengikatmu!!"
Aya pun diam ia duduk meringkuk ke arah pintu, sambil memeluk tas.
BRAK!!!
Darren menutup pintu mobilnya dengan kasar, kemudian menatap Aya dengan tatapan tajam dan wajah dingin tak terbaca, berbanding terbalik dengan ketika mereka bertemu sebelum tragedi naas terjadi, "apa kamu tahu berapa jam aku menunggumu?" Tanya nya dengan tubuh menghadap ke samping.
"Bukan urusanku, lagi pula aku tak memintamu menungguku."
"Okey kamu memang tak memintaku menunggu, tapi setidaknya kamu harus tahu satu hal, malam itu hanya kesalahan, aku tak sengaja melakukannya, karena teman temanku mengerjaiku,"
Sunyi tak ada tanggapan dari Aya sama sekali, padahal Darren menanti reaksi Aya.
"Tapi jangan khawatir aku akan memberi kompensasi untuk kejadian malam itu, berapa harga keperawananmu, akan ku berikan berapapun yang kamu inginkan." Darren Alexander Geraldy.
Setitik bening tiba tiba turun tanpa permisi, Aya tak menyangka begitu rendah Darren menilai dirinya, rupanya satu tahun membawa perubahan begitu besar pada seorang Darren, bahkan Darren yang dulu begitu peduli dan menghargai dirinya, kini menjelma menjadi sosok yang angkuh dan tak berakhlak.
"Jika aku menerima uangmu, sama halnya dengan aku menjual kehangatan tubuhku." Bibir Aya bergetar kala mengatakannya, sungguh Darren benar benar keterlaluan, tidakkah ia tahu bahwa tidak semua hal di dunia ini bisa di beli dan di tukar dengan uang,
Aya kembali mengusap air matanya yang kini sudah menganak sungai.
"Tak usah bersandiwara, katakan saja berapa yang kamu inginkan, karena aku tak ingin suatu hari ada masalah apalagi sengketa gara gara kejadian beberapa malam yang lalu." Darren semakin tak sabar, "oh ayolah sebutkan saja berapa banyak yang kamu inginkan, aku yakin uang itu akan sangat berguna untuk mu."
"Aku mau pulang," Aya menarik handle pintu namun sia sia, karena sudah terkunci dengan central lock.
"Jangan coba coba lari, karena tak akan semudah itu kamu keluar dari mobilku." Darren bersedekap dengan santai, raut wajahnya benar benar terlihat menyebalkan.
"Buka!!"
"Sudah ku bilang jangan coba coba lari, karena aku tak mau kamu memanfaatkan kedekatanmu dengan mamaku, kemudian mengambil keuntungan dari sana, jadi tetap di sini dan kita bicarakan baik baik."
Aya mendengarkan semua perkataan Darren yang terdengar begitu picik, bagaimana mungkin pria picik ini terlahir dari seorang wanita baik seperti mama Gadisya, dan bahkan kemarin malam wanita baik tersebut memeluk Aya penuh perhatian.
"Ayo lah jangan kelamaan mikirnya, sebutkan saja berapa yang kamu inginkan selagi aku masih bicara baik baik,"
"Bicara baik baik kamu bilang, bahkan tak satupun yang keluar dari mulutmu adalah hal yang baik, kamu benar benar manusia paling picik yang pernah kukenal, asal kamu tahu tak semua hal di dunia ini bisa kamu beli dengan uangmu, dan Aku… TIDAK BUTUH UANGMU!!! BADDJINGAN BREENGGSEKKK!!!"
Aya melontarkan kalimat panjangnya berapi api, emosi yang ia pendam sejak kejadian malam itu benar benar ia keluarkan, walau belum semuanya.
"Hah!!! Sok sekali nada bicaramu, jangan jangan kamu hanya mengulur waktu supaya penawaranku bertambah banyak, begitu?" Melihat reaksi Aya justru membuat Darren semakin angkuh, "dan lagi aku hanya menawarkan kesepakatan damai, kalau kamu tidak mau ya sudah."
PLAAAKKK
Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi Darren, walau rasa sakitnya tak seberapa baginya, tapi cukup menyulut emosi pria tersebut, Darren mencondongkan tubuhnya, membuat Aya panik dan tubuh mungilnya segera bereaksi, ia gemetar panik dengan keringat mulai membasahi tubuhnya.
Darren mencengkeram dagu Aya, "gadis tidak tahu diuntung, sudah bagus aku mau berbaik hati memberi kompensasi padamu, tapi ternyata kamu tak menghargai niat baikku, jangan sampai suatu saat kamu kembali datang dan memohon padaku, karena pada saat itu terjadi aku tak akan sudi lagi, walau kamu berlutut, dan menangis hingga mengeluarkan air mata darah." Dengan kasar Darren menghempaskan dagu Aya, kemudian membuka central lock, tak menunggu lama Aya membuka pintu mobil, kemudian kembali membanting pintu tersebut dengan kekuatan penuh, hingga membuat Darren berjingkat karena terkejut. "Ternyata perangainya kasar juga," Gerutu Darren, kemudian ia mengangkat kedua pundaknya tak peduli, kemudian menjalankan mobilnya meninggalkan restoran pizza tempat Aya bekerja.
Entah kenapa Darren kembali mendatangi teman temannya yang sedang berkumpul di bar, bar tersebut sudah seperti rumah kedua mereka, karena Baldi adalah sang pemilik bar, Baldi adalah saudara sepupu Clara, dan Darren mengenal Baldi dan teman temannya ketika menghadiri ulang tahun gadis itu.
Mereka mulai akrab, walau pada awalnya Darren tak begitu menyukai Baldi dan teman temannya, tapi karena Darren sering mendatangi Clara dan Baldi juga kerap berada di dekat Clara maka pelan tapi pasti, Darren pun mulai terpengaruh, dari yang awalnya cuma coba coba mencicipi Alkohol, hingga akhirnya Darren mulai menikmati cairan memabukkan tersebut, terlebih ketika berkumpul bersama Baldi dan teman temannya yang lain, itu seperti hal yang wajib dilakukan, tapi ketika Baldi menawarkan narkotika Darren dengan tegas menolaknya, karena ia tak ingin terperosok lebih dalam, hingga menjadi pecandu, lagi pula Clara pun marah jika Baldi berani coba coba meracuni Darren dengan narkotika.
"Woooiii… datang juga akhirnya yang ditunggu tunggu." Sambut Baldi ketika melihat Darren datang dengan wajah kusut masai.
Darren hanya menyunggingkan senyum masam mendengar sambutan Baldi, Chiko, dan Teguh.
Setelah saling tos, Darren pun duduk dan langsung menyandarkan punggungnya di sandaran sofa, Baldi dan Chiko segera merapat, mereka sengaja mengapit Darren ditengah.
"Gimana? Kamu jangan bikin penasaran dong, malam itu kamu habiskan dengan siapa?" Chiko segera mulai obrolan.
.
.
Yang belum like? Plis tolong di like 😊
Komen? Bebas asal sopan, othor terbuka untuk kritik dan saran juga kok 🥰
Vote? Seikhlas dan ridho nya kalian 🤗
Mohon maaf jika seandainya di nupel ini nanti, retensinya tak sesuai standar editor, mungkin novel ini bakalan HIATUS 🤓
Terima kasih 🙏
💙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Rusmini Rusmini
kasihan gadisya dan kevin sbg ortunya Darren gak tau kelakuan anaknya
2025-02-01
0
Dwi apri
papa kevin tolong dong awasi anakmu yg 1 ini, mulai bandel si darren
2024-12-07
0
ning sora
iblis 👿
2024-12-27
1