Fei Yin
Ratusan ribu mayat bergelimpangan seolah-olah semua jasad tersebut adalah kerikil yang bertebaran di jalanan. Darah terciprat dimana-mana, seolah darah adalah sungai-sungai. Panah-panah tertancap seolah-olah mereka adalah rerumputan.
Itu merupakan kalimat yang cocok untuk menggambarkan kondisi Pertempuran Yin Yang ini. Sebuah pertempuran antara pengikut aliran hitam dan pengikut aliran putih, dimana konflik yang tak akan terpisahkan selama ribuan tahun lamanya.
Di tengah-tengah daratan penuh mayat itu, berdiri dua orang pria yang saling berhadapan. Salah satunya merupakan seorang pria berambut putih dengan mata biru secerah langit.
Di hadapannya berdiri sosok pria berambut hitam legam dengan mata merah menyala yang kejam.
Pria berambut putih menggigit bibirnya kemudian menggenggam erat pedangnya, “Semuanya masih dapat kembali seperti semula.. Dengan pengaruhku, kau dapat hidup normal seperti manusia biasa.. Asal kau berj-”
Perkataannya dihentikan saat pria berambut hitam berdecak pelan, “Kau terlalu naif.. Tidak ada jalan kembali untukku. Kalian telah menghabisi 90% pengikutku. Sisanya hanya menunggu waktu untuk mati!” sahutnya dengan dingin.
Pria berambut putih menghela nafas panjang. Ia mengangkat pedang dengan bilah keemasan yang memancarkan aura agung pada yang melihatnya, “Baiklah..”
“Sebelum kita mengakhiri ini semua, bisakah aku mengetahui kenapa kau melakukan semua ini?”
Mendapatkan pertanyaan itu, pria berambut hitam menunjukkan ekspresi yang rumit tapi tidak lama sebelum ia berekspresi dingin kembali, “Kenapa kau peduli?”
“Karena kita adalah saudara kembar!” pria berambut putih berteriak keras, membuat pria berambut hitam membuka tutup mulutnya tanpa mengatakan apapun.
“Lucu sekali.. Kau masih menganggapku sebagai kembaran mu?” ia terdengar menertawakan ucapan saudaranya itu, tapi jauh di lubuk hatinya ia merasa sedikit kehangatan dan berharap ucapan itu benar adanya.
“Tak ada yang dapat memutuskan hubungan darah kita, bahkan dewa sekalipun. Kau adalah saudaraku.. Yin-gege.. Kau adalah Fei Yin.”
Fei Yin membisu, ‘Yin-gege? Sudah lama sekali semenjak aku mendengar orang lain memanggilku seperti itu.’
Satu-satunya orang yang pernah memanggil Fei Yin demikian adalah adik kembarnya yang sekarang berdiri dihadapannya -- Fei Yang.
Fei Yin menggeleng berulang kali dan kembali menunjukkan ekspresi dinginnya, “Tidak.. Kehidupan ku sudah ditentukan semenjak aku menginjakkan kaki ke dunia persilatan. Begitu juga denganmu. Walau kita adalah saudara kembar dan dewa tak dapat memisahkan hubungan darah kita, tapi mereka dapat menentukan takdir kita layaknya..”
Fei Yin tak melanjutkan ucapannya karena melihat Fei Yang yang mengusap air matanya, “Maaf.. Aku teringat momen 100 tahun yang lalu..” Fei Yang tampak emosional sejenak, tapi ia tak mempertahankan mimik wajah tersebut.
Sambil menghela nafas, Fei Yin menarik tombak hitam keperakan yang tertancap dengan gagah di tanah. Begitu tangannya menyentuh gagang tombak itu, api berwarna merah darah yang diselimuti oleh aura hitam terpancar dari seluruh tubuh tombak.
Fei Yang menahan nafasnya saat melihat tekanan mengerikan yang dikeluarkan dari tombak itu, dan ia tahu bahwa itu masih sebagian kecil dari kekuatannya yang baru dilepaskan.
Pria berambut putih itu menggenggam erat gagang pedangnya, perlahan cahaya kebiruan disertai percikan petir berwarna putih mulai menyelimuti bilah pedangnya.
Rambut panjang Fei Yang berkibar dengan sangat elegan. Dia tampak seperti seorang pahlawan yang akan melawan dewa sekalipun untuk membela kebenaran, sementara itu Fei Yin dengan aura mencekamnya tampak seperti seorang dewa yang ingin menghancurkan dunia.
“Ayo kita akhiri ini.. Yin-gege..” ucap Fei Yang dengan nada kecil. Ada penyesalan di dalam hatinya saat melihat puncak dari kehidupannya adalah melawan saudara kembarnya sendiri.
“Ayo, Yang'er..”
Tubuh Fei Yin dan Fei Yang menghilang dari pandangan kemudian mereka berdua muncul kembali dengan jarak seratus meter antara satu sama lain.
Fei Yin menghela nafas panjang. Ia tahu nyawanya akan hilang pada pertarungan ini. Walau tingkat beladirinya satu tahap di atas adiknya, faktanya Fei Yin tidak memiliki banyak teknik yang membantunya dalam pertarungan dan bisa membalikkan keadaan.
Berbeda dengan Fei Yang, sudah terdengar sepak terjangnya di dunia persilatan. Ia menunjukkan banyak teknik-teknik hebat dan juga dukungan dari berbagai pihak sehingga kemampuannya bisa meningkat dengan pesat.
Fei Yin hanya tersenyum kecut, ia merasa sedikit menyesal tidak berlatih teknik-teknik aliran hitam. Sebenarnya keputusan Fei Yin sudah benar karena banyak efek samping mengerikan dari teknik-teknik itu, di sisi lain akan butuh nyawa yang tidak sedikit untuk meningkatkan kemampuan teknik-teknik yang dimaksud.
Selama berkelana sebagai seorang pesilat aliran hitam, Fei Yin tidak melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh aliran hitam seperti membunuh orang tak bersalah demi meningkatkan kemampuan mereka atau hanya untuk bersenang-senang.
Ia masih memiliki rasa kemanusiaan dan enggan untuk melakukan itu demi mengejar puncak dunia persilatan atau kepuasan tersendiri. Jika saja Fei Yin melatih dirinya dengan cara yang sama, maka sudah dari dulu ia menguasai dunia persilatan.
“Tak ada waktu untuk menyesal sekarang. Dengan akar roh yang sudah satu tingkat sebelum mencapai tingkat tertinggi.. Penguasaan terhadap tombak terbaik dengan teknik yang hebat dan hawa sejati yang telah ku asah selama seratus tahun.. Seharusnya itu sudah cukup...”
Fei Yin terus meyakinkan dirinya untuk bisa bertarung dengan kemampuan penuh melawan adik kembarnya. Sambil terus mengalirkan qi dalam jumlah besar ke tombaknya, Fei Yin perlahan-lahan mengambil ancang-ancang untuk melesat ke depan.
Di bawah langit yang mendung, dua orang pria yang ditakdirkan untuk menjalani kehidupan yang berbeda harus berhadapan satu sama lain, menampilkan apa yang telah mereka peroleh selama menjalani takdir tersebut.
Keduanya meninggalkan perasaan ragu mereka karena ini adalah pertarungan yang mereka yakini sebagai pertarungan terakhir. Keduanya tak peduli lagi apa yang sedang mereka bela. Kebenaran? Kebatilan? Tidak, keduanya bertarung untuk satu sama lain. Untuk mengikat kembali persaudaraan mereka yang telah diputuskan sementara oleh takdir.
Sambil memejamkan matanya Fei Yin tersenyum lebar kemudian melesat dengan kecepatan penuhnya, di sisi berlawanan Fei Yang melakukan hal yang sama di waktu yang hampir bersamaan.
Hanya dalam satu tarikan nafas, Fei Yin dan Fei Yang sudah berada di hadapan masing-masing sambil melancarkan serangan mereka yang mengandung qi yang dahsyat.
Dalam satu pertukaran serangan itu, gelombang kejut menyebar sejauh belasan mil, menyebabkan gempa kecil dan juga retakan besar pada tanah.
Jasad-jasad pada radius tersebut hancur lebur, sebagian besar terbakar oleh api semerah darah dan sebagian lainnya terpotong-potong oleh energi pedang yang begitu tajam.
...\=\=\=1 Minggu Kemudian\=\=\=...
Tanpa mereka sadari, sepekan telah terlewati. Pertarungan mereka begitu hebat hingga menghancurkan dataran di sekitar mereka. Tempat yang tadinya merupakan ladang yang dipenuhi jasad, sekarang berubah menjadi tempat yang tak dapat dikenali lagi bentuknya.
Fei Yin berdiri dengan energinya yang tersisa, menggunakan setengah tombaknya yang patah sebagai topangan sementara setengahnya lagi digenggam dengan erat olehnya.
Kondisi Fei Yang tampak jauh lebih buruk, ia kehilangan satu tangannya dan tidak mampu mempertahankan kakinya agar bisa berdiri, “Kenapa kau tidak menggunakan teknik terkuatmu?”
Selama satu minggu bertarung, Fei Yin tidak sekalipun mendapat serangan yang fatal karena saudara kembarnya itu menahan dirinya untuk tidak menggunakan teknik paling kuat miliknya, sehingga hasilnya Fei Yin lebih unggul.
Fei Yang hanya tersenyum tipis, “Kekuatan itu memberi beban yang besar padaku.. Jika aku menggunakannya maka aku..” ia berhenti karena harus memuntahkan seteguk darah.
Fei Yin mendengus dingin, “Kau sudah menguasai teknik itu dengan sangat baik.. Aku tahu dampak dari teknik itu tidak sebesar seperti yang akan kau katakan."
Fei Yin kemudian menyambungkan kembali tombaknya dengan paksa. Ia menggunakan qi miliknya agar tombak itu bisa memperbaiki diri. Melihat tindakan kakak kembarnya, Fei Yang menarik nafas dalam.
Fei Yang tahu apa yang sedang Fei Yin pikirkan, jadi dengan menggunakan lebih banyak qi agar tubuhnya membaik, Fei Yang perlahan berdiri dan mengalirkan qi yang begitu besar pada pedangnya.
“Heh.. Padahal kau juga tidak menggunakan teknik terkuatmu..” ucap Fei Yang sambil terkekeh.
Fei Yin tersenyum tipis. Fei Yin tidak menyangka bahwa pertarungan keduanya berimbang, bahkan ia yang mendominasi. Padahal ia sudah merasa akan kesulitan untuk mendominasi pertarungan ini dengan banyaknya keahlian yang dimiliki oleh Fei Yang di samping praktik adiknya yang lebih rendah, hal itu membuat Fei Yin tidak ingin menggunakan jurus terkuatnya.
Aura merah kehitaman memancar dari tubuh Fei Yin, sementara itu Fei Yang diselimuti oleh aura biru keputihan. Perlahan-lahan aura keduanya membentuk sosok makhluk buas. Aura Fei Yin berubah menjadi kepala seekor naga, dan aura Fei Yang membentuk kepala seekor harimau.
“Iblis Pencakar Dunia-!”
“Pedang Pelahap Bintang-!”
Keduanya meneriakkan teknik masing-masing, sambil mendorong tubuh mereka dengan tenaga yang tersisa karena qi mereka sudah dialihkan hampir seluruhnya untuk serangan tersebut.
Fei Yin melebarkan matanya saat merasakan serangan Fei Yang menekan serangannya, bahkan perlahan-lahan serangannya dilahap oleh serangan Fei Yang.
‘Kau memang jenius seribu tahun.. Dengan qi yang lebih sedikit dariku, kau masih mampu menandingi seranganku yang memiliki qi lebih banyak.’ batin Fei Yin.
Ia hanya tersenyum tak berdaya saat perlahan serangannya menghilang sementara itu serangan Fei Yang menjadi lebih kuat, “Sudah sampai disini saja..”
Iblis Pencakar Dunia Fei Yin tidak dapat menahan Pedang Pelahap Bintang milik Fei Yang. Serangannya benar-benar menghilang sementara serangan Fei Yang terus menuju padanya.
Fei Yin mengangkat tombaknya untuk menahan serbuan energi qi dan pedang yang dahsyat itu, ia tidak berharap banyak, setidaknya ia ingin menyisakan satu atau dua nafas untuk melihat adiknya baik-baik saja setelah pertarungan selesai.
Serangan Fei Yang tak mampu ditahan lagi oleh tombaknya, membuat serangan itu melewatinya dan memberi luka dalam yang begitu fatal. Belasan luka tebasan bersarang di tubuh Fei Yin. Darah bermuncratan dan ia langsung kehilangan tenaganya untuk berdiri.
Untungnya Fei Yin masih menyimpan sedikit qi untuk mempertahankan hidupnya selama beberapa detik sehingga ia tidak tewas seketika. Dengan tenaga yang tersisa, Fei Yin menatap adiknya yang sedang berlutut dengan lukanya yang begitu parah.
"Apa.." Fei Yin tidak mengerti darimana asal luka-luka itu, padahal sebelumnya ia melihat luka di tubuh Fei Yang sudah menghilang karena di sembuhkan oleh qi.
"Yin-gege.." terdengar suara lemah dari Fei Yang, membuat Fei Yin menatap adiknya yang tertunduk itu.
"Maaf.. Aku.." Fei Yang terbatuk darah sebelum ambruk ke tanah.
"Yang'er.." Fei Yin menjulurkan tangannya pada Fei Yang yang tergeletak dua puluh meter darinya.
Nafasnya sendiri mulai melemah. Qi yang tersimpan dalam tubuhnya tidak banyak, sehingga Fei Yin sudah sangat dekat dengan ajalnya. Ia merangkak dengan tenaga yang tersisa dan sebuah dorongan aneh.
"..Aku.. Ingin memperbaiki semuanya.." itulah kata-kata terakhir yang berhasil ia ucapkan sebelum menghembuskan napas untuk terakhir kalinya.
Fei Yin pun meninggal sambil menggenggam erat tangan adiknya, mengakhiri era perang yang telah terjadi selama lebih dari setengah abad itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
hadir
2024-03-02
0
Edi Sudrajat
ijin pembaca baru terima kasih
2024-02-16
0
Edi Sudrajat
ijin pembaca baru terima kasih
2024-02-16
0