Episode 3

Kesedihan Mendalam

Annora masih terdiam membiarkan air matanya berjatuhan, namun tak lama dia mengusapnya dengan kasar dan melihat kearah Aric yang kini juga terdiam sama sepertinya, entah apa yang di pikirkannya, hanya saja matanya terus menatap Annora yang berada di depannya.

"Permintaanmu sangat tidak masuk akal, kau bisa tidur dengan tunaganmu sendiri Aric! Dan tidak perlu membayarnya! lagipula kau tidak mungkin mau tidur dengan wanita rendahan sepertiku bukan? aku takut menularkan penyakit yang berbahaya karena sering tidur dengan banyak pria, dan aku mohon tolong biarkan aku pergi,"ucap Annora. Nada bicaranya tegas, namun Aric tidak tahu bahwa Annora menahan sesak di dadanya saat mengatakan itu, dia terpaksa agar Aric merasa semakin jijik padanya dan melepaskannya, karena Annora harus cepat pergi kerumah sakit melihat ibunya yang tengah berjuang antara hidup dan mati.

Sedangakan Aric yang mendengar perkataan Annora, mengepal kuat sehingga dia berjalan mendekati pintu, menekan beberapa angka dan setelahnya membuka pintu, menarik tangan Annora hingga Annora keluar dari Apertemnya.

"Jangan pernah muncul dihadapanku!" ucapnya dan menutup pintu tepat di depan wajah Annora membuat Annora kaget dan juga sedih secara bersamaan.

Biarlah Aric membencinya, dan menganggapnya murahan, dan Annora berharap ucapan Aric tadi terjadi, bahwa Aric dan dirinya tidak akan bertemu lagi, setidaknya itulah yang terbaik untuk mereka.

*****

Kini Annora berlari di Koridor rumah sakit menuju tempat ibunya di rawat, dan disana sudah ada temannya yang menunggu hingga kini dia menghampiri temannya dan langsung memeluknya.

"Tessy bagaimana dengan ibu, apa dia baik baik saja? bagaimana keadaannya?" tanya Annora dengan panik, apalagi saat Tessy menggelengkan kepalanya.

"Aku belum tahu keadannya Annora, karena dokter belum keluar sedari tadi." jawab Tessy sembari membawa Annora untuk duduk di kursi tunggu.

"Sebenarnya apa yang terjadi? bukankah ibu sudah lebih baik seblumnya?" ucap Annora lagi.

"Ibumu awalnya muntah muntah, namun tak lama tubuhnya kejang kejang" jawab Tessy membuat tangisan Annora pecah dia takut terjadi sesuatu dengan ibunya.

Sudah hampir setengah jam mereka menunggu hingga tak lama dokter keluar dari dalam ruangan tempat ibu Annora diperiksa dengan mengehela napas dan wajah yang terlihat lelah.

"Dokter bagaimana keadaan ibu saya? " tanya Annora dengan wajah yang semakin cemas takut terjadi sesuatu dengan ibunya saat melihat raut wajah sang dokter.

"Maafkan kami, ibu anda sudah berpulang, kami sudah berusaha sebisa kami, namun Tuhan berkata lain, ibu anda sudah tiada, kami juga turut berduka cita dan sangat menyesal tidak bisa berbuat apa apa lagi." ucap dokter, membuat Annora terdiam dengan Air mata yang sudah berjatuhan menganak sungai, hingga tak lama tubuhnya merosot membuat Tessy segera menopang tubuh Annora.

"Tidak, ini tidak mungkin! " lirih Annora, kepalanya menggeleng hingga tangisannya semakin kencang tidak mempercayai ucapan dokter.

"Tessy, ibu tidak mungkin meninggalkan aku, ibu sudah berjanji akan selalu ada untukku, dia tidak mungkin berbohong Tessy, tidak mungkin!" raung Annora menatap Tessy dengan air mata yang memenuhi wajahnya sehingga Tessy tak kuas melihatnya, dia juga ikut menangis dan memeluk tubuh lemah Annora.

"Aku harus melihatnya sndiri, aku harus melihat ibu, ibu pasti sedang menungguku!" ucapnya dan dengan cepat berlari masuk kedalam ruangan tempat ibunya berbaring.

Aroma obat menyeruak masuk ke penciuman saat Annora memasuki ruangan itu, bunyi peralatan medis yang biasanya terdengar kini tidak terdengar lagi, dan peralatan itu sudah di lepas dari tubuh ibunya, menyisakan ibunya yang kini terpejam dengan wajah pucat. Tangisan Annora semakin pecah, mendekati ibunya dan mengusap wajah pucat ibunya dengan lembut, sehingga dia benar-benar tidak merasakan napas ibunya. Hatinya hancur, sehancur hancurnya, tempat dirinya berbagai suka duka kini sudah terbaring tak bernyawa, satu satunya orang yang dia milik di dunia ini, yang selalu memberinya kasih sayang tiada tara, kini telah pergi meninggalkan dirinya tanpa memberinya kesempatan untuk berbicara, setidaknya untuk terakhir kali.

"I-ibu, ibu ini Annora anak ibu, Annora mohon bangun bu, Annora mau ibu bangun Annora mohon!" ucap Annora dengan suara serak, mengusap wajah ibunya pelan, hingga ibunya benar-benar tidak merespon ucapan dan permohonannya membuat Annora menguncang tubuh ibunya, namun nihil semuanya tetap sama ibunya susah tidak bangun lagi, ibunya telah tiada meninggalkan dirinya sendiri si dunia ini.

****

Pagi menyapa, sebagaimana semestinya terjadi di setiap hari, mentari menyinari bumi memancarkan senyuman cantiknya menyoroti bumi setelah gelapnya malam. Di dalam ruangan khusus tempat dirinya melukis, Aric tengah memandangi lukisan yang membuatnya kerap ingin melepar atau memusnahkanya, namun rasa cinta yang telah tertanam rapi di hatinya hingga lupa bagaimana caranya untuk memusnahkan cinta itu membuatnya selalu enggan menghilangkan lukisan itu. Sebuah lukisan hutan berpemandangan danau dengan seorang wanita yang tengah duduk menengok kebelakang, itu adalah lukisan pertama yang membuatnya jatuh hati kepada lukisannya sendiri, dari dulu hingga detik ini.

"Apa kurangnya aku Annora? " ucapnya. Bertanya kepada lukisan itu dengan meraba pelan permukaannya, sehingga dia disadarkan dengan telepon masuk ke ponselnya.

"Ada apa?" ucap Aric ketika sudah mengangkat telepon yang ternyata dari temannya ,Alvaro.

"kau dimana? sedari tadi aku menunggumu! cepatlah kesini aku kerepotan menghadapi mereka!"

Setelah Berkata begitu Alvaro mengakhiri sambungannya secara sepihak membuat Aric kesal, lantas dia berdiri dan menutup kembali lukisan itu dengan kain berwarna putih, setelahnya dia keluar menutup dan mengunci kembali pintunya.

Kini Aric sedang bersiap siap untuk pergi ke Studio pribadinya, tempat dirinya berkarya. Dia sudah rapi dengan mengenakan celana jeans hitam dipadukan dengan kemeja putih, lengan kemejanya di gulung hingga sebatas siku sehingga otot-otot yang bersarang di lengannya terlihat jelas, dan rupanya sungguh tampan rupawan. Setelah itu Aric berjalan keluar Apetemnnya dan mengambil mobilnya di besment dan segera melanjutkan mobilnya menuju ke Studio

"Darimana saja? habis dandan?" Tanya temannya, Alvaro, saat Aric baru saja menginjakkan kaki di Studio, membuatnya memutar bola mata jengah dengan temannya itu.

"Memangnya ada apa? kau kan tahu aku suka melukis juga di Apartemen tiap pagi!" ucap Aric sembari mendudukan bokongnya di kursi kebanggaannya.

"Kebiasaan, palingan juga liatin lukisan beberapa tahun yang lalu" ucap Alvaro, setelahnya dia terdiam merasa bersalah karena sudah mengungkit masalalu Aric secara tidak sengaja

"Aku gak Bermaksud, " ucapnya lagi dengan menepuk-nepuk mulutnya sendiri.

" No problem." sahut Aric membuat Alvaro menghela napas lega saat mendengarnya, karena biasanya Aric akan marah jika mendengar dirinya berbicara tentang masalalunya yang membuat temannya itu hidup tanpa jiwa. Alvaro tahu betul lima tahun terakhir bagaiamana Aric merasa kecewa dan terluka atas kejadian itu, dimana dirinya menemukan Annora, wanita yang sangat dicintainya tidur dengan pria lain.

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

𝐈𝐬𝐭𝐲

𝐈𝐬𝐭𝐲

Annora pasti kuat, semangat Annora...

2023-11-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!