DTSI 7

"Rin, ibuk kemana?

Dari tadi aku gak lihat ibu, apa masih ke pasar?" Tanya Ningsih saat berpapasan dengan Rina di depan kamar mandi.

"Ibuk masih di kamarnya, mbak. Ibuk sakit." Sahut Rina dengan wajah lesunya.

"Sakit? Kok gak kasih tau aku, Rin. Kemarin ibu kelihatan baik baik saja, apa yang terjadi sama ibu, Rin?" Sahut Ningsih dengan perasaan cemas.

"Semalam badan ibu panas, dan ngeluh kepalanya pusing. Sudah aku kasih obat penurun panas, tapi belum sembuh juga. Habis ini, mau aku bawa ke puskesmas buat periksa. Semoga ibu gak kenapa kenapa." Balas Rina dengan menghembuskan nafasnya dalam.

"Astagfirullah, kenapa kamu diem saja Rin?

Harusnya kasih tau aku kalau ibu sakit. Yasudah, kamu siap siap, biar aku panggil pak Sugeng buat antar periksa." Balas Ningsih dengan perasaan campur aduk. Sebelum pergi, Ningsih masuk ke kamar ibunya, untuk memastikan keadaan wanita yang sudah melahirkannya itu.

"Buk, ibu kenapa, apa yang sakit?" Ningsih memegang kening dan tangan Bu Yati, terasa badan Bu Yati panas. Matanya sayu dengan bibir yang sudah terlihat kering dan pucat.

"Ibu pusing, nduk. Dan dada ini terasa sesak." Sahut Bu Yati dengan suara hampir tidak terdengar.

"Ibu periksa ya, biar nanti ditemani Rina naik becak. Aku akan naik motor sama Salwa ngikuti dari belakang. Ibu jangan banyak pikiran, Bismillah semoga segera sehat lagi ya, Bu." Sahut Ningsih yang berusaha untuk menguatkan sang ibu.

"Mbak, biar aku ganti dulu baju ibu. Mbak Ningsih panggil saja pak Sugeng. Mumpung masih pagi, biar nanti antri nya gak terlalu banyak." Rina masuk dengan membawa ember berisi air hangat untuk membersihkan tubuh ibunya.

Dan Ningsih segera pergi untuk memanggil tetangganya yang tukang becak untuk mengantar ke puskesmas.

***************************************

"Rin, apa ibu sakit karena memikirkan masalahku dengan mas Wandi ya?

Aku jadi ngerasa bersalah, karena aku ibu jadi begini." Lirih Ningsih dengan tetesan bening yang sudah mengalir di pipinya.

"Sudahlah, mbak. Lebih baik kita doakan saja yang terbaik untuk ibu. Jangan menyalahkan diri sendiri begitu, tidak baik. Kita harus kuat untuk menjaga dan merawat ibu. Kata dokter ibu kena stroke ringan. Jadi kita harus saling bahu membahu untuk merawat ibu." Balas Rina yang menatap dalam wajah kakaknya yang masih menangis.

"Aku bingung, Rin. Kalau ibu sakit, bagaimana dengan Salwa kalau aku tinggal kerja. Apalagi dia juga akan masuk sekolah." Ningsih semakin terisak, dadanya terasa sesak oleh beban yang begitu berat berada di pundaknya.

"Insyaallah, kita bisa melewati ini semua mbak. Insyaallah." Sahut Rina berusaha untuk tetap tenang, agar tidak semakin merasa sesak.

Karena keadaan sang ibu yang membutuhkan banyak biaya, Ningsih mengurungkan niatnya untuk mengurus surat cerai. Karena uangnya untuk biaya pengobatan Bu Yati. Ningsih bekerja keras untuk bisa mencukupi semua kebutuhan. Sedangkan Rina bagian merawat dan menjaga Bu Yati juga Salwa.

Sudah enam bulan berlalu, kesehatan Bu Yati berangsur membaik. Bu Yati sudah mulai bisa berjalan kembali, meskipun belum bisa melakukan pekerjaan berat. Setidaknya sudah bisa melakukan semua sendiri. Sedangkan Salwa tumbuh jadi anak yang mandiri. Dia tidak pernah rewel sama sekali, meskipun sekolah tidak pernah ditunggu seperti teman temannya yang lain.

Saat Ningsih tengah berkumpul bersama keluarga, tiba tiba Wandi muncul seperti jailangkung yang datang tak diundang dan pergi tak diantar. Seperti biasa, dia muncul dengan wajah tanpa berdosa nya. Padahal sudah enam bulan lebih tidak pernah ada kabar dan tidak memberikan nafkah, Wandi datang seolah tidak terjadi apa-apa.

"Kenapa kamu kesini, mas?" Sambut Ningsih dengan tatapan tak suka. Begitu juga dengan Bu Yati, Rina dan Salwa yang menatap heran ke arah Wandi yang tiba tiba saja muncul dengan tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Aku masih suami kamu, jadi tidak ada masalah kalau aku kesini menemui anak istriku. Masalah buat kamu?" Sahut Wandi yang langsung duduk di kursi ruang tamu tanpa menegur ibu mertuanya. Benar benar tidak punya etika sama sekali.

"Anak istri kamu bilang?

Gila ya, gak pernah pulang selama enam bulan lebih, gak pernah ada kabarnya sama sekali, bahkan tidak pernah memberikan nafkah. Tapi bisa bisanya kamu mengakui kami anak istri kamu, kamu waras mas?" Sahut Ningsih dengan senyum sinis tercetak di bibirnya.

"Ini aku pulang buat kasih uang, gak usah banyak bacot kamu!" Sungut Wandi sambil melemparkan uang lembaran merah sebanyak sepuluh lembar ke arah Ningsih.

"Astagfirullah, keterlaluan kamu ya, mas. Apa kamu pikir, uangmu ini bisa menebus kesalahan kamu dan sikap lalai kamu selama ini. Bahkan anak kamu sekolah saja kamu tidak mau tau. Pergilah, aku tak butuh kamu lagi." Sentak Ningsih dengan dada kembang kempis, hatinya terluka dengan perlakuan Wandi yang memang tak memiliki hati.

"Aku sudah cerai dengan Irma. Aku lebih memilihmu dan Salwa. Jadi tidak usah banyak drama kamu. Harusnya kamu bersyukur, karena aku lebih memilih kalian." Sahut Wandi dengan santainya. Seolah kedatangannya kembali adalah yang diharapkan.

"Itu urusan kamu sama perempuan itu. Aku tidak perduli dengan urusan kamu yang sudah cerai dengan dia. Jangan pikir, aku sudi menerima kamu lagi, pergilah karena aku tidak Sudi melihatmu lagi." Balas Ningsih dengan tatapan tajam.

"Kamu masih istriku, jangan harap aku akan pergi." Balas Wandi yang langsung masuk ke dalam kamar, seolah tidak terjadi apa-apa.

Ningsih meraung sesak, tak tau harus bersikap seperti apa lagi untuk menghadapi laki laki gila seperti Wandi. Bu Yati hanya diam saja, sedangkan Rina bingung harus berbuat apa. Karena memang antara Wandi dan Ningsih masih suami istri. Ningsih benar benar terpuruk dan tertekan, untuk mengurus surat cerai pun dia belum ada uang.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

Novel baru :

#Sahabat Benalu

Novel Tamat

#Anak yang tak dianggap

#Tentang luka istri kedua

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)

#Coretan pena Hawa (Tamat)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)

#Sekar Arumi (Tamat)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )

#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)

#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)

#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)

#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]

#Bidadari Salju [ tamat ]

#Ganti istri [Tamat]

#Wanita sebatang kara [Tempat]

#Ternyata aku yang kedua [Tamat]

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

Terpopuler

Comments

say

say

pake aja uang yg tadi dikasih dari c Wandi buat urus surat cerai 😁😁😁

2023-09-21

0

lihat semua
Episodes
1 DTSI 1
2 DTSI 2
3 DTSI 3
4 DTSI 4
5 DTSI 5
6 DTSI 6
7 DTSI 7
8 DTSI 8
9 DTSI 9
10 DTSI 10
11 DTSI 11
12 DTSI 12
13 DTSI 13
14 DTSI 14
15 DTSI 15
16 DTSI 16
17 DTSI 17
18 DTSI 18
19 DTSI 19
20 DTSI 20
21 DTSI 21
22 DTSI 22
23 DTSI 23
24 DTSI 24
25 DTSI 25
26 DTSI 26
27 DTSI 27
28 DTSI 28
29 DTSI 29
30 DTSI 30
31 DTSI 31
32 DTSI 32
33 DTSI 33
34 DTSI 34
35 DTSI 35
36 DTSI 36
37 DTSI 37
38 DTSI 38
39 DTSI 39
40 DTSI 40
41 DTSI 41
42 DTSI 42
43 DTSI 43
44 DTSI 44
45 DTSI 45
46 DTSI 46
47 DTSI 47
48 DTSI 48
49 DTSI 49
50 DTSI 50
51 DTSI 51
52 DTSI 52
53 DTSI 53
54 DTSI 54
55 DTSI 55
56 DTSI 56
57 DTSI 57
58 DTSI 58
59 DTSI 59
60 DTSI 60
61 DTSI 61
62 DTSI 62
63 DTSI 63
64 DTSI 64
65 DTSI 65
66 DTSI 66
67 DTSI 67
68 DTSI 68
69 DTSI 69
70 DTSI 70
71 DTSI 71
72 DTSI 72
73 DTSI 73
74 DTSI 74
75 DTSI 75
76 DTSI 76
77 DTSI 77
78 DTSI 78
79 DTSI 79
80 DTSI 80
81 DTSI 81
82 DTSI 82
83 DTSI 83
84 DTSI 84
85 DTSI 85
86 DTSI 86
87 DTSI 87
88 DTSI 88
89 DTSI 89
90 DTSI 90
91 DTSI 91
92 DTSI 92
93 DTSI 93
94 DTSI 94
95 DTSI 95
96 DTSI 96
97 DTSI 97
98 DTSI 98
99 DTSI 99
100 DTSI 100
101 DTSI 101
102 DTSI 102
103 DTSI 103
104 DTSI 104
105 DTSI 105
106 DTSI 106
107 DTSI 107
108 DTSI 108
109 DTSI 109
110 DTSI 110
111 DTSI 111
112 DTSI 112
113 DTSI 113
114 DTSI 114
115 DTSI 115
116 DTSI 116
117 DTSI 117
118 DTSI 118
119 DTSI 119
120 DTSI 120
121 DTSI 121
Episodes

Updated 121 Episodes

1
DTSI 1
2
DTSI 2
3
DTSI 3
4
DTSI 4
5
DTSI 5
6
DTSI 6
7
DTSI 7
8
DTSI 8
9
DTSI 9
10
DTSI 10
11
DTSI 11
12
DTSI 12
13
DTSI 13
14
DTSI 14
15
DTSI 15
16
DTSI 16
17
DTSI 17
18
DTSI 18
19
DTSI 19
20
DTSI 20
21
DTSI 21
22
DTSI 22
23
DTSI 23
24
DTSI 24
25
DTSI 25
26
DTSI 26
27
DTSI 27
28
DTSI 28
29
DTSI 29
30
DTSI 30
31
DTSI 31
32
DTSI 32
33
DTSI 33
34
DTSI 34
35
DTSI 35
36
DTSI 36
37
DTSI 37
38
DTSI 38
39
DTSI 39
40
DTSI 40
41
DTSI 41
42
DTSI 42
43
DTSI 43
44
DTSI 44
45
DTSI 45
46
DTSI 46
47
DTSI 47
48
DTSI 48
49
DTSI 49
50
DTSI 50
51
DTSI 51
52
DTSI 52
53
DTSI 53
54
DTSI 54
55
DTSI 55
56
DTSI 56
57
DTSI 57
58
DTSI 58
59
DTSI 59
60
DTSI 60
61
DTSI 61
62
DTSI 62
63
DTSI 63
64
DTSI 64
65
DTSI 65
66
DTSI 66
67
DTSI 67
68
DTSI 68
69
DTSI 69
70
DTSI 70
71
DTSI 71
72
DTSI 72
73
DTSI 73
74
DTSI 74
75
DTSI 75
76
DTSI 76
77
DTSI 77
78
DTSI 78
79
DTSI 79
80
DTSI 80
81
DTSI 81
82
DTSI 82
83
DTSI 83
84
DTSI 84
85
DTSI 85
86
DTSI 86
87
DTSI 87
88
DTSI 88
89
DTSI 89
90
DTSI 90
91
DTSI 91
92
DTSI 92
93
DTSI 93
94
DTSI 94
95
DTSI 95
96
DTSI 96
97
DTSI 97
98
DTSI 98
99
DTSI 99
100
DTSI 100
101
DTSI 101
102
DTSI 102
103
DTSI 103
104
DTSI 104
105
DTSI 105
106
DTSI 106
107
DTSI 107
108
DTSI 108
109
DTSI 109
110
DTSI 110
111
DTSI 111
112
DTSI 112
113
DTSI 113
114
DTSI 114
115
DTSI 115
116
DTSI 116
117
DTSI 117
118
DTSI 118
119
DTSI 119
120
DTSI 120
121
DTSI 121

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!