DTSI 12

"Waalaikumsallm, sahut beberapa orang berbarengan. Ningsih menatap satu persatu tamu yang datang tanpa ekspresi. Lalu berjalan masuk menghampiri Bu Yati.

"Salwa dimana, Bu?" Sapa Ningsih pada ibunya, pertama kali yang dicari selalu anaknya.

"Salwa di kamar sedang tidur siang." Sahut Bu Yati dan meminta Ningsih untuk masuk dan bersih bersih dulu.

"Baru kerja jadi babu saja, lagaknya kayak orang yang punya gaji jutaan." Sindir Wandi sambil menatap sinis pada Ningsih. Namun sedikitpun Ningsih tidak ingin menggubrisnya, dia tetap melanjutkan langkah pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengambil air wudhu.

"Maaf Bu Yati, kami kesini berniat baik. Karena Wandi ingin mengasuh Salwa, dan biar dia nanti tinggal dikampung denganku, disana banyak teman temannya yang seusia dengan Salwa." Suara lembut Bu Patmi memecah suasana yang sempat hening.

"Semua keputusan ada pada Ningsih, kita tunggu saja dia selesai sholat." Sahut Bu Yati yang malas berdebat dengan Wandi dan keluarganya.

"Tapi apa salahnya kalau Wandi ingin bawa Salwa dan merawatnya, toh Wandi juga bapak kandungnya. Tolong, Bu Yati dan Ningsih jangan egois." Kembali Bu Patmi mengeluarkan suaranya, terdengar memaksa dan seolah ingin sekali membawa Salwa untuk dia rawat. Padahal, selama ini, tiap kali Salwa menginap dirumahnya, selalu saja berakhir dengan sakitnya Salwa. Mereka terlalu abai dengan kondisi Salwa yang memang punya kebiasaan sulit makan. Kalau Salwa tidak mau makan apa yang sudah dimasak, mereka tetap santai dan cuek tanpa mau membujuk bagaimana caranya agar Salwa mau makan.

"Kami tidak egois, hanya saja takut dengan yang sudah sudah. Salwa selalu pulang dalam keadaan sakit tiap kali Wandi membawanya kerumah Bu Patmi." Balas Bu Yati tenang tapi penuh dengan penegasan.

"Ibu merendahkan ibu saya?" Sahut Wandi tidak terima.

"Tidak ada yang merendahkan siapapun, aku hanya bicara soal fakta yang ada. Tidak usah berdebat, keputusan tetap ada pada Ningsih dan juga Salwa. Lagi pula, di persidangan hak asuh Salwa jatuh pada ibunya." Kembali Bu Yati menjawab ucapan Wandi dengan begitu tenangnya, namun wajahnya menyiratkan kebencian yang mendalam akan sosok Wandi.

Ningsih datang dan ikut duduk di sebelah Rina, menatap datar pada Wandi dan keluarganya. Tak seperti dulu yang selalu beramah tamah dengan mereka. Sejak mengetahui persekongkolan keluarga Wandi yang menyembunyikan pernikahannya Wandi, Ningsih hilang respect dan tak lagi Sudi untuk bersikap hormat pada mereka. Bagi Ningsih, Wandi dan keluarganya adalah orang asing yang tak lagi perlu di pikirkan.

"Aku akan bawa Salwa, dia biar sekolah di kampung dan tinggal dengan ibuku." Wandi kembali mengutarakan keinginannya saat Ningsih sudah ada diantara mereka.

"Oh ya?

Yakin, sanggup?" Sahut Ningsih penuh dengan ejekan dan keraguan. Matanya memicing menatap Wandi dan ibunya bergantian.

"Kamu menyepelekan aku dan ibuku?

Aku punya uang dan ibuku sudah berpengalaman dalam mengasuh anak. Jadi tidak usah sok pak Ng pintar dan benar sendiri kamu. Salwa akan aku bawa hari ini juga." Sahut Wandi yang di dukung oleh sang keluarga.

"Aku tidak menyepelekan, tapi tolong di ingat ingat. Sejak Salwa bayi, pernah kamu perduli dengan apa yang terjadi pada anakmu, mas?

Dan selama ini Salwa keluar masuk rumah sakit, dimana kamu dan juga keluarga kamu?

Pernah kalian perduli dan ikut andil dalam merawat dan menjaga Salwa?

Tentu jawabnya kalian sudah tau bukan, tidak. Kalian seolah buta dan tuli meskipun sekedar untuk nanyain keadaannya saja. Dan aku tau kalau ibumu sudah berpengalaman merawat anak, anak yang seperti kamu, kan? Tak punya hati dan juga nurani." Sahut Ningsih tajam, matanya menatap benci pada Wandi dan seluruh keluarganya.

"Dasar perempuan gila, sombong dan mulutnya kayak cabe. Menghujam orang semaunya, pantas saja Wandi tidak betah punya istri macam kamu." Herdik Bu Patmi yang tak terima mendengar ucapan Ningsih. Namun Ningsih sama sekali tak gentar, justru dia tersenyum penuh dengan ejekan ke arah mantan mertuanya itu.

"Jangan marah marah, Bu. Bukankah apa yang aku katakan adalah kenyataan?

Anak berzina saja di dukung kok, dan sekalipun tidak pernah tuh nengokin cucu meskipun Salwa dirawat dirumah sakit, padahal jarak antara rumah ibu kesini hanya butuh waktu satu jam saja. Tapi bisa nengokin cucu yang tinggalnya jauh diluar kota dan menghabiskan banyak waktu juga biaya, itupun seringkali. Apakah itu adil buat anakku, hmm?" Balas Ningsih dengan begitu tajamnya.

"Intinya, aku tidak akan biarkan Salwa kalian bawa. Aku tidak mau anakku terabaikan disana. Karena aku cukup tau bagaimana tabiat dan kebiasaan kalian pada anakku. Jangan harap aku akan melepaskan Salwa, meskipun pada kamu, mas. Laki laki yang minim tanggung jawab." Sekali lagi Ningsih berucap dengan begitu tegasnya. Tidak ada rasa takut sama sekali, karena Salwa adalah segalanya buat Ningsih.

"Kamu itu perempuan egois dan jahat, Ningsih. Wandi itu ayah kandungnya, kenapa kamu menghalangi niat Wandi untuk bisa dekat dengan anaknya, hah?

Atau jangan jangan, kamu berniat mau menguras uang anakku dengan dalih meminta nafkah untuk Salwa, begitu?" Bu Patmi bicara dengan lantang, emosinya meninggi karena Ningsih selalu bisa mematahkan ucapan Wandi.

"Bukankah itu niat ibu sendiri ya?

Ibu kan yang meminta mas Wandi untuk membawa Salwa agar tinggal denganmu, Bu?

Karena aku sangat yakin, tidak mungkin mas Wandi perduli dengan anaknya, selama ini saja dia sudah abai. Kalau Salwa ikut bersama ibu, tentu ibu dapat uang kiriman dari mas Wandi untuk biaya Salwa, bisa ibu gunakan buat kesenangan ibu dan aku yakin, anakku akan menderita karena tidak terurus. Semua sudah ada buktinya, jadi jangan lagi mendebat dan ngotot dengan keinginan kalian itu. Untukmu, Bu. Jangan jadikan anakku ladang uangmu dalam mengeruk uang anakmu yang pelit itu. Dekati saja pelakor itu, aku yakin dia akan memberikan ibu uang. Karena dia perempuan murah yang akan melakukan apa saja demi diterima jadi menantumu dan diakui sebagai istri dimata masyarakat. Miris!" Balas Ningsih yang tak mau kalah, kata kata keras meluncur deras dari bibirnya untuk membuat Wandi dan keluarganya tak berkutik. Tak perduli jika sikapnya sudah tak sopan. Namun bersikap tegas itu perlu, agar tidak terus menerus disepelekan dan direndahkan.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

Novel baru :

#Dendam terpendam seorang istri

Novel Tamat

#Anak yang tak dianggap

#Tentang luka istri kedua

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)

#Coretan pena Hawa (Tamat)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)

#Sekar Arumi (Tamat)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )

#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)

#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)

#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)

#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]

#Bidadari Salju [ tamat ]

#Ganti istri [Tamat]

#Wanita sebatang kara [Tamat]

#Ternyata aku yang kedua [Tamat]

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

Terpopuler

Comments

Gavin Bae

Gavin Bae

disetiap akhir bab promosinya tak ketinggalan.panjang pula.bosan

2024-04-26

0

say

say

good job Ningsih👍😍 nah gitu dong hrs berani melawan ketidakadilan 👍😍

2023-09-28

1

lihat semua
Episodes
1 DTSI 1
2 DTSI 2
3 DTSI 3
4 DTSI 4
5 DTSI 5
6 DTSI 6
7 DTSI 7
8 DTSI 8
9 DTSI 9
10 DTSI 10
11 DTSI 11
12 DTSI 12
13 DTSI 13
14 DTSI 14
15 DTSI 15
16 DTSI 16
17 DTSI 17
18 DTSI 18
19 DTSI 19
20 DTSI 20
21 DTSI 21
22 DTSI 22
23 DTSI 23
24 DTSI 24
25 DTSI 25
26 DTSI 26
27 DTSI 27
28 DTSI 28
29 DTSI 29
30 DTSI 30
31 DTSI 31
32 DTSI 32
33 DTSI 33
34 DTSI 34
35 DTSI 35
36 DTSI 36
37 DTSI 37
38 DTSI 38
39 DTSI 39
40 DTSI 40
41 DTSI 41
42 DTSI 42
43 DTSI 43
44 DTSI 44
45 DTSI 45
46 DTSI 46
47 DTSI 47
48 DTSI 48
49 DTSI 49
50 DTSI 50
51 DTSI 51
52 DTSI 52
53 DTSI 53
54 DTSI 54
55 DTSI 55
56 DTSI 56
57 DTSI 57
58 DTSI 58
59 DTSI 59
60 DTSI 60
61 DTSI 61
62 DTSI 62
63 DTSI 63
64 DTSI 64
65 DTSI 65
66 DTSI 66
67 DTSI 67
68 DTSI 68
69 DTSI 69
70 DTSI 70
71 DTSI 71
72 DTSI 72
73 DTSI 73
74 DTSI 74
75 DTSI 75
76 DTSI 76
77 DTSI 77
78 DTSI 78
79 DTSI 79
80 DTSI 80
81 DTSI 81
82 DTSI 82
83 DTSI 83
84 DTSI 84
85 DTSI 85
86 DTSI 86
87 DTSI 87
88 DTSI 88
89 DTSI 89
90 DTSI 90
91 DTSI 91
92 DTSI 92
93 DTSI 93
94 DTSI 94
95 DTSI 95
96 DTSI 96
97 DTSI 97
98 DTSI 98
99 DTSI 99
100 DTSI 100
101 DTSI 101
102 DTSI 102
103 DTSI 103
104 DTSI 104
105 DTSI 105
106 DTSI 106
107 DTSI 107
108 DTSI 108
109 DTSI 109
110 DTSI 110
111 DTSI 111
112 DTSI 112
113 DTSI 113
114 DTSI 114
115 DTSI 115
116 DTSI 116
117 DTSI 117
118 DTSI 118
119 DTSI 119
120 DTSI 120
121 DTSI 121
Episodes

Updated 121 Episodes

1
DTSI 1
2
DTSI 2
3
DTSI 3
4
DTSI 4
5
DTSI 5
6
DTSI 6
7
DTSI 7
8
DTSI 8
9
DTSI 9
10
DTSI 10
11
DTSI 11
12
DTSI 12
13
DTSI 13
14
DTSI 14
15
DTSI 15
16
DTSI 16
17
DTSI 17
18
DTSI 18
19
DTSI 19
20
DTSI 20
21
DTSI 21
22
DTSI 22
23
DTSI 23
24
DTSI 24
25
DTSI 25
26
DTSI 26
27
DTSI 27
28
DTSI 28
29
DTSI 29
30
DTSI 30
31
DTSI 31
32
DTSI 32
33
DTSI 33
34
DTSI 34
35
DTSI 35
36
DTSI 36
37
DTSI 37
38
DTSI 38
39
DTSI 39
40
DTSI 40
41
DTSI 41
42
DTSI 42
43
DTSI 43
44
DTSI 44
45
DTSI 45
46
DTSI 46
47
DTSI 47
48
DTSI 48
49
DTSI 49
50
DTSI 50
51
DTSI 51
52
DTSI 52
53
DTSI 53
54
DTSI 54
55
DTSI 55
56
DTSI 56
57
DTSI 57
58
DTSI 58
59
DTSI 59
60
DTSI 60
61
DTSI 61
62
DTSI 62
63
DTSI 63
64
DTSI 64
65
DTSI 65
66
DTSI 66
67
DTSI 67
68
DTSI 68
69
DTSI 69
70
DTSI 70
71
DTSI 71
72
DTSI 72
73
DTSI 73
74
DTSI 74
75
DTSI 75
76
DTSI 76
77
DTSI 77
78
DTSI 78
79
DTSI 79
80
DTSI 80
81
DTSI 81
82
DTSI 82
83
DTSI 83
84
DTSI 84
85
DTSI 85
86
DTSI 86
87
DTSI 87
88
DTSI 88
89
DTSI 89
90
DTSI 90
91
DTSI 91
92
DTSI 92
93
DTSI 93
94
DTSI 94
95
DTSI 95
96
DTSI 96
97
DTSI 97
98
DTSI 98
99
DTSI 99
100
DTSI 100
101
DTSI 101
102
DTSI 102
103
DTSI 103
104
DTSI 104
105
DTSI 105
106
DTSI 106
107
DTSI 107
108
DTSI 108
109
DTSI 109
110
DTSI 110
111
DTSI 111
112
DTSI 112
113
DTSI 113
114
DTSI 114
115
DTSI 115
116
DTSI 116
117
DTSI 117
118
DTSI 118
119
DTSI 119
120
DTSI 120
121
DTSI 121

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!