#4
Hari ini pun Darren lewati dengan kekacauan yang tak biasa, bahkan adegan sederhana yang biasanya selesai dalam 2 kali take, harus berulang ulang kali Darren lakukan, karena kepalanya benar benar tak bisa berpikir jernih, pikiran tentang Aya, juga tentang resiko perbuatannya terus saja berputar, ia tak takut karena Aya tak mungkin membawa masalah semalam ke kantor polisi, dan itu artinya karis dan popularitasnya akan terjamin aman, yang Darren takutkan adalah jika Aya nekat mendatangi rumah kedua orang tuanya tentu ia tak akan bisa mengelak, bukan tidak mungkin jika kedua orang tuanya sendirilah yang akan menyeretnya ke kantor polisi.
"Aaahh s14l…"
Prang!!!
Darren melempar gelas yang baru selesai ia pakai minum, dan hasilnya sebuah kaca di ruang rias pecah berhamburan.
Mas Dion yang sedang ada diluar ruangan tergopoh gopoh masuk ke ruang rias, “Kenapa Dare?”
Darren mondar mandir, berkali kali mengusap wajah tampannya, serta menarik kasar rambutnya, “Nggak papa mas, aku cuma lagi bad mood aja hari ini, apa jadwal ku masih padat?”
“Iya … habis ini kamu ada undangan talk show, trus sedikit pemotretan untuk brand ambassador pakaian yang baru minggu lalu kamu tanda tangani, dan malam nanti kamu masih harus nge MC acara live sampai jam 11 malem,” tutur mas Dion sang manajer yang dengan sabar membereskan kekacauan yang Darren buat.
Darren kembali duduk di kursi nya, kembali menunduk sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, “masih ada sisa beberapa adegan, tapi mungkin kali ini akan lebih mudah, karena adegan action, tapi berhati hatilah, jangan sampai melukai stuntman, belakangan sutradara mengeluh kesulitan mencari stuntman, apalagi untukmu, karena sejauh ini belum ada yang menyamai postur tubuh dan kemampuanmu.” Puji mas Dion, “kalau tak ada jadwal, apa kamu akan bertemu lagi dengan teman temanmu?”
“Hmmm …” Jawab Darren yang kini kembali fokus ada script yang akan ia hafalkan.
“Boleh aku mengatakan sesuatu?”
“Sejak kapan mas Dion perlu bertanya padaku?”
Dion menghela nafas, kemudian duduk di kursi yang ada di hadapan Darren, “kalau boleh jujur, aku tak menyukai teman teman baru mu.” keluh Dion terus terang, sudah lebih dari 3 tahun mendampingi sang aktor, bukan hanya soal materi, tapi secara personal Dion merasa nyaman dengan sang aktris yang dia urus dan besarkan bersama pihak manajemen, Darren sosok yang ramah, humble dan tidak silau dengan popularitas, walau pada dasarnya ia memang sudah populer di kalangan remaja, serta di beberapa negara tetangga, wajah tampan, menawan, karena berasal dari bibit pilihan, serta kemampuan mumpuni di dunia akting dan olah vokal, serta jangan lupakan kemampuan ia menarik perhatian, membuatnya semakin terkenal serta semakin digandrungi kawula muda.
“Aku bisa jaga diri kok mas, tenang aja.”
“Yah … semoga selalu begitu yah, jangan sampai popularitas yang sudah susah payah kamu dapatkan berakhir sia sia.” tak ada kata lelah bagi Dion menasehati Darren, selain karena dirinya lebih tua dari Darren, ia pun tak rela aktor kesayangannya salah pilih pergaulan yang bisa berakhir negatif.
Vibrasi ponselnya menarik perhatian Dion, kemudian pria itu mengulurkan ponsel Darren yang sejak tadi masih berada di dalam tas nya.
“Siapa mas?”
“Nih … bicaralah, semoga bisa membuatmu tenang.”
Dion pun meninggalkan Darren seorang diri.
Rupanya Luna menghubunginya, dilihat dari selisih waktu, di London masih dini hari, kenapa jam segini Luna menghubunginya.
Darren menggeser lingkaran berwarna hijau yang ada di layar ponselnya, perlu waktu tiga detik sampai akhirnya wajah adik kembarnya terlihat di layar ponselnya, “Jelek amat wajahmu, apa semalaman kamu tak tidur?”
“Hmmm … aku memang tak bisa memejamkan mata sekejap pun, ada apa denganmu? aku memikirkanmu sejak semalam.”
“Kamu yang tak bisa tidur, kenapa mengkhawatirkan aku?”
“Karena kita kembar s14lan … aku pun tak ingin memikirkanmu, hidupku sendiri sudah berat di sini.”
“Hahaha … hei tuan putri, apa jauh dari orang tua membuatmu tak bisa mengontrol kalimat yang keluar dari lisanmu, kenapa kamu mengumpatku, kamu bilang mengkhawatirkan aku?”
“Rasanya ingin ku jambak saja rambutmu, sia sia aku mengkhawatirkan orang yang tak ingin di khawatirkan.”
“Kalau begitu berhentilah mengkhawatirkan aku, aku baik baik saja, kecuali …” hampir saja Darren keceplosan mengatakan kejadian semalam.
“Kenapa? kecuali apa?” Tanya Luna penasaran.
Darren menggelengkan kepalanya, “Lupakan saja.”
“Haiiis … ga asik banget.” Luna mencebikkan bibirnya.
“Oh iya … mana Daniel?” Darren mengalihkan pembicaraan.
“Apa berpisah setahun dari kami membuatmu lupa?”
“Memang apa yang kulupakan?” Tanya Darren heran, ia tak merasa melupakan apapun perihal adik dan kakaknya.
“Ini jam berapa??? kenapa kamu tiba tiba menanyakan Daniel? tentu saja ia masih tidur, apalagi sekarang musim gugur, suhunya sudah -5', udaranya semakin menggigit dinginnya.”
Darren hanya manggut manggut, membayangkan betapa menyebalkannya jika bertemu musim gugur, cuaca sering hujan beserta angin, membuat siapapun malas keluar rumah, tapi tetap harus keluar, karena aktivitas tetap berjalan seperti biasa.
.
.
hari ini pun berlalu, dan malam mulai menyapa ibu kota, membuat seorang gadis terpaksa keluar dari zona nyamannya, membeli sesuap nasi, demi memberi makan tubuh lelah nya, serta membeli obat untuk menghilangkan pusing serta demam yang sejak pagi menyapa tubuhnya.
“Aya?”
Aya menoleh ke arah ibu kos yang tengah duduk di teras rumah nya.
“Eh iya bu?”
“Wajahmu pucat, kamu sakit?” Bu Hasan, bangkit dan mendekati tubuh Aya.
“Iya bu, lagi sedikit demam dan Flu.” jawab Aya apa adanya, kemudian tangannya memasang penutup kepala yang menyatu dengan hoodie nya, “sekarang mau beli makan sama ke apotik beli obat.”
“Ya sudah hati hati yah, perlu ditemani? biar si Juki yang temani.” Bu Hasan menawarkan jasa Juki sang penjaga kost an.
“Eh … nggak perlu bu, Aya bisa kok, mari bu.” Pamit Aya, takut udara malam semakin dingin.
Aya berjalan menghampiri kedai nasi goreng di pinggir jalan besar, kemudian tanpa ragu memesan seporsi nasi goreng kambing, jika ingin membalaskan dendam dan sakit hati, setidaknya Aya harus banyak makan makanan bergizi, dimulai dari daging kambing tentunya, sambil menunggu pesanan nya siap, Aya pergi ke apotik yang berjarak beberapa meter dari kedai.
Ketika sampai di apotik, ada sepasang suami istri yang dengan wajah bahagia memilah beberapa merk alat tes kehamilan, hati Aya mendadak tercubit, ia seakan kembali dihempaskan ke dasar jurang kenyataan, bahwa mungkin saja sudah tumbuh kehidupan baru di rahimnya, Aya semakin merasakan sesak di dada nya, mengalami pem***saan saja sudah cukup membuatnya hancur, bagaimana nanti kelanjutan hidupnya jika benar benar tumbuh kehidupan di rahimnya, sungguh tak dapat Aya bayangkan kehidupan seperti apa yang nanti akan ia jalani ketika benar benar mengandung buah dari hasil pem***saan, belum lagi hinaan, serta cemoohan, sungguh bayangan mimpi buruk yang mengerikan.
Setelah mendapatkan obat yang ia inginkan Aya kembali ke kedai nasi goreng guna membayar dan mengambil pesanannya.
"Berapa mang?"
"25 ribu saja."
Aya mengeluarkan uang dari saku hoodie nya.
"Aya??!!"
Aya mendongak, tak menyangka akan dipertemukan dengan seseorang yang tidak terduga malam ini.
.
.
Yang belum like? Plis tolong di like 😊
Komen? Bebas asal sopan, othor terbuka untuk kritik dan saran juga kok 🥰
Vote? Seikhlas dan ridho nya kalian 🤗
Mohon maaf jika seandainya di nupel ini nanti, retensinya tak sesuai standar editor, mungkin novel ini bakalan HIATUS 🤓
Terima kasih 🙏
💙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Rusmini Rusmini
sapa yak ..
2025-02-01
0
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
siapa tuh 🤔
2024-08-21
0
Rahmawati
aya ketemu siapa
2023-12-20
2