Sempat Berdebat

RABANIA Arisha, berusia dua puluh tiga tahun saat ini, meski belum jadi pegawai negeri sipil saat ini, dia adalah seorang guru. Tenaga pengajar yang begitu mencintai pekerjaannya, bekerja dari Senin hingga Sabtu. Dia tampak dewasa dari dua tahun yang lalu, saat Ghifa terakhir melihatnya.

Dia pasti sibuk dengan dunia kerjanya, Ghifa tak pernah bertemu. Entah siapa di antara mereka yang menghilang dari bumi ini, hingga tak saling bertemu.

Ghifa tak sengaja mendengar cerita Amara pada sang bunda waktu itu, yang membicarakan Raba yang telah menjadi guru di sebuah sekolah menengah pertama. Dari situ ia mengingat alamat tempat Raba mengajar, kemarin terlintas begitu saja keinginan menemuinya dan berdiskusi.

Ajakan menikah, tanpa basa-basi. Itu yang dia maksud diskusi? Ghifa memang berbeda.

***

" Dia, sungguh menyukai mu ?" tanya Nia, saat Ghifa pulang dari mengantar Raba.

" Ya Bun, tunggu dia siap baru Ghifa menikah dengannya "

Dia tak jadi masuk kedalam mobilnya, kemudian duduk di kursi, kembali ke teras. Menatap Ghifa penuh tanya. Nia meletakan punggungnya di sandaran kursi, berusaha mendengar dengan tenang. Sepertinya mengurungkan niatnya untuk pergi.

" Darimana ide gila ini, tiba-tiba kamu menyukai Raba. Atau ini hanya akal-akalan untuk menghindari perjodohan yang Bunda buat. Jangan sembarangan dengan Raba, jangan ganggu dia, Ghifa! " Jawabnya tak percaya.

Ghifa tak percaya, jika bundanya malah tak percaya dan mengancamnya seperti ini, padahal dia sudah menebak akan di setujui tanpa syarat dan ketentuan keputusannya ini.

" Bunda, jauh amat mikirnya " jawab Ghifa tak percaya.

Nia masih saja menggelengkan kepalanya, merasa anak sulungnya ini hanya sedang berusaha lari dari desakan dirinya untuk segera menikah.

" Sudahlah Bun, Ghifa sudah menentukan. Tidak mau dengan anak ustazah, tidak mau dengan anaknya pak lurah apalagi anaknya camat yang sudah ibu bicarakan tadi. Ghifa pilih Raba. " Ghifa meneruskan langkahnya, pergi meninggalkan dan bunda yang masih tak percaya. Menemui teman tongkrongannya mungkin akan sedikit membuatnya hilang penat.

***

flashback off

Ghifa tau perkataanya ini harus ia buktikan, belum lagi sang bunda yang pasti akan banyak tanya kepada Amara. Jalan terbaik untuk masalah ini adalah kembali menemui Raba, mengajaknya berdiskusi.

Malam akan semakin larut jika dia tak kunjung menemukan Raba, dia harus mencari kemana. Ghifa hanya ingat rumah kakeknya. Apa mungkin dia ada disana, tapi jika tidak di sana di mana lagi?.

Tak perduli, Ghifa akhirnya memutuskan menelusuri jalanan yang untungnya masih ia ingat. Berdoa saja agar tak salah mengetuk pintu.

Meski malam, pagar halaman dan pepohonan rindang rumah bercat putih sederhana itu masih terlihat sama dengan ingatannya dua tahun yang lalu. Mobilnya berhenti di depan pagar, Ghifa belum berani turun untuk memastikan.

Tuk... Tuk...

Ghifa terkejut, saat melihat Raba yang mengetuk kaca mobilnya. Ah, kebetulan sekali.

" Maaf, jangan berhenti-,

Pintu mobil terbuka dengan cepat.

" Mas Ghifa....?"

Ghifa turun dari mobil, menarik tangan Raba agar lebih dekat dengannya. Em dia sedikit tidak sopan.

Raba menarik kembali tangannya, " Ada apa?" ucapnya tak suka.

Ghifa menatap Raba, pakaiannya masih sama saat siang tadi ia temui. Mengapa gadis ini bekerja begitu keras, se-larut ini baru kembali, pertanyaan yang terpendam dalam hati.

" Maaf, kita lanjutkan tawaran ku tadi, " ucapnya sangat kaku.

Raba tampak mengamati wajah pria yang tampak frustasi dan kusut itu dengan seksama. " Ngak usah ngawur deh Mas, kita tidak dekat. Nikah dari mana?" ucapnya dengan ketus.

Ghifa menarik nafas, harus lebih berhati-hati merayu gadis yang ternyata sangat keras kepala ini. " Ok. Aku butuh bantuan. Tolong bantu aku, jika tidak bisa sampai menikah setidaknya kamu menjadi tunangan ku saja dulu, "

Raba tertawa, menyilangkan kedua tangannya di dada, " Emang yah, anak orang kaya pasti memiliki cara yang sama seperti kebanyakan cerita yang beredar. Menggampangkan semua masalah dengan kesepakatan, uang dan janji konyol tak masuk akal." Omelnya.

Ghifa sangat tersinggung, gadis kecil ini mengatainya dengan kebanyakan orang, orang yang seperti apa maksudnya. Sepertinya dia ini hapal serial drama dan tokoh cerita. Ghifa tak menyangka Raba bisa mengatakan itu padanya. Meski begitu akhirnya dia berhasil merayu Raba.

Ghifa tersenyum puas saat mengingat Raba, bukan tanpa usaha hari ini Ghifa bisa membawa Raba kehadapan sang bunda, kemarin malam dia sempat berdebat saat menemui Raba. Dia bahkan mengatai lebih parah dari saat di mobil tadi. Ghifa tersenyum jahat, " Dasar keras kepala" dia hanya tak menyangka jika Raba bisa berubah semanis tadi jika di hadapan bundanya .

***

Raba melempar tubuhnya begitu saja ke ranjangnya, merasa kesal pada Ghifa yang tiba-tiba datang seperti orang gila. Meski dia bersahabat dengan adik kesayangannya, bukan berarti dia juga dekat dengannya.

Terlepas dari cerita Amara yang mengatakan kakaknya itu sedang depresi itu memang benar adanya, malah mendekati gila. Mana ada orang menggampangkan pernikahan, yang mengherankan mengapa harus melibatkan dirinya.

" Perasaan Tante Nia bantu dia cari istri, masa iya ngak ada yang cocok. Gila sih kalau emang masih cinta mati sama kak Sovia. " Raba berbicara sendiri, sembari mengingat banyak kisah tentang Ghifa.

Raba memijit pelipisnya pelan, yang terasa nyeri, penat kesibukan membuatnya tak sedikit pun sempat beristirahat di siang hari. Sesekali matanya terpejam menikmati nyaman dari usaha tangannya sendiri.

Raba beranjak dengan segera, jika di teruskan kantuk pasti akan menyerangnya. Dengan lesu keluar dari kamar menuju kamar mandi.

***

Di sebuah kafe, Ghifa menghabiskan waktu untuk berdiam diri. Tempat yang telah lama menjadi tongkrongan ia dan Ardi itu cukup sepi di hari Senin malam seperti ini. Seperti kali ini, Ghifa tengah menunggu sobatnya, padahal sudah sejak satu jam yang lalu ia menelpon belum juga muncul batang hidungnya.

" Bang, udah lama?" Ardi segera duduk di sebelah Ghifa.

" Lumayan, aku pikir kamu tak kemari."

" Ah itu, aku baru antar pacar pulang dulu." Ardi tampak riang, meski mengatakan hal bohong.

Sedangkan Ghifa tak banyak menanggapi senyum Ardi yang berbanding terbalik dengan wajah kusutnya. Ghifa mendesah berkali-kali, bosan dan lelah begitu tebal membungkus dirinya.

" Kenapa Bang?"

" Ar, menurutmu apa aku harus nyerah aja?" ucapnya tentang hati, menyerah tetap mencintai Sovia, karena dengan menikahi orang lain tentu akan mengubah isi hatinya.

" Menyerah, juga tidak buruk."

" Aku bosan Ar, semua yang dulu ku miliki seolah hilang perlahan-lahan. Seperti tidak ada yang mau bersama ku."

Ardi menepuk pundak Ghifa, " Pikirkan lagi satu persatu bang"

Ghifa menatap lurus ke depan, menyelami gelapnya malam. " Aku emang pecundang gagal Ar, "

***

Terpopuler

Comments

Lasmi Aisah

Lasmi Aisah

kasian si ghifa....

2023-10-20

1

lihat semua
Episodes
1 Melamar Raba
2 Pertemuan Pertama
3 Membujuk Bunda
4 Sempat Berdebat
5 Oh Raba
6 Payung Merah Jambu
7 Tak menyukai
8 Salah Paham
9 Sebuah kenyataan
10 Tidak dengan Siapa pun
11 Kembali menghangat
12 Pinjam Uang
13 Kreditur Pribadi
14 25 bukan 30
15 Rumah sakit Mata
16 Menyisakan Tanya
17 Kecupan singkat
18 Nasi Bekal dan Pembuatnya
19 Pacar ?
20 Kita Makan Dulu
21 Ternyata Manis
22 Satu Kebohongan
23 Nikahkan Saja
24 Peran Amara
25 Operasi Nenek
26 Cincin Yang Sama
27 Kencan Pertama
28 Berbohong demi pria Gila
29 Menikah
30 Berada di tempat Yang sama
31 Istri mu
32 Pagar depan Rumah
33 Sempit, berdua ?
34 Hampir saja
35 Bukan Pilihan atau Saran
36 Sesuatu yang Berbeda
37 Tempat yang Berbahaya
38 Sepiring berdua
39 Dela
40 Berbincang di Balkon
41 Perselingkuhan Dini
42 Cinta, dan segala urusannya
43 Perasaan dan Persaingan
44 Pangkuan
45 Kupu-kupu terbang
46 Pengantin Baru
47 Cap Cip Cup
48 Garis biru ?
49 Keluarga Besar
50 Ghifa Cemburu
51 Orang Asing.
52 Pemenang
53 Piyama couple
54 Terpisah jarak
55 Rindu
56 Tandain aja
57 Adik yang Malang
58 Boleh Peluk ?
59 Kado
60 Maaf
61 Kecurigaan Raba
62 Jangan talak aku
63 Pesan dari Arum
64 Apa dia selingkuh,?
65 Tangis Raba
66 Sebuah Rahasia
67 Apa dia Nyaman
68 Aku gagal
69 Emang Siap?
70 Cinta Raba?
71 Nikah bersyarat
72 Sebentar lagi juga jadi
73 Pertahankan Dia
74 Pertengkaran
75 Rumah baru
76 Peetemuan
77 Perdebatan keluarga
78 Sesuatu yang di nanti
79 Mau Lagi
80 Raba menyerah
81 Tiga bulan tanpa di sadari
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Melamar Raba
2
Pertemuan Pertama
3
Membujuk Bunda
4
Sempat Berdebat
5
Oh Raba
6
Payung Merah Jambu
7
Tak menyukai
8
Salah Paham
9
Sebuah kenyataan
10
Tidak dengan Siapa pun
11
Kembali menghangat
12
Pinjam Uang
13
Kreditur Pribadi
14
25 bukan 30
15
Rumah sakit Mata
16
Menyisakan Tanya
17
Kecupan singkat
18
Nasi Bekal dan Pembuatnya
19
Pacar ?
20
Kita Makan Dulu
21
Ternyata Manis
22
Satu Kebohongan
23
Nikahkan Saja
24
Peran Amara
25
Operasi Nenek
26
Cincin Yang Sama
27
Kencan Pertama
28
Berbohong demi pria Gila
29
Menikah
30
Berada di tempat Yang sama
31
Istri mu
32
Pagar depan Rumah
33
Sempit, berdua ?
34
Hampir saja
35
Bukan Pilihan atau Saran
36
Sesuatu yang Berbeda
37
Tempat yang Berbahaya
38
Sepiring berdua
39
Dela
40
Berbincang di Balkon
41
Perselingkuhan Dini
42
Cinta, dan segala urusannya
43
Perasaan dan Persaingan
44
Pangkuan
45
Kupu-kupu terbang
46
Pengantin Baru
47
Cap Cip Cup
48
Garis biru ?
49
Keluarga Besar
50
Ghifa Cemburu
51
Orang Asing.
52
Pemenang
53
Piyama couple
54
Terpisah jarak
55
Rindu
56
Tandain aja
57
Adik yang Malang
58
Boleh Peluk ?
59
Kado
60
Maaf
61
Kecurigaan Raba
62
Jangan talak aku
63
Pesan dari Arum
64
Apa dia selingkuh,?
65
Tangis Raba
66
Sebuah Rahasia
67
Apa dia Nyaman
68
Aku gagal
69
Emang Siap?
70
Cinta Raba?
71
Nikah bersyarat
72
Sebentar lagi juga jadi
73
Pertahankan Dia
74
Pertengkaran
75
Rumah baru
76
Peetemuan
77
Perdebatan keluarga
78
Sesuatu yang di nanti
79
Mau Lagi
80
Raba menyerah
81
Tiga bulan tanpa di sadari

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!