BAB 02

Setelah berbincang sekitar dua puluh menitan akhirnya panggilan telpon pun harus ku akhiri karena pulsaku ternyata habis. Maklumlah bapak hanya menggunakan hp jadul yang bernama Nokia untuk akses komunikasinya.

Dan aku perlu banyak pulsa kala ingin menghubungi bapak dalam durasi panggilan yang lama.

Baru kusadari dua alien berwujud manusia yang sedari tadi mengumbar kemesraan tengah melangkah kearahku.

"Sudah siap makanannya." Satu pertanyaan terlontar dari mulut mas Reyhan kala dia bersama ulat bulu kesayangannya sampai dimeja makan.

Sepertinya aku punya julukan baru untuk wanita yang mas Rey sebut-sebut sebagai pujaan hatinya itu. Prett rasanya aku ingin buang angin di depan wajah mereka.

"Punya matakan? bisa liat sendiri." Jawab ku dengan nada cuek. Rasanya malas sekali meladeni kedua curut ini.

"Idihh, pembantu kok belagu banget sih sok cuek pula." Ketus Rebecca dengan nada tak suka.

"Terus gue harus bilang wow gitu." Balasku dengan membuat mimik wajah sekonyol mungkin agar ulat bulu ini emosi hingga ke ubun-ubun.

Aneh bukan mendengarkanku berbicara dengan kalimat gaul Gue-Lo. Ya, meskipun aku berasal dari kampung tapi aku tidak pernah ketinggalan trend yang ada di kota.

"Jaga nada bicaramu pada kekasihku." Reyhan maju memasang badan untuk melindungi Rebecca. Benar-benar pasangan yang sangat konyol.

"Harusnya mas Rey yang jaga nada bicara kepadaku, ohh atau mau ku adukan pada papa Fajar dan Bunda Melly kalau anaknya masih berhubungan dengan wanita yang hanya suka dan tergila-gila pada uang dan kekayaan?" Aku tak segan-segan mengatakan hal tersebut secara blak-blakan.

Setelah mendengarkan perkataan ku, mas Rey dan Rebecca seketika mati kutu atau kecoa? ahh sudahlah itu tidak penting. 

Rasanya puas sekali melihat reaksi dan ekspersi dari alien dan ulat bulu yang gatal ini.

"Sudahlah tidak perlu berdebat lagi, sebaiknya kita makan saja." Putus mas Rey dengan helaan nafas panjangnya.

Semoga dia tidak kehabisan nafas lalu sekarat kemudian meninggalkan karena tingkah konyolnya yang dia buat sendiri.

*

*

*

POV REBECCA.

Rasanya ingin sekali ku robek mulut Sekar yang terlalu lancang untuk menyahuti perkataanku.

"Sayang mau makan apa biar aku ambilin." Aku berujar manis semanis madu saat bersiap menghidangkan makanan kedalam piring milik Reyhan.

"Aku mau nasi dan ikan gurame pedas saja. Jangan lupa sambel terasi nya." Reyhan mengabsenkan tiga makanan yang akan dia santap.

Dengan cekatan aku menyajikan apa yang Rey mau kedalam piring miliknya.

"Ini sayang makanlah. Suatu hari kamu akan makan masakanku." Aku melirik pada Sekar yang tengah mengikat rambutnya dengan sebuah gelang karet pengikat sayur.

"Kalau begitu jangan makan masakan gue dan apa yang lo bilang tadi? suatu hari? masakan lo? kalau begitu kenapa enggak lo masak sekarang saja? bahan-bahan ada di kulkas jadi silahkan masak makanan yang menurut lo akan terasa enak di lidah suami gue." Sekar menekan kalimat terakhirnya sembari mengambil semua makanan termasuk makanan yang tengah di santap oleh Rey.

Seperti seorang saudagar yang pelit, Sekar dengan cekatan membawa semua masakan yang sudah dia masak kedalam kamar dan mungkin saya menikmati makanan tersebut sendiri atau justru membuangnya kedalam toilet.

"S!alan Sekar cepat kembalikan makananya, aku sama Rebecca mau makan apa kalau kamu bawa semua makananya." Reyhan tampak berteriak dan tak tanggung-tanggung, teriakan Reyhan menggelegar diseluruh penjuru ruangan.

Setelah meneriaki Sekar, tiba-tiba saja wanita aneh itu keluar dari dalam lalu bersandar pada tembok sembari menyilakan tangannya didada.

"Bukannya kekasihmu bilang ingin memasak untukmu suatu hari nanti? ku rasa kata suatu hari itu terlalu lama, kenapa tidak sekarang saja tunjukan keahliannya." Sekar menyindirku dengan kata-kata menohoknya.

"Cihh liat saja gue bakalan masak makanan yang jauh lebih enak dari pada masakan sampah lo itu." Desis ku bak ular yang baru saya kenyang setelah melahap satu elor kerbau. Yakin muat?

Dengan cepat aku mengingat rambutku dan mulai menunjukan kebolehanku dalam urusan dapur. Aku membuka kulkas lalu mengambil beberapa potong ikan gurame berukuran besar dan beberapa sayuran.

Tapi ada sebuah rahasia yang perlu kalian tau, bahwa aku sedari kecil tidak pernah menyentuh peralatan dapur maupun memasak. Aku bahkan tidak bisa membedakan bumbu-bumbu.

"Akhh apa yang harus ku lakukan." Aku membatin dengan perasaan berkecamuk ketika melihat beberapa remah-remah yang tak ku tau apa namanya.

Tanpa pikir panjang aku membaluri ikan gurame dengan gula bukannya garam. 

Kemudian saat aku memasukan beberapa bumbu pada sup ku, aku malah menambahkan bubuk kayu manis yang ku kira itu adalah bubuk kaldu ayam atau yang biasa umat Indonesia bilang (Rayco).

Setelah selesai memasak, aku menyajikan masakan mu di meja makan tanpa ku coba. Dengan wajah penuh percaya diri aku menatap remeh kearah Sekara yang sedari tadi memantau kinerja ku dengan wajahnya yang memerah mungkin menahan buang air besar.

"Ayo sayang silahkan dinikmati, rasanya pasti jauh lebih enak dari pada makanan yang dimasak oleh istri miskin mu itu." Sindirku tak kala aku menyajikan makanan pada Reyhan.

Tanpa pikir panjang setelah kusajikan, Reyhan menyantap masakan ku. Namu dengan raut wajah yang seketika tak ku mengerti tentunya.

"Rebecca kamu masak apa ini? kenapa rasanya aneh semua. Ikan ini kenapa napa rasanya menjadi manis? dan juga sup buatan mu kenapa rasanya lebih aneh dari pada kaus kaki yang tidak di cuci seminggu?" Protes Reyhan setelah mencicipi ikan goreng dan sayur sup buatanku. 

Apakan Reyhan pernah mencicipi rasa kaus kaki yang tidak di cuci seminggu? ahh hanya dia yang tau jawabannya.

"A-apa sayang." Mata ku membulat sempurna mendengarkan protes Reyhan tentang masakanmu, padahal kata mami kalau memasak dengan penuh rasa cinta mau bagaimana pun kesalahan pada makananya akan tetap terasa enak dan lezat.

Aku segera mencicipi masakan ku dan benar saja rasanya sangat buruk dan membuat mual.

*

*

*

Aku terus mengawasi pergerakan Rebecca ketika dia memasak. Rasanya aku sangat ingin tertawa terbahak-bahak ketika melihat bumbu yang dia tambahkan kedalam masakannya adalah gula dan bubuk kayu manis.

Wajah ku memerah karena aku terus menahan tawaku, hingga saat Rebecca mual-mual karena masakannya sendiri tawa ku pecah bak kuntilanak yang sedang senang setelah mendapatkan paket bantuan sosial berupa daster baru.

"Bagaimana mas Rey? enakkan masakan kekasih tercintamu." Ledek ku dengan nada terpingkal-pingkal.

"S!-s!alan lo Sekar. Pasti ini semua ulah lo kan." Pekik Rebecca memekakan telinga.

"Ulah gue? perasaan gue diem aja dari tadi. 

Gerak pun enggak." Aku mengangkat bahu ku sekilas untuk selebihnya menanggapi mulut nyinyir Rebecca.

"Kalian berdua sudah, tidak usah berdebat lagi. Rebecca kita makan diluar saja. Dan kamu Sekar, bereskan makanan ini terserah mau kamu apakan." Reyhan bangkit dari kursi tempatnya bertengger ups maksudnya duduk, dengan cepat Reyhan menarik tangan Rebecca untuk segera keluar dari rumah ini.

"Cih sok-sok'an belagu pake bilang bisa masak tau-taunya diluar ekspetasi." Gumam ku ketika sedang membersihkan meja makan dari makanan yang lebih cocok disajikan untuk alien dari pada dimakan manusia.

..._SELAMAT MEMBACA_...

..._LESTARIKAN MEMBERIKAN KOMENTAR DAN KRITIK, JANGAN JADI PEMBACA GELAP_...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!