Jatuh Cinta Pada Istriku

Jatuh Cinta Pada Istriku

BAB 01

"Kita menikah hanya untuk formalitas dan untuk menjaga nama baik keluarga ku. Aku sama sekali tidak mencintai bahkan sedikitpun tak ada rasa untukmu." Aku tidak perduli jikalau kata-kataku sampai melukainya.

*

*

*

"Sayangggggggg." Sebuah teriakan melengking disetiap sudut rumah membuat siapa saja yang mendengarkan akan cepat-cepat menutup telinga.

"Kenapa kamu berteriak hm." Aku menghampiri asal suara yang terus saja meneriakan kata-kata 'sayang'.

"Reyhan Abimana, kenapa pesan ku tidak dibalas dan telpon ku tidak diangkat? apa kamu sengaja." Cemberut wajah cantik tersebut tampak menunjukan kalau dia sedang marah.

Yah, perkenalkan aku adalah Reyhan Abimana aku adalah salah satu orang terkaya di kota Jakarta, aku memiliki banyak sekali pabrik kain dan beberapa mall di berbagai penjuru Jakarta dan wanita yang baru saja berteriak itu ialah Rebecca Amora, dia adalah kekasih ku yang amat sangat ku cintai sejak lima tahun lalu saat kami masih sama-sama menduduki bangku perkuliahan.

"Kamu tau kan? kalau aku tidak suka nama lengkap ku disebutkan." Aku mengingatkan kepada Rebecca tentang hal ini berkali-kali.

"Ya, ya, ya aku tau tapi rasanya sangat menyebalkan karena kamu tidak membalas maupun menerima telpon dariku." Bibir wanita berusia dua puluh dua tahun itu mengerut. Ah, rasanya aku ingin sekali mencumbu bibir manis nan molek itu.

"Maaf sayang, kamu tau kan aku sekarang sedang sibuk mengurus beberapa pabrik yang lumayan bermasalah." Terang ku mencoba membuat wanita pujaan hati ku ini mengerti.

"Ahh itu hanya alasan mu saja, bilang saja kalau kamu sibuk dengan istri jelek mu itu." Ketus Rebecca sembari menunjuk pada seorang wanita yang tengah sibuk menggeluti perdapuran.

Memang, dirumah sebesar ini aku tidak menyewa ART. Bukan tanpa alasan, karena Ariaang aku mempunyai seorang istri yang ku nikahi empat bulan lalu dengan terpaksa yang bisa mengurusi semua yang berkaitan dengan rumah tangga.

Oleh karena itu, ku rasa jasa ART tidak akan ada gunanya. Betulkan?

"Sayang, kamu tau kan disini dia hanya ku anggap sebagai." Aku menggantungkan kata-kataku agar Rebecca merasa penasaran.

Dan tepat sasaran, akhirnya Rebecca berhenti merajuk lalu mulai mendengarkan dirinya padaku.

"Sebagai apa." Nadanya sedikit berbisik namun masih dapat ku dengar dengan baik.

Aku pun mendekati telinganya. Ada bau harum vanilla yang kurasakan setiap saat berdekatan dengannya, berbeda sekali dengan Sekar yang berbau asap dan bumbu-bumbu layaknya menyatu dengan dapur.

"Hanya ku anggap sebagai pembantu." Setelah mendengarkan perkataan ku yang tentunya pada ujung kalimat sangat ku tekankan. Wajah sumringah dan berbinar Rebecca nampak sangat cantik memanjakan mata.

"Benar yah." Ucapnya setelah mendapatkan jawaban dari rasa penasarannya.

"Tentu saja benar sayang. Lagi pula aku sudah membuat perjanjian dengan orang tuaku, jika dalam waktu satu tahun Sekar tidak kunjung hamil maka aku boleh menceraikanya dan membuangnya." Aku membelai lembut pucuk kepala Rebecca dengan pandangan tak ingin lepaa dari wajah cantiknya.

"Itu sangat brilian, kalau begitu yang harus kamu lakukan hanya jangan menyentuhnya. Karena dia tidak pantas mengandung anakmu." Tekan Rebecca yang terus melirik benci pada Sekar.

*

*

*

POV SEKAR.

Rasanya hatiku sakit sekali mendengarkan hinaan dan cacian dari mulut sampah kedua makhluk berkelamin berbeda tersebut. Andai saja ada uji coba untuk pergi ke pluto atau merkurius mungkin sudah ku daftarkan nama kedua alien berwujud manusia ini. Aku terus melamun dan memikirkan sesuatu yang tak akan pernah terjadi, sampai dering ponselku membuyarkan lamunan gila ku.

["Selamat pagi pak."] Sapa ku dengan nada lembut.

["Selamat pagi cah ayu, sedang apa sekarang."] Terdengar suara lirih seorang pria paruh baya dari seberang telpon.

["Baru selesai masak pak, ada apa tumben nelpon pagi-pagi."]

["Begini ndok, apa boleh bapak pinjam dulu uang kamu seratus ribu."] Tutur bapak dengan nada sedikit melemah.

["Seratus ribu? untuk apa pak?"] Tanya ku keheranan karena baru kali ini bapak ingin meminjam uang yang nilainya tak seberapa itu.

["Anu... begini ndok, beras sama lauk di dapur sudah habis. Adek-adek mu juga kekeh mau minta dibeliin baju sekolah yang baru. Jadi apa boleh bapak pinjem."] Jelasnya kemudian.

["Ya Allah pak kok pinjemnya sedikit banget? seratus ribu itu gak akan cukup buat beli beras sama lauk apalagi buat beli pakaian sekolah baru buat Mika sama Adam."] Aku tak habis pikir kenapa bapak sangat sungkan padaku.

Padahal dulu aku sering merepotkannya, dan karena aku juga bapak kecelakaan tertabrak oleh sebuah mobil yang tak lain milik pak Fajar-mertuaku.

Setelah kejadian itu untuk menebus rasa bersalah pak Fajar pada keluarga ku terutama bapak, akhirnya aku dipaksa menikahi alien berwujud manusia itu.

Memang ku akui Reyhan sangat tampan dan berkharisma namun sifatnya yang seperti opet itu membuat ku enggan untuk memujinya.

["Ya sudah pak nanti Sekar transfer."] Aku menghela nafas ketika selesai mengingat kejadian memilukan yang dialami oleh orang yang paling ku cintai itu.

Kalian pasti bertanya-bertanya dimana ibuku? yah, saat aku menduduki bangku sekolah menengah pertama atau yang sering di singkat SMP ibuku meninggal karena harus berjuang melahirkan adik bungsu ku-Adam Sedayu Pratama.

Sejak kepergian ibu, aku harus rela mengurangi waktu bermain ku untuk menjaga dan merawat Adam dikarenakan bapak harus bekerja di ladang tetangga untuk mendapatkan rupiah.

["Bapak ambilnya gimana ndok."] Suara bapak terdengar seperti orang kebingungan.

["Nanti bapak ke rumah om Arya saja terus bilang saya om Arya bapak mau ngambil uang."] Jelas ku pada bapak.

["Nanti jadi hutang loh ndok."] Suara bapak berganti panik.

["Enggak kok pak, nanti Sekar telpon om Arya buat ngambil uang yang Sekar transfer. Sekar trasfernya ke ATM om Arya."] Jelasku lagi agar bapak tidak merasa kalau nantinya uang yang akan bapak ambil menjadi hutang.

Sebenarnya aku ingin tertawa karena tingkah laku bapak yang bisa dikatakan kuper (kurang pergaulan) karena bapak tinggal dikampung bersama kedua adikku yang bisa dimatakan pendudukan disana masih melestarikan berbagai budaya tradisional seperti rumah dari kayu atau anyaman bambu bahkan lampu obor yang diletakan ditiang pada teras saat malam hari.

Aku jadi rindu kampung halamanku. Kampung yang sederhana dengan penduduk yang ramah serta baik. Tidak seperti di Jakarta, mentang-mentang orang berpunya lantas orang sederhana direndahkan begitu saja.

Dikampung ku hanya om Arya yang terbilang orang berpunya meskipun rumah om Arya menggunakan kayu namun kayu yang dijamin kualiatasnya dan tidak gampang rapuh. Om Arya juga mempunyai beberapa ladang sawae serta sebuah usaha peternakan sapi dan kambing.

Meskipun om Arya tergolong orang kaya di kampung tapi om Arya mempunyai hati yang baik dan berbudi pekerti luhur.

-

["Ya sudah ndok, terimakasih yah. Nanti bapak coba ke rumah pak Aryo."] Balas bapak ku dengan nada mulai tenang.

["Pak."] Aku menjeda kata-kataku, rasanya tidak ingin cepat-cepat memutuskan panggilan telpon ini. Tanpa kusadari air mataku meluncur dengan derasnya membuat mata dan pipiku basah.[" Sekar kangen pak." Lanjutku.]

["Owalah, nanti kalau bapak ada rezeki bapak pasti mampir kok kerumah kamu sama nak Reyhan ndok."] Suara bapak juga terdengar bergetar seperti orang sedang menahan isak tangis karena sangat merindukan putrinya yang sudah empat bulan tidak kunjung pulang hanya sekedar untuk menengok rupa tuanya.

......_Selamat Membaca_......

..._Tinggalkan jejak dengan memberikan komentar dan kristik _...

..._Jalan lupa ikuti akun mimin juga_...

Terpopuler

Comments

Greenindya

Greenindya

ariaang itu apa ya🤔

2023-09-18

0

Aini Nurcynkdzaclluew

Aini Nurcynkdzaclluew

Menghanyutkan banget.

2023-09-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!