Bab 4

Semalaman menangis memikirkan nasib pernikahannya yang akan berlangsung esok pagi dengan sang kekasih membuat mata Kinan nampak sedikit sembab

MUA yang bertugas merias Kinan pun nampak sedikit heran dengan wajah sendu yang terpancar di wajah cantik calon mempelai tersebut.

" Ada apa Kinan, kenapa wajahmu terlihat sendu seperti ini?" tanya MUA yang bernama Bude Marni yang sebenarnya masih memiliki ikatan keluarga dengan keluarga besar Kinan

Kinan terkesiap dari lamunannya, lalu menatap bude Marni dari pantulan cermin yang ada dihadapannya seraya tersenyum lalu dengan senyum yang nampak dipaksakan itu Kinan pun menggeleng pelan

" Tidak ada apa-apa bude, mungkin karena sedikit gugup saja!" jawab Kinan berbohong

Bude Marni pun balas tersenyum

" Kinan, pernikahan itu adalah sesuatu yang sakral, berharap hanya terjadi sekali seumur hidup. "

" Jangan ragu untuk melangkah sayang, teruslah melangkah jika hati kamu benar-benar sudah yakin calon suami kamu bisa menjadi imam yang baik untuk membawamu ke mahligai rumah tangga yang sakinah, mawadah dan warohmah. akan tetapi jika dihati kamu masih ada keraguan lebih baik kamu pikirkan lagi semuanya sayang, yakinkan hatimu untuk memantapkan keputusan yang terbaik untuk masa depan mu sendiri, sebelum acara ijab qobul berlangsung kamu masih ada waktu untuk memikirkannya kembali sayang!" tutur bude Marni yang entah kenapa memiliki perasaan yang tidak enak yang sedang dialami oleh Kinan

Meskipun bude Marni jarang bertemu Kinan tetapi wanita paruh baya itu begitu menyayanginya karena dulu sewaktu Kinan masih kecil mereka sempat dekat tepatnya sebelum keluarga bude Marni pindah ke kota J, mereka memang masih kerabat jauh, Nenek Kinan dengan ibunya bude Marni adalah kakak beradik.

" Bude....!" mata Kinan sudah berkaca-kaca dan bude Marni semakin yakin ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh Kinan

" Kamu itu memang tidak pernah berubah sayang, selalu saja menyembunyikan perasaan mu sendiri" batin bude Marni

" Kenapa bude Marni sudah seperti cenayang saja, dia seperti tahu tentang apa yang sedang aku rasakan!" batin Kinan

Bude Marni mengusap punggung Kinan dengan lembut

" Bude keluar dulu ya sayang, ingat kata-kata bude. kamu berhak bahagia sayang!" pesan bude Marni sebelum melangkah keluar dari kamar Kinan

Setelah bude Marni keluar tidak berapa lama pintu kamar Kinan kembali terbuka dan bunda Sasa menyembul dari balik pintu

" Sayang!" panggilnya

Kinan yang sempat menitikkan air mata pun dengan cepat langsung menghapusnya agar bundanya tidak melihat kalau putrinya baru saja menangi

" Bunda!" Kinan mengulas senyum di wajahnya

" Kamu cantik sekali sayang, bunda sampai pangling" puji bunda Sasa

" Terima kasih bunda" Kinan pun berhambur memeluk bundanya

" Apa kamu bahagia sayang?" tanya bunda Sasa

Kinan mengurai pelukannya lalu tersenyum

" Apa bunda juga bahagia?" bukan menjawab b

Kinan malah balik bertanya kepada bunda Sasa

" Tentu saja bunda bahagia, karena kebahagiaan bunda adalah kebahagiaan putri bunda, kamu akan segera menikah dengan laki-laki yang kau cintai begitu pun sebaliknya jadi atas alasan apa bunda tidak bahagia" jawab bunda Sasa

" Bunda, hiks.... hika...!" Kinan tidak kuasa lagi menahan air matanya

" Hei ... kenapa malah menangis, sudah jangan menangis lagi sayang nanti riasan wajah kamu rusak kasihan kan bude kamu yang sudah merias kamu sampai secantik ini" bunda Sasa dengan cepat langsung menghapus air mata Kinan dengan sangat lembut menggunakan tisu yang ada di meja rias

" Sudah jangan menangis lagi, hari ini adalah hari bahagiamu sayang, tersenyumlah!" ucap bunda Sasa

Ada rasa sesak yang teramat sangat menghujam jantung Kinan, saat melihat senyum di wajah bundanya, ingin sekali ia berkata jujur tapi apakah ia sanggup melihat bunda dan ayahnya kecewa dan menanggung rasa malu akibat keputusannya itu dan bagaimana juga nasib keluarga tante Mega yang juga sudah menganggapnya seperti anak sendiri

" Bunda keluar dulu ya, sebentar lagi calon suamimu pasti segera datang!"

Kinan hanya mengangguk pelan berusaha untuk tetap tersenyum walaupun di dalam hatinya ia menjerit dan menangis

" Haruskah aku melanjutkan semua ini?" batin Kinan sambil menatap dirinya sendiri melalui pantulan cermin

" Sayang apa boleh ayah masuk?" tanya Ayah Akbar yang sudah berdiri di ambang pintu kamar Kinan

Kinan menoleh ke arah sumber suara, entah kenapa ia ingin sekali memeluk ayahnya tanpa kata bahkan gadis itu sudah berdiri dan langsung berlari ke arah ayahnya

" Ada apa sayang?" tanya ayah Akbar ketika Kinan sudah berada di dalam pelukannya

Kinan menggeleng tanpa melepas pelukannya

" Hei... calon pengantin kok nangis" Ayah mengurai pelukan putrinya yang kini matanya sudah basah dengan air mata

" Oh ya ampun, riasan wajah mu jadi rusak kak, kenapa menangis hem?"

Kinan bergeming menatap sendu ayahnya yang masih tengah mengulas senyum di wajahnya

" Ayah pasti akan kena omel bude mu!" kelih Ayah sambil terkekeh

" Ayah, hiks...hiks...!" Kinan menangi kembali membuat ayah Akbar merasa begitu sakit ketika melihat anaknya menangis terisak

Kinan adalah gadis yang selalu kuat dan jarang menangis entah kenapa hati seorang ayah bergetar ketika melihat anaknya bersikap tidak seperti biasanya, jika dia bahagia akan pernikahannya tidak mungkin Kinan sampai menangis terisak seperti tadi, dimana gadis kecilnya yang selalu memperlihatkan senyum di wajahnya kenapa matanya bahkan sampai terlihat sembab padahal hari ini adalah hari bahagianya, ayah terus saja memperhatikan putrinya dan merasakan ada hal yang sengaja disembunyikan putrinya itu dari kedua orang tuanya

" Sayang, ayah bahagia jika kamu bahagia tapi jika kamu tidak bahagia maka ayahpun akan merasakan hal yang sama, ingat sayang carilah kebahagiaan mu, jangan pikirkan orang lain tapi pikirkan lah kebahagiaan mu sendiri"

" Ayah, maafkan Kinan!" ucap lirih Kinan membuat ayah Akbar mengerutkan keningnya

" Kenapa minta maaf?" Tanya ayah Akbar tapi Kinan menggeleng

" Aku sayang ayah!"

" Ayah juga menyayangi mu nak!"

Keduanya pun kembali berpelukan sampai akhirnya datang bude Marni dan mbak Pipit membuat keduanya saling mengurai pelukannya masing-masing

" Maaf bude, riasannya jadi berantakan lagi!" ucap Kinan merasa bersalah

Bude Marni tersenyum lembut " Tidak apa-apa sayang, sini bude bantu membenarkan riasan kamu dulu!" Ucap bude Marni

" Kamu cantik banget Kinan mas Arya pasti akan pangling melihat kamu dan pastinya akan semakin terpesona dengan kecantikan calon isterinya ini" puji mba Pipit

Entah kenapa mendengar pujian mba Pipit bukannya merasa senang justru hatinya merasa semakin sakit apalagi setelah seseorang yang berdiri di ambang pintu cukup mengejutkannya

" Kinan, mas Arya sudah datang acara ijab qobul nya udah mau dimulai!" ucap Melinda orang yang tiba-tiba muncul dan berdiri di ambang pintu

" Oh mereka sudah datang rupanya!" ucap ayah Akbar

" Iya om, tante Sasa juga tadi meminta om untuk segera turun" jawab Melinda

" Iya Lin, om akan segera turun!" ucap ayah Akbar

" Ayah turun dulu ya!" ucap ayah Akbar sebelum keluar dari kamar putrinya

Setelah ayah Akbar turun untuk menemui calon besan dan calon menantunya Kinan kembali di perbaiki riasan wajahnya oleh bude Marni

Mba Pipit masih berada di ruangan tersebut sambil memperhatikan Kinan yang sedang dipoles.

Setelah selesai dirias bude Marni pun ingin pamit turun tapi Kinan mencegahnya

" Bude, apa boleh Kinan minta tolong!" pinta Kinan dengan senyum yang menghiasi wajahnya

" Tolong apa sayang?" tanya bude Marni

" Sebentar ya tante!" sahut Kinan

" Melinda!" panggil Kinan

Melinda yang hendak melangkah pergi dari kamar Kinan pun menghentikan langkahnya lalu kembali berbalik badan

" Melinda, apa kamu bisa masuk sebentar!" pinta Kinan

Melinda yang sejak semalam berusaha menahan kekesalannya karena merasa iri dan cemburu dengan Kinan terpaksa melangkah menghampiri Kinan dengan senyum palsunya

" Ada apa Kinan, apa ada yang bisa aku bantu?" tanya Melinda berbasa-basi padahal di dalam hati ia mengumpat Kinan

Kinan memperlihatkan senyum cerianya seperti biasanya dihadapan Melinda

" Duduklah!" Kinan beranjak dari tempat yang ia duduki membuat Melinda, bude Marni dan mbak Pipit yang masih berada di ruangan tersebut pun nampak mengerutkan keningnya

" Kinan?" mba Pipit nampak bingung

Kinan kembali tersenyum seraya menarik tangan Melinda lalu mendudukkannya di kursi yang tadi ia duduki

" Melinda ini yang sudah banyak banget membantu ku dalam mengurus semua hal dalam mempersiapkan hari pernikahan ku ini jadi apa salahnya di momen yang paling penting ini Melinda pun ikut di rias dan mendampingi ku nantinya" tutur Kinan yang tentunya hal itu membuat ketiga wanita tersebut cukup terkejut dengan penuturan Kinan

" Apa kamu_!" ucapan mba Pipit langsung terpotong

" Mba Pipit maaf, boleh enggak tolong bilangan yang lainnya untuk menunda acaranya sebentar!" pinta Kinan

Mba Pipit hendak kembali protes tapi Kinan lebih dulu memotong " Mbak, tolong ya. Aku mau Melinda sepupu terbaikku ini turut merasakan kebahagiaan ku juga mba" ucap Kinan

Melinda hendak menolak tapi Kinan terap bersih keras ingin tetap Melinda di rias oleh bude Marni

Melinda mengumpat dalam hati, ia membenci Kinan karena sudah membuatnya semakin tidak nyaman terhimpit dengan keadaan yang sangat menyesakkan tentunya apalagi tadi Kinan bilang memintanya untuk menemani kinan, di acara ijab qobul nantinya

" Apa-apaan sih Kinan, ngeselin banget sih jadi orang, enggak tahu apa aku tuh sebenarnya ingin menghindari acara ini ehh... malah di suruh mendampingi dia!" umpat Melinda dalam hati

" Maaf Kinan aku enggak bisa!" tolak Melinda

" Loh kenapa Mel, kamu kan udah banyak banget ngebantu aku, ini justru sebagai penghormatan aku loh karena kamu yang udah membantu kelangsungan kelancaran acara pernikahan aku ini"

" Tapi Kinan_!"

" Enggak ada penolakan, ayo bude bikin Melinda secantik mungkin ya bude!"

Raut wajah bude Marni masih terlihat bingung tapi tetap saja tangannya yang sudah lihai mulai bergerak memoles wajah Melinda tidak butuh waktu lama Melinda pun kini sudah terlihat cantik meskipun kecantikannya masih kalah dengan Kinan yang memang jarang sekali menggunakan makeup.

" Apa kamu sudah siap sayang?" tanya bunda Sasa yang baru saja datang untuk menjemput Kinan

" Sudah bund" jawab Kinan

Tatapan Bunda Sasa kini beralih pada sosok wanita yang berada di samping Kinan

" Melinda, kamu di makeup juga?" tanya bunda Sasa yang nampak bingung melihat Melinda yang riasannya hampir sama dengan Kinan hanya berbeda pakaiannya saja karena Melinda menggunakan kebaya biasa

" Tau nih tante, Kinan maksa banget buat makeup in aku" sahut Melinda

" Udah ya bun enggak usah di bahas, Ayuk kita turun, pasti semua sudah nungguin kita kan!" ucap Kinan berusaha menahan sesak di dadanya apalagi setelah ini ia akan bertemu dengan Arya laki-laki yang akan menikahinya dan juga berjanji akan menikahi sepupunya juga

Dengan sedikit gugup Kinan melangkahkan kakinya menuruni anak tangga

Kinan dapat melihat raut wajah keterkejutan Arya ketika melihat dirinya berjalan berdampingan dengan Melinda

Apalagi wajah Melinda pun sudah dimake over oleh bude Marni yang hasil riasannya tidak diragukan lagi

Semua mata tertuju kepada Kinan lalu menatap aneh ke arah Melinda begitu juga Arya yang tiba-tiba terpesona melihat kecantikan dua wanita yang dicintainya yang sama-sama ingin ia miliki keduanya

" Seandainya bisa aku ingin sekali menikahi keduanya hari ini juga" batin Arya tatapan matanya selalu beralih dari Melinda lalu ke Kinan yang nampak sangat cantik

Degup jantung Kinan semakin berpacu cepat, netranya terus memperhatikan interaksi Melinda dengan Arya

Setelah keduanya duduk di depan seorang penghulu, pandangan Kinan terus memperhatikan Melinda yang duduk tidak jauh dari tempat duduk kedua mempelai yang hendak melakukan acara ijab qobul

" Sayang, kamu cantik banget!" puji Arya berbisik di telinga Kinan

Kinan tersenyum " Mas terlalu memuji" sahutnya

Kinan lalu menoleh ke arah Melinda dan nampak jelas di mata Kinan kalau saat ini Melinda sedang marah dan cemburu melihat kemesraan mereka, wanita itu terlihat meremas baju kebayanya yang dipakai dan raut wajahnya pun terlihat merah menahan amarahnya

" Apa acara ijab qobul nya bisa segera dimulai?" tanya pak penghulu

" Bisa pak!" jawab Arya nampak antusias

Melinda seketika merasa sangat kesal bahkan wanita itu ingin beranjak berdiri namun dengan cepat bude Marni yang ternyata duduk disampingnya dengan cepat menarik tangan Melinda hingga membuat wanita itu kembali terduduk

" Kamu mau kemana? bukankah tadi Kinan justru meminta mu untuk menemaninya?"

Melinda diam saja menahan amarahnya yang sudah di ubun-ubun

" Duduk dan diamlah!" tekan bude Marni

Melinda hendak berdiri kembali dan tidak mempedulikan ucapan bude Marni tapi melihat tatapan sang mama yang ternyata sejak kedatangannya bersama Kinan terus saja memperhatikannya gadis itu pun kembali duduk

" Baiklah, acara kita mulai ya?" seru pak penghulu

" Silahkan pak Akbar menjabat tangan calon menantunya!"

Ayah Akbar dan Arya pun sudah berjabat tangan

Arya bernapas lega ketika selesai mengucapkan ijab qobul dengan lancar

" Bagaimana para saksi, SAH?"

" Tidakkk....!"

Jegeerrrrr....

Terpopuler

Comments

Yuliana Tunru

Yuliana Tunru

smoga kinan yg jawab tidakkk..lanjut nikah x dgn penghianat melinda..yakin kan hatimu lbh baik sakit skrg dr pd nanti2 yg rasa x tak berujung bidoh jika sdh tqu di hianati msh mau z nikah dgn arya.yg byk up c thoor

2023-09-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!