"Gendis,,," suara ayah terdengar memanggil Gendis.
Gendis yang berada dikamarnya bergegas keluar untuk menemui Ayahnya.
"Ada apa Yah?" tanya Gendis saat sudah ada didekat Ayahnya.
"Ayah ganggu kamu ya?"
"Enggak Yah,aku gak lagi ngapa ngapain kok" jawab Gendis.
"Malam ini Danar mau datang bersama kedua orang tuanya. Mereka ingin kenalan sama kamu" jelas Ayah kemudian.
"Nanti malam ya?" tanya Gendis sedikit bingung.
"Iya,,kamu siap?"
"Ya,,aku siap Yah"
"Baguslah nak. Tapi kamu baik-baik aja kan?" tanya Ayah lagi.
"Iya,,aku baik-baik aja"
"Kamu marah sama Ayah?"
"Enggak Ayah,,,aku tau yang Ayah lakukan ini untuk kebaikanku,aku percaya sama Ayah" jawab Gendis berusaha membuat Ayahnya tenang.
Ayah tersenyum kemudian berlalu meninggalkan Gendis diruangan tengah sendiri. Gendis kembali lagi kekamarnya. Perasaannya saat ini gak bisa dia gambarkan lagi seperti apa,yang pasti dia hanya ingin orang tuanya bahagia meski dia harus mengorbankan kebahagiaannya sendiri.
Malam ini di rumah Gendis ayah dan ibunya sedang menanti kedatangan calon besannya. Gendis ikut duduk bersama mereka di ruang tamu. Ibu sudah mempersiapkan menu untuk makan malam dan juga beberapa hidangan kue juga minuman. Gak berapa lama tamu yang mereka tunggu datang. Tampak keluar dari mobil seorang laki - laki tua dan juga wanita yang kurang lebih usianya dengan laki-laki itu,dan dari arah kursi kemudi keluar seorang laki- laki muda dan gagah.
"Mungkin itu Danar" bathin Gendis.
Ayah dan Ibu menyambut mereka,mereka saling bersalaman dan mempersilahkan masuk. Tampak semua tamu tersenyum,mereka sepertinya sangat ramah bukan seperti orang orang kaya yang kebanyakan bersikap angkuh.
"Mari silahkan duduk " Ayah mempersilahkan para tamu untuk duduk.
"Trimakasih "jawab mereka hampir bersamaan.
"Oh yaa,,ini Gendis?" tanya laki- laki tua itu,bisa jadi dia adalah Ayah Danar,dan yang wanita ibunya.
"oh iya,ini Gendis anak saya" jawab Ayah.
"Hallo Gendis,,kenalkan saya Suryo Kusumo,saya Ayahnya Danar" laki- laki tua itu memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya pada Gendis. Gendis menyambutnya.
"Saya Gendis"
"Dan ini istri saya,ibu Nungki Suriyani,dan ibunya Danar" jelas bapak Suryo lagi memperkenalkan istrinya pada Gendis,dan Gendis segera menyalami ibu Nungki,tampak ibu Nungki tersenyum manis pada Gendis.
Setelah selesai bersalaman giliran Danar mengulurkan tangannya pada Gendis,dan Gendis menyambutnya dengan sedikit rasa canggung.
"Oh yaa,sudah berapa lama hubungan kalian?" tanya Ayah Danar kemudian. Tentu saja Gendis terkejut mendapat pertanyaan seperti itu. Atau jangan jangan orang tua Danar belum tahu kalau dirinya dan Danar gak pernah pacaran.
"Saya meminta pada Danar untuk segera melamar kekasihnya,dan kami ingin berkenalan juga"
Tampak Danar menatap Gendis,dan Gendis memalingkan wajahnya. Apa yang sudah Danar katakan kepada kedua orang tuanya selama ini,bukankah Danar yang meminta dicarikan calon istri,tapi kenapa dia malah membuat cerita kalau hubungan ini seolah olah sudah terjalin sebelumnya.
"Danar,pernah memiliki seorang kekasih tapi kami melarangnya,kami mengharapkan wanita baik-baik. bukan masalah bibit bobot dan bebet,tapi kami hanya ingin keluarga kami selalu berketurunan baik- baik" jelas Ayah Danar lagi.
"Tapi setelah itu Danar belum memperkenalkan kami lagi kepada wanita yang dekat dengan dia. Saat kami mendesak nya untuk segera menikah,barulah dia bercerita soal nak Gendis"
"Ternyata cantik dan manis sekali" ibu Danar menimpali sambil terus memberi senyuman pada Gendis.
"Sepertinya saya kok malah jatuh cinta pada pandangan pertama sama nak Gendis ini" celetuk ibu Danar lagi,kemudian terdengar riuh tawa dari ke 4 orang tua ini,tidak dengan Gendis dan Danar,mereka berdua hanya diam seperti patung.
"Yaa,kami sudah setuju sekali,feeling kami sebagai orang tua itu pasti tepat" timpal Ayah Danar.
"Bagaimana kalau kita lanjutkan obrolan kita di ruang makan?" Ayah Gendis mulai mempersilahkan tamu untuk makan malam.
"Wah kenapa repot repot sekali" Ayah Danar tampak ber basa basi.
"Ohh,,tidak pak,kami justru senang bisa menjamu keluarga nak Danar,mari silahkan" kali ini ibu yang berbicara sambil mempersilahkan mereka keruang makan. Kemudian mereka sudah berkumpul di meja makan dan duduk saling berhadapan satu sama lain. Mereka melanjutkan obrolan lagi dan terkadang sembari meledek pada Danar atau Gendis. Tampak orang tua Danar begitu senang pada Gendis.
"Trimakasih jamuannya sangat luar biasa" puji Ayah Danar setelah mereka semua selesai makan malam.
"Kami juga berterimakasih,karena sejak berkunjung kami selalu mendapatkan respon yang sangat baik sekali" ucap Ayah Gendis gak mau kalah memuji.
"Ya,ya,ya semoga rencana kita nanti berjalan dengan baik,saya gak sabar menyambut anak gadis dirumah kami" kata ibu Danar berharap dan lagi lagi memuji Gendis.
"Oh yaa perasaan dari tadi Gendis dan Danar saling diam? Kenapa,gak biasa ya ngobrol didepan orang tua ya?" celetuk Ayah Danar,dan sepertinya Ayah Danar adalah orang yang senang bercanda dan humoris.
Terlihat Danar tersenyum meski dipaksakan,begitu juga Gendis.
"Dan,,bagaimana dengan anak-anak? kapan kalian akan menentukan hari lamaran dan juga pernikahan?" tanya Ayah Danar setelah mereka kembali bersantai di ruang tamu.
"Danar ingin yang sederhana saja Yah,,gak perlu acara mewah" tiba tiba Danar bersuara.
"Kenapa?" tanya ibu Danar heran.
"Gak apa apa Bu,Danar dari dulu memang berniat kalau menikah hanya ingin yang sederhana saja"
"Tapi kan kalian berdua sama-sama anak tunggal,sayang sekali kalau gak buat pesta" protes ibu Danar.
"Enggak Bu,,ini sudah kesepakatan antara aku dan Gendis" jawab Danar berbohong. Tentu jawaban itu juga membuat kedua orang tua Gendis terkesiap,mereka bingung sejak kapan mereka sudah membicarakan hal ini,kenal saja mereka tidak. Orang tua Gendis saja bingung apalagi Gendis,dia sama sekali gak tahu menahu soal ini semua.
"Yaa,,baiklah kalau memang seperti itu keinginan kalian,kami sebagai orang tua hanya mengikuti dan merestui"
"Dan soal lamaran bagaimana?. Masa semua gak dibuat pesta?" tanya ibu Danar lagi.
"Yaa terserah ibu saja" jawab Danar.
"Bagaimana bapak dan ibu? Apakah bapak dan ibu tidak keberatan kalau anak- anak tidak menginginkan pesta pernikahan?" tanya ibu Danar kepada kedua orang tua Gendis.
"Yaa,kami juga terserah kepada anak-anak saja,yang penting nanti acara berjalan dengan lancar" jawab Ayah Gendis dan disertai anggukan setuju dari Ibu Gendis.
"Dan mengenai lamaran? Apakah hanya acara biasa juga?" tanya Ibu Danar lagi pada keluarga Gendis.
"Meski sederhana tetapi kita tetap harus mengundang sanak keluarga,dan juga beberapa tetangga dekat" jawab Ibu Gendis.
"Yaa kalau keluarga memang harus Bu,begitu juga tetangga dekat,soalnya anak- anak ini permintaannya bener- bener yang sederhana"
"Iya Bu,,kita tetap sederhana saja"
"Baiklah kalau begitu kita tentukan kapan kami bisa melamar nak Gendis?" kali ini Ayah Danar yang bertanya.
"Bagaimana kalau Minggu depan saja" jawab Ibu Gendis lagi.
"Gimana Danar,kamu sedang tidak ada pekerjaan kan Minggu- Minggu ini?" tanya Ayah pada Danar.
"Gak ada Yah,,ya Danar setuju saja Yah"
"Baiklah,,kalau begitu Minggu depan kami kembali lagi kemari dengan tujuan melamar nak Gendis" kata Ayah Danar lagi dengan wajah berseri seri. Terlihat kedua keluarga ini lebih bahagia dibandingkan calon pengantinnya.
"Alhamdulillah" ucap Ayah dan Ibu Gendis hampir bersamaan mengucap rasa syukur.
"Kalau begitu kami permisi dulu,dan trimakasih atas jamuan malam ini,,benar- benar luar biasa,kami sekeluarga merasa dihormati sekali disini" ucap Ayah Danar sembari berpamitan.
"Trimakasih juga buat Bapak dan Ibu,kami juga merasa terhormat karena kedatangan Bapak sekeluarga di rumah kami"
Kemudian kedua keluarga sama-sama berdiri saling bersalaman dan berpamitan. Tapi tidak dengan Danar dan Gendis sikap mereka masih sama-sama dingin.
Akhirnya keluarga Danar pun pergi dari rumah Gendis bersama dengan mobil mereka yang sudah mulai menghilang dari pandangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments